kabinetrakyat.com – Kementerian Agama meluncurkan platform pelatihan berbasis digital, yakni Digital Learning Center dan Smart Classroom yang bertujuan untuk mempermudah layanan dan pengembangan kompetensi aparatur sipil negara (ASN) Kemenag.

“Tidak hanya itu, platform ini juga disediakan bagi masyarakat umum yang selama ini membantu tugas Kementerian Agama,” ujar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas di Jakarta, Selasa.

Yaqut mengatakan peluncuran platform tersebut sebagai bagian dari upaya transformasi digital di semua layanan yang ada di Kementerian Agama.

Menag mengapresiasi inovasi yang dilakukan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama ini. Menurutnya, kehadiran platform tersebut adalah komitmen Kemenag untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan cepat.

“Ini adalah bukti bahwa kita semua memiliki komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” kata dia.

Menurut dia, pengelolaan SDM di lingkungan Kementerian Agama ini membutuhkan penanganan khusus karena jumlahnya yang banyak, lebih dari 1,8 juta. Jumlah tersebut terdiri dari 237 ribu PNS dan sisanya non-PNS.

“Tidak mudah mengelola SDM yang sangat besar ini, terutama yang ada pelosok-pelosok daerah,” katanya.

Ia mencontohkan hasil Computer Assisted Test (CAT) Indeks Profesionalisme dan Moderasi Beragama yang dilakukan Kementerian Agama beberapa waktu lalu, hasilnya diketahui sebanyak 40 persen dari PNS masuk dalam kategori tidak profesional.

“Indikatornya jelas, mereka tidak mendapatkan pelatihan atau peningkatan kompetensi secara periodik dalam dua tahun terakhir,” kata dia.

Platform pelatihan digital ini dijalankan dengan metode MOOC (Massive Open Online Course) sehingga bisa menjangkau puluhan ribu dalam sekali pelatihan, terbuka untuk semua orang yang ingin mengikuti pelatihan.

Para peserta bisa mengikuti pelatihan secara mandiri, mulai dari mendaftar, mengikuti proses pelatihan, mengerjakan tugas, hingga unduh sertifikat, tanpa meninggalkan tugas utamanya pada jam kerja.

Platform tersebut juga tergolong efisien, karena tidak membutuhkan biaya besar, sebagaimana jika pelatihan dilakukan secara tatap muka.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan