kabinetrakyat.com – Bulan suci Ramadhan menjadi momen berkumpulnya keluarga di rumah untuk berbuka puasa bersama. Beberapa jenis kue khas Pontianak yang selalu dirindu dan diburu saat Ramadhan tiba karena hanya di momen bulan suci ini mudah ditemukan dibanding hari biasa. Soal rasa, selain enak juga nikmat. Kue Khas Pontianak tersebut, di antaranya kue batang burok, kue bingke, jorong-jorong, pengkang, lemang, patlau, bakwan Pontianak, chai kwe, dan ketupat sambal.

Kue batang burok, makanan ini mirip dengan risoles yang di zaman dulu merupakan makanan khas para bangsawan dan raja Kesultanan Kadariah Pontianak. Kue ini memiliki bentuk yang mirip dengan dadar gulung berisi kentang, wortel, bawang putih, yang ditumis lalu digulung.

Chefprofesional di PontianakYudha Indra Pramanto mengatakan kue batang burok ini adalah kue khas kesultanan yang biasanya disajikan untuk raja di acara-acara khusus. Seiring berjalannya waktu makanan ini kini menjadi populer.

Hanya saja, masih banyak orang yang salah membuat kue ini dengan menambahkan rasa kari di dalamnya. Padahal aslinya hanya menggunakan kentang, daging, dengan rasa jintan yang kuat, sehingga mirip dengan opor. Kemudian, dituangkan santan kental di atasnya dan dikukus bersamaan maupun terpisah.

Selanjutnya, ada kue bingke yang merupakan kue khas Pontianak yang cocok menjadi menu berbuka puasa karena memiliki cita rasa yang khas, ada yang manis juga asin. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kue ini adalah tepung beras, telur, gula pasir, dan santan kelapa. Varian kue bingke juga banyak, seperti bingke berendam, bingke kentang, bingke susu, dan lainnya.

Ada juga chaikue, makanan yang dibuat dari tepung sagu dan tepung beras yang dimasak dengan cara dikukus, diisi berbagai varian toping, seperti kucai, kacang, dan bengkuang. Di atas kue diberi minyak bawang sebagai penambah cita rasa. Kue ini menjadi kuliner khas Pontianak yang berkaitan dengan budaya Tionghua.

Sebenarnya kue ini berasal dari budaya Tionghoa yang disebut choipan, tapi menjadi khas di Pontianak dan sudah tersebar luas. Di sini varian isian chai kue sudah beragam. Dari yang awalnya hanya bengkuang berkembang menjadi isian kacang, kacang hijau, keladi, ayam, kucai, rebung, dan lain-lain. Bahkan sekarang ada varian gorengnya juga. Varian chai kue yang semakin bervariatif membuat kue ini menjadi yang diburu masyarakat pada Bulan Ramadhan.

Lalu, jorong-jorong juga dapat menjadi menu pilihan untuk berbuka, rasanya yang manis dan dibungkus dengan daun pandan yang dibentuk seperti mangkuk persegi panjang sebagai wadah menjadi keunikan tersendiri, juga karena keharumannya. Kue tradisional ini berbahan dasar gula, santan, dan tepung.

Dalam keseharian kue jorong-jorong ini termasuk yang sangat populer dan banyak dicari oleh masyarakat. Tetapi, kue ini termasuk langka dan lebih banyak tersedia di saat Ramadhan. Makanya, jorong-jorong selalu diserbu masyarakat.

Selain itu, ada pengkang yang dibungkus dengan daun pisang dan diolah dari beras ketan lalu diletakkan di atas kue dan dimasak dengan cara dibakar. Kue ini memiliki aroma yang khas karena menggunakan daun pisang sebagai wadahnya.

Pengkang ini baru mulai digemari akhir-akhir ini, namun biasanya lebih populer sebagai oleh-oleh di kalangan turis. Makanan ini bukan termasuk yang paling dicari karena harganya cukup lumayan mahal di kisaran Rp10.000.

Yudha menjelaskan keunikan makanan ini terletak pada proses pembuatannya yang dibakar saat setengah matang dan diisi udang ebi cukup banyak dan penyajiannya dengan sambal kepah yang pedas dan gurih.

Kemudian, ada pula ketupat sambal yang sudah menjadi legenda dan kini mulai sulit ditemui. Ketupat daun dirobek tengahnya lalu diberi sambal udang rebon yang khas. Rasa yang pedas gurih membuat makanan ini selalu dicari oleh masyarakat Pontianak.

Ketupat sambal ini satu di antara makanan legenda karena dari dulu menjadi menu favorit jajanan pasar yang selalu dicari. Sekarang sudah langka, kalau pun ada tidak menggunakan daun untuk membungkus ketupatnya, lebih banyak yang menggunakan plastik.

Makanan selanjutnya adalah bakwan Pontianak yang terkenal dengan daun kucai di dalam adonannya. Bentuk bakwan yang bulat biasanya diberi taburan udang rebon atau udang basah di atasnya, dengan kisaran harga Rp1.000-Rp5.000.

“Berbuka puasa itu kan identik dengan gorengan. Biasanya, yang dicari itu bakwan Pontianak yang identik dengan daun kucai. Ini yang tidak ditemukan di daerah lain, kecuali di Pontianak atau sekitar Kalimantan Barat. Jadi, memang sudah sangat identik dan tidak bisa dikesampingkan dari masyarakat Pontianak,” kata Chef Yudha.

Lemang juga populer di Pontianak dan sudah menjadi makanan sehari-hari. Makanan ini terbuat dari ketan yang dimasukkan ke dalam bambu yang dilapisi dengan daun pisang dan dibakar. Biasanya dijual menggunakan motor di pasar-pasar Pontianak.

Jadi yang berjualan lemang itu menggunakan motor dan mangkal di depan pasar-pasar yang ada di Pontianak, sehingga cukup populer. Lemang ini biasanya dijual dengan ketan putih ataupun dengan campuran ketan hitam dan disajikan bersama sambal.

Yang terakhir, ada patlau yang terbuat dari ketan yang dibentuk segitiga panjang yang dilapisi dengan daun pisang dan direbus. Makanan ini berasal dari suku Bugis, namun sudah tersebar di Pontianak seiring berjalannya waktu.

Patlau biasanya polos atau diberi kacang dalam adonannya. Digemari karena rasanya yang gurih dan awet disimpan berhari-hari. Patlau ini digandrungi pada Ramadhan dan hari raya karena cocok dimakan bersama rendang dan gulai.

Terkait dengan hubungan antara harga dengan rasa juga sangat berpengaruh. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kue harus berkualitas karena sangat berpengaruh terhadap rasanya, khususnya kue tradisional.

Contohnya seperti jorong-jorong, itu harus menggunakan gula yang terbaik kemudian santan dan tepung yang terbaik karena jorong-jorong jika menggunakan bahan yang kurang bagus akan membuat kue cepat rusak meskipun biaya pembuatannya akan mengurangi harga dan modal.

Sama halnya dengan pembuatan kue tradisional yang lainnya karena rata-rata menggunakan santan, sehingga apabila penjual menggunakan santan yang berkualitas buruk, maka akan membuat kue tersebut cepat basi.

Jadi walaupun kue tradisional ini tidak dijual dengan harga yang selangit tentunya kita wajib berhati-hati dalam menentukan bahan untuk membuat kue tersebut karena akan membuat kualitas dari kue tersebut memiliki rasa dan ketahanan yang baik.

Pasar Ramadhan

Pasar atau juadah Ramadhan yang disediakan di lingkungan masjid dan tempat strategis lainnya di Kota Pontianak tahun ini dalam beberapa hari bulan suci ini cukup ramai dari tahun sebelumnya. Pencabutan PPKM COVID-19 dan ekonomi masyarakat mulai bangkit mendorong hal itu cukup antusias masyarakat, baik berjualan maupun yang membeli.

Penjual kue di Bazar Ramadhan di Masjid Raya Mujahidin Pontianak, Nur mengatakan dalam beberapa hari memasuki Ramadhan masyarakat sangat ramai dan antusias dalam membeli takjil atau kue untuk berbuka di lokasi bazar. Kondisi saat ini sangat jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.

Saat bazar, beragam takjil dengan varian harga dijual di Bazar Ramadhan, seperti risoles, jorong-jorong , sosis solo, lemper, arem – arem, bakwan Pontianak dengan harga Rp2000. Getok, kue Sus seharga Rp3.000/butir, puyuh hai Rp2.500/ butir dan lainnya.

Peminat kue khas Pontianak cukup banyak karena beragam kue yang dijual. Untuk pembeli paling ramai di akhir pekan.

Keamanan Takjil

Untuk memastikan keamanan takjil atau menu berbuka puasa yang dijual pedagang kue di Kota Pontianak, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Pontianak melakukan pemeriksaan jajanan kue, tidak terkecuali di lokasi Bazar Ramadhan.

Pada momen masyarakat banyak membutuhkan kue berbuka, jangan sampai menu berbuka tidak sehat atau sesuai keamanan pangan. Untuk itulah setiap lokasi diambil sampel oleh BBPOM untuk memastikan apa yang dijual layak dikonsumsi. Khusus untuk pangan yang dikemas akan dilakukan pengecekan kemasan, label, izin edar dan kedaluwarsa.

“Menjelang puasa dan hari raya kita lakukan intensifikasi pengawasan pangan. BBPOM sudah melakukan pengecekan berkeliling ke beberapa distributor makanan untuk diuji,” kata Kepala BBPOM Pontianak Fauzi Ferdiansyah.

Sejauh ini dari beberapa pemeriksaan, seperti di Bazar Ramadhan Masjid Raya Mujahidin tidak ada temuan yang serius setelah dilakukan pengujian beberapa sampel. Namun ada beberapa produk yang rusak, tapi dapat ditarik lalu dikembalikan ke penjualnya.

Imbauan kepada para pelaku usaha agar mengelola makanan dengan bersih, baik, dan menggunakan bahan yang aman untuk dikonsumsi terus digencarkan. Sehingga selain kue takjil laris juga layak dikonsumsi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan