kabinetrakyat.com – Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menyarankan agar Perum Bulog memaksimalkan penyerapan sebanyak-banyak beras dari petani dalam negeri pada masa panen raya untuk memenuhi stok, sementara melakukan operasi pasar di masa paceklik.

“Seharusnya pada masa panen raya, Bulog menyerap gabah atau beras petani sebanyak-banyaknya. Ketika harga beras sedang tinggi seperti sekarang ini, Bulog fokus di hilir untuk menjaga harga,” kata Khudori dalam diskusi mengenai beras yang diselenggarakan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) secara daring di Jakarta, Jumat.

Khudori menjabarkan mengenai pola masa tanam dan masa panen padi di Indonesia yang terus berulang setiap tahunnya. Khudori menjelaskan pada periode 2018 hingga 2020, masa panen raya dengan produksi padi melimpah terjadi pada bulan Maret dan April dengan rata-rata produksi 9,5 juta ton.

Produksi tersebut terpangkas separuhnya pada pertengahan tahun menjadi 4,5 juta ton, dan produksi terendah selalu terjadi pada bulan Oktober hingga Desember di angka rata-rata 1,5 juta ton.

Selain itu, Khudori juga menyajikan data konsumsi beras nasional yang cenderung stagnan sepanjang tahun di angka 2,5 juta ton. Sementara produksi beras fluktuatif dengan angka tertinggi 5,2 juta ton pada Maret-April, dan produksi terendah di kisaran 1 juta ton pada Desember dan Januari

Pada masa paceklik seperti sekarang ini, kata Khudori, Bulog seharusnya melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga beras di pasaran, bukannya melakukan pengadaan dengan membeli stok beras di penggilingan.

Khudori mengatakan apabila Bulog membeli beras di penggilingan di masa sekarang, hal itu hanya mengerek harga menjadi lebih tinggi lagi lantaran permintaan yang besar dari Bulog.

“Kalau Bulog agresif masuk ke pasar, harga kian tinggi. Padahal harga gabah dan beras sudah tinggi,” kata Khudori.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, kenaikan harga beras mulai melemah pada November 2022.

BPS menyebutkan kenaikan harga atau inflasi beras mulai melemah pada November 2022 dengan kenaikan sebesar 0,37 persen dibandingkan peningkatan harga beras pada bulan Oktober yang sebesar 1,13 persen.

Rata-rata harga beras kualitas premium pada November 2022 di penggilingan sebesar Rp10.512,00 per kg, naik 10,19 persen dibandingkan November 2021.

Sedangkan beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp10.122,00 per kg atau naik sebesar 11,58 persen, dan rata-rata harga beras luar kualitas di penggilingan sebesar Rp9.542,00 per kg atau naik sebesar 9,54 persen secara year to year (YoY).

Dibandingkan dengan bulan lalu, rata-rata harga beras di penggilingan pada November 2022 untuk kualitas premium, medium, dan luar kualitas masing-masing naik sebesar 1,05 persen; 0,78 persen; dan 0,27 persen.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan