kabinetrakyat.com – Nokia dan Blackberry pernah berjaya dan menjadi pilihan utama orang-orang ketika membeli ponsel. Sayangnya, kedua merek itu kini kalah saing dari merek ponsel lainnya seperti Samsung, Xiaomi, Apple, hingga Oppo.

Merek Nokia sendiri sebenarnya masih bisa dibilang eksis di pasar ponsel karena lisensi merek Nokia sudah dibeli oleh HMD Global dan hingga kini masih memproduksi smartphone berbasis Android.

Adapun Blackberry memilih hengkang dari bisnis ponsel dan fokus pada bisnis software.

Selain kedua merek tersebut, masih ada beberapa perusahaan yang menyerah dari bisnis smartphone . Apa saja? Berikut rinciannya.

1. Nokia

Nokia cukup terseok-seok di bisnis smartphone. Perusahaan yang berbasis di Finlandia ini pernah menjual bisnis smartphone-nya ke Microsoft tahun 2013. Saat itu, Microsoft mengembangkan ponsel dengan merek Lumia. Namun kemudian merek Nokia dibeli lagi oleh pemilik aslinya pada tahun 2016.

Pada tahun yang sama, lisensi merek Nokia dibeli oleh HMD Global dengan hak lisensi eksklusif selama 10 tahun. HMD Global bertanggung jawab atas desain, penelitian dan pengembangan, pembuatan, penjualan hingga layanan purna jual perangkat bermerek Nokia.

Hingga kini HMD Global masih getol memproduksi ponsel Nokia dan dipasarkan di sejumlah negara termasuk Indonesia.

2. Blackberry

Blackberry memutuskan hengkang dari bisnis ponsel pada tahun 2016. Pasalnya, konsumen saat itu lebih memilih smartphone berlayar sentuh seperti ditawarkan Apple, Huawei hingga Samsung, ketimbang ponsel dengan tombol qwerty seperti milik Blackberry.

Blackberry sebenarnya beberapa kali mencoba peruntungan menghadirkan smartphone dengan layar sentuh, tetapi tak begitu menarik perhatian pengguna.

Lisensi merek ponsel Blackberry kemudian dibeli oleh vendor China, TCL. Adapun Blackberry mengalihkan fokusnya ke bisnis software.

3. Microsoft

Ponsel Microsoft Lumia awalnya dirancang dan dipasarkan oleh Nokia dengan menjalankan sistem operasi Windows Phone dan Windows 10 Mobile. Sayangnya ponsel ini tak sepopuler ponsel pintar lainnya.

Microsoft kemudian menyetop produksi ponsel Lumia karena penjualannya menurun.

Smartphone bermerek Lumia terakhir kali dirilis Februari 2016 dengan tipe Lumia 650. Pada 2017, Microsoft kemudian menyatakan bahwa pihaknya menyerah dari bisnis ponsel dan tidak akan menjual maupun memproduksi perangkat baru berbasis Windows 10 Mobile lagi.

4. LG

LG menutup bisnis ponselnya pada tahun 2021 setelah mencatatkan kerugian sejak tahun 2015. Menurut perusahaan asal Korea Selatan itu, keputusan pihaknya menyerah dari bisnis ponsel adalah karena persaingan pasar smartphone yang sangat ketat.

Setelah menutup bisnis ponsel, LG fokus dalam pengembangan unit bisnis lainnya seperti komponen kendaraan listrik, perangkat pintar, teknologi robotics, Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), serta platform lain di berbagai lini.

5. Siemens

Siemens memulai debutnya di pasar ponsel pada tahun 1985 dengan meluncurkan Siemens Mobiltelefon C1. Namun karena persaingan ketat dari Nokia, Motorola hingga Ericsson , Siemens akhirnya menyerah.

Bisnis ponsel Siemens kemudian dijual ke BenQ pada tahun 2005. Merek ini tak lagi memproduksi ponsel maupun smartphone.

6. BenQ

Meski sempat berjalan dengan baik pada tahap awal, BenQ mencatat kerugian setelah mengakuisisi Siemens Mobile.

Kerugiannya mencapai 1 miliar dollar AS atau setara Rp 14,7 triliun berdasarkan kurs hari ini, Rp 14.784 per 1 dollar AS. Akhirnya BenQ mengajukan pailit dan memangkas hampir 2.000 karyawan.

7. Motorola

Merek Motorola juga pernah berjaya seperti Nokia dan Ericsson. Ponsel Motorola yang populer yaitu Motorola Razr yang terjual hingga 130 juta unit pada tahun 2005.

Sayangnya perusahaan kehilangan pangsa pasarnya karena persaingan ketat dengan Apple, Samsung, dan LG. Pangsa pasarnya turun dari 23 persen (2006) menjadi 6 persen (2006).

Awalnya Nokia sempat membeli aset jaringan nirkabel milik Motorola pada tahun 2011, tetapi setahun kemudian dijual ke Google. Raksasa mesin pencari itu juga menjualnya lagi ke Lenovo seharga hampir 3 miliar dollar AS (Rp 44,4 triliun).

Saat ini, smartphone merek Motorola masih eksis, di bawah induk perusahaan Lenovo.

8. Ericsson

Ericsson Mobile sempat berjaya menjadi vendor ponsel terbesar ketiga dunia setelah Nokia dan Motorola pada tahun 2000. Namun anak perusahaan Ericsson ini mengalami kerugian akibat masalah rantai pasokan dan kebakaran di pabrik Philips pada tahun tersebut.

Guna meminimalisasi kerugian, Ericsson bermitra dengan Sony pada tahun 2001.

Pada 2011, Ericsson menjual separuh kepemilikan sahamnya ke Sony, hingga mengantarkan Sony sebagai pemilik bisnis tersebut sepenuhnya. Pasalnya, saat itu Ericsson memutuskan keluar, di tengah peralihan industri ponsel ke smartphone.

9. Sagem

Sagem merupakan vendor ponsel yanag berbasis di Paris. Merek ini menjual ponsel murah pada tahun 1995 hingga 2000.

Pada tahun 2009, Sagem meluncurkan ponsel berdesain Porsche. Namun pada tahun 2011, merek Sagem berubah menjadi MobiWire dan bangkrut beberapa bulan setelahnya.

10. Gionee

Gionee merupakan venor ponsel asal China dengan pangsa pasar hampir 5 persen di negara asalnya pada tahun 2012.

Awalnya Gionee mejual ponsel hingga ke berbagai negara di Asia dan Afrika Utara. Sayangnya perusahaan ini bangkrut pada tahun 2018 hingga akhirnya diakuisisi oleh grup Jaina, perusahaan yang berbasis di New Delhi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan