kabinetrakyat.comTak jarang, TikTok pun dijadikan sebagai media sosial untuk promosi hingga mendapatkan pundi-pundi rupiah. Diketahui, TikTok menyediakan tempat di platform mereka agar para pelaku usaha dapat mempromosikan hingga menjual barang dagangannya, yang kini juga disebut sebagai TikTok Shop.

Selain itu, masyarakat pun dapat menjadi konten kreator sehingga dapat menghasilkan uang dari konten yang mereka unggah, seperti mendapatkan klien untuk mempromosikan sebuah produk atau sejenisnya.

Namun, kecanggihan media sosial tersebut tak selamanya baik, pasalnya terdapat sejumlah orang yang memanfaatkan TikTok untuk mendapatkan uang dengan cara yang tak baik dan terbilang seakan-akan seperti mengemis.

Sebagaimana diketahui, tak jarang tayangan langsung atau live di TikTok dimanfaatkan untuk mendapatkan uang dengan cara yang tidak baik yaitu dengan seakan-akan mengemis. Sebagai informasi, terdapat sejumlah orang yang menampilkan aktivitasnya di tayangan langsung TikTok saat tengah berada di kubangan air bercampur lumpur.

Diketahui, orang yang menampilkan dirinya dalam tayangan langsung tersebut merupakan kalangan orang yang telah berumur. Kebanyakan dari mereka pun memohon belas kasih agar penonton dapat mengirimkan gift yang ada TikTok yang dapat ditukar dengan uang asli.

Fenomena tersebut pun turut disorot oleh dosen dari Departemen Komunikasi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR), Angga Prawadika Aji S.I.P., M.A. Menurutnya, media sosial menjadi tempat untuk mendapatkan dua hal, yaitu kepopuleran dan uang.

Lebih lanjut, Angga menilai bahwa saat ini penyedia konten di media sosial pun berlomba-lomba untuk menampilkan sesuatu yang dapat menarik perhatian masyarakat yang menggunakan platform tersebut.

Oleh karenanya, Angga menilai bahwa sejumlah orang yang mandi lumpur dan menayangkannya melalui siaran langsung di TikTok itu merupakan salah satu upaya untuk menarik perhatian masyarakat.

“Orang-orang ini berupaya untuk menarik perhatian dengan berbagai macam strategi, salah satunya live mandi lumpur di TikTok itu,” katanya, dikutip pada Sabtu, 14 Januari 2023.

Baca Juga: Soal Kompetensi, Sepak Bola Indonesia Tak akan Pernah Maju dan Berprestasi

Angga pun menilai bahwa hal tersebut yang dikatakannya sebagai tayangan eksploitasi kemiskinan itu sudah lama terjadi. Ia menjelaskan bahwa eksploitasi kemiskinan bisa dilihat dari konten televisi hingga yang saat ini tengah terjadi di TikTok .

“Tayangan eksploitasi kemiskinan ini sudah sering kali muncul dan penontonnya banyak. Dimulai dari konten yang ada di televisi kemudian praktik semacam ini dibawa ke platform lain seperti Tiktok,” ujarnya.

“Tujuannya tentu untuk mendapat popularitas dan bersaing dengan penghasil konten lain. Di mana popularitas ini bisa menghasilkan uang. Mau tidak mau praktik eksploitasi kemiskinan semacam ini diakui bisa menarik perhatian orang banyak,” ucapnya menambahkan.

Lebih lanjut, Angga menilai bahwa perlombaan untuk menarik perhatian masyarakat itu justru dapat membuat sang pembuat konten di media sosial menjadi lupa akan nilai moral dan etika yang seharusnya dijunjung. Angga pun beranggapan bahwa praktik sejenis itu bisa menjadi lebih ekstrem untuk menarik perhatian masyarakat.***

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan