Saham Batu Bara RI Loyo, Pesta Pora Sudah Berakhir?

kabinetrakyat.comJakarta, CNBC Indonesia – Harga mayoritas saham emiten batu bara terpantau melemah pada perdagangan sesi I Kamis (30/3/2023), setelah dalam tiga hari beruntun bergerak di zona hijau.

Per pukul 09:31 WIB, dari 20 saham batu bara di RI, 14 saham melemah, dua saham cenderung stagnan, dan empat lainnya masih melanjutkan penguatan.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.

Sumber: RTI

Saham batu bara Grup MNC yakni PT MNC Energy Investment Tbk (IATA) yang sehari sebelumnya melesat, berbalik arah ke zona merah dan yang paling parah koreksinya yakni mencapai 6,25% ke posisi Rp 90/saham. Bahkan, saham IATA sudah menyentuh auto reject bawah (ARB).

Selanjutnya di posisi kedua, ada saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang ambles 3,24% ke Rp 1.195/saham.

Namun, beberapa saham batu bara masih ada yang melanjutkan penguatannya pada pagi hari ini, seperti saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN), di mana keduanya menguat masing-masing 0,26% dan 1,01%.

Koreksinya mayoritas saham batu bara terjadi karena investor mulai melakukan aksi profit taking, setelah selama tiga hari beruntun mengalami penguatan yang cukup signifikan.

Di lain sisi, harga batu bara yang juga masih dalam tren bearish juga menjadi pemicunya, meski cenderung menguat tipis.

Pada perdagangan Rabu kemarin, harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 192,75 per ton. Harganya menguat tipis 0,39%.

Kenaikan tipis ini terjadi di tengah tarik menarik dua sentimen yang sama-sama kuat. Penguatan kemarin juga menjadi angin segar mengingat pasir hitam anjlok 1,54% pada Selasa lalu.

Sentimen positif datang dari China serta kenaikan harga gas. Sebaliknya, sentimen negatif datang dari Amerika Serikat (AS) dan India.

China dilaporkan terus meningkatkan pembelian batu bara dari luar negeri, terutama batu bara thermal. Kenaikan impor sejalan dengan meningkatnya aktivitas industri dan ekonomi Tiongkok.

Impor batu bara thermal China pada kuartal I-2023 atau sepanjang Januari-Maret 2023 menembus 65,7 juta ton. Jumlah tersebut melambung 81% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan harga batu bara juga ditopang oleh menguatnya harga gas alam. Penguatan harga gas disebabkan oleh proyeksi suhu di sejumlah Eropa yang akan lebih dingin dalam beberapa minggu ke depan.

Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling memperngaruhi.

Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) menguat 0,12% sehari dan 7,1% sepekan menjadi 42,8 euro per mega-watt hour (MWh) kemarin.

Namun, kabar buruk dari AS dan India membuat penguatan batu bara tertahan.

India tengah menargetkan untuk bisa mengekspor batu bara thermal pada 2026. Negara Bollywood pun akan melipatgandakan produksi demi target tersebut.

Produksi batu bara India diharapkan menembus 1,1 miliar ton pada 2026, melonjak dari 800 juta ton pada tahun ini. Dengan produksi sebanyak itu, India diharapkan sudah bisa mengekspor.

Pelemahan batu bara juga disebabkan oleh kabar buruk dari AS. Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan kontribusi pembangkit batu bara dalam produksi listrik AS terus mengecil.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah AS, produksi listrik dari energi baru terbarukan (EBT) bahkan mengungguli batu bara.

Produksi listrik AS mencapai 4, 090 triliun kilowatthours (kWh) pada 2022. Dari jumlah sebanyak itu, pembangkit batu bara menyumbang 20%, turun dibandingkan 23% pada 2021.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan