kabinetrakyat.com – Rupiah pagi ini melemah 7 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.850 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.843 per dolar AS.

Ia menjelaskan, rilis data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang meliputi aktivitas sektor manufaktur dan jasa China bulan Agustus yang dirilis pagi tadi bisa menjadi katalis penguatan rupiah karena hasilnya masih di atas ekspektasi pasar.

Data Biro Statistik Nasional China menunjukkan bahwa PMI sektor manufaktur pada Agustus mencapai 49,4, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 49.

“Aktivitas manufaktur China masih dalam fase kontraksi tapi masih lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Sementara aktivitas sektor jasa China masih dalam kisaran pertumbuhan,” ujar Ariston.

Meski begitu, ia menyebut, penguatan rupiah diperkirakan masih rentan karena pasar keuangan masih dibayangi oleh ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed yang agresif sebesar 75 basis poin pada September mendatang.

Baru-baru ini, petinggi The Fed John Williams mendukung pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell untuk menjaga suku bunga di level tinggi hingga tingkat inflasi AS turun signifikan.

“Potensi tekanan terhadap rupiah juga bisa datang dari kekhawatiran kenaikan inflasi dalam negeri karena rencana kenaikan BBM subsidi ke depan. Inflasi bisa menurunkan daya beli yang akan menekan laju pertumbuhan ekonomi,” kata Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level Rp14.800 per dolar AS hingga Rp14.880 per dolar AS.

Pada Selasa (30/8) lalu, rupiah ditutup menguat 55 poin atau 0,37 persen ke posisi Rp14.843 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.898 per dolar AS.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan