kabinetrakyat.com – Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Ibu Iriana Joko Widodo tiba di Bandar Udara Internasional Juanda, Kabupaten Sidoarjo , Jawa Timur , sekitar pukul 18.00 WIB, Senin (6/2/ 2023).

Kedatangan Presiden dan Ibu Iriana di Kabupaten Sidoarjo disambut Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf, Kapolda Jawa Timur Irjen Toni Harmanto, dan Danlanud Muljono Kolonel Pnb Sugeng Budiono.

Dari bandara, Presiden dan Ibu Iriana langsung menuju tempatnya bermalam.

Pada esok hari, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana dijadwalkan menghadiri resepsi puncak satu abad Nahdlatul Ulama yang akan diselenggarakan di Gelora Delta Sidoarjo , Kabupaten Sidoarjo .

Sebelumnya, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana lepas landas melalui Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta sekitar pukul 17.00 WIB dengan menggunakan pesawat kepresidenan Indonesia-1.

Turut mendampingi Presiden dalam penerbangan menuju Jawa Timur antara lain Menteri BUMN Erick Thohir, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Sekretaris Militer Presiden Laksda TNI Hersan, Komandan Paspampres Marsda TNI Wahju Hidajat Soedjatmiko, dan Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin.

Sejarah Berdirinya NU

Organisasi NU ini didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 31 Januari 1926 atau bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H, di Surabaya, Jawa Timur .

Pendirian organisasi NU ini sebagai wadah kegelisahan situasi bangsa Indonesia saat itu.

NU diharapkan dapat menerapkan hukum dan pengetahuan agama Islam yang berpedoman Ahlussunah wal Jamaah.

Dikutip dari uinsa.ac.id, pada bulan Februari 1923 didirikan Persatuan Islam (Persis), di Mapan Bandung.

Persatuan Islam lalu memiliki pengaruh dalam peran pendirian Nahdlatul Ulama (NU) .

Diketahui, NU didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 sebagai wakil dari ulama tradisional dan memiliki pedoman ideologi Ahlussunnah waljamaah.

Dalam pendirian NU ini terdapat beberapa tokoh yang ikut berperan, diantaranya K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Wahab Hasbullah, serta para ulama masa itu mulai berkembang luas.

Kemudian, pada kongres Islam yang ke empat di bandung pada Februari 1926, anggota mayoritas dikuasai oleh pemimpin organisasi Islam modern.

Saat itu sebagian besar mengabaikan usul dari pemimpin Islam tradisional yang menginginkan terpeliharanya praktek-praktek keagamaan secara tradisional.

Praktik keagamaan tradisional seperti halnya memelihara empat madzhab, pemeliharaan kuburan Nabi dan keempat sahabatnya di Madinah.

Hingga para Kyai dan ulama yang dipimpin oleh Kyai H. Hasyim Asyaari melakukan kritik keras kepada kaum Islam modern.

Tak hanya sampai disitu, mereka pun membentuk Jami’yah Nahdlatul Ulama (NU) sebagai wadah perjuangan para pemimpin Islam tradisional pada tahun 1926.

NU pun memiliki pengaruh besar di kalangan Kyai dan Ulama wilayah Jawa Timur , Jawa Tengah, dan kaum awam.

Pada pendiriannya tahun 1927, NU memiliki tujuan untuk memperkuat kesetiaan kaum muslimin pada satu dari madzhab empat dan melakukan kegiatan yang menguntungkan para anggotanya sesuai dengan ajaran Islam.

Kegiatan pokok NU pada 1927:

1. Memperkuat persatuan antara sesama ulama yang masih setia kepada ajaran-ajaran Madzhab;

2. Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis kitab yang diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan Islam;

3. Penyebaran-penyebaran ajaran Islam yang sesuai dengan tuntutan Madzhab empat;

4. Memperluas jumlah madrasah dan memperbaiki organisasi;

5. Membantu pembangunan masjid-masjid, langgar dan pondok pesantren;

6. Membantu anak-anak yatim piatu dan fakir miskin

Dikutip dari Gramedia, NU merupakan organisasi sosial yang terbesar di Indonesia, sebenarnya adalah komunitas Islam yang semenjak kelahirannya selalu berusaha menekankan pentingnya pelestarian dan penghargaan terhadap khazanah budaya nusantara.

Sejarah NU

Sebelum berdirinya Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926, KH. Hasyim Asyari tidak melarang muridnya yang untuk berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan dan sosial keagamaan Kelompok Modernisasi Islam.

Muridnya tersebut bernama KH. Wahab Hasbullah.

Pada awal abad 20, Kyai Abdul Wahab menyelenggarakan Islam tradisional dan didirikan pada tahun 1912 di Surakarta, Jawa Tengah, oleh Ikatan Pedagang Muslim.

Kyai Abdul Wahab pun juga aktif dalam Syarikat Islam (SI), dan mendirikan madrasah yang berbasis di Surabaya bernama Nahdl di Batam, tahun 1916.

Diketahui, perdebatan sering terjadi di antara para Kyai, setelah Muhammadiyah berdiri di tahun 1912 dan sepeninggal Kyai H. Ahmad Dahlan.

Selain itu ada juga para pimpinan dan ulama pondok pesantren yang mendukung gerakan Muhammadiyah untuk menangani berbagai aspek keislaman.

Kemudian diadakan forum utama untuk berdiskusi yang dipimpin oleh Kyai H. Wahab Hasbullah di bawah organisasi Taswirul Afkar di Surabaya.

Dalam acara tersebut dihadiri juga kyai Mas Mansoer, Kyai H. Hasyim Ashari, Kyai KH. Bisri Syamsuri (keduanya dari Jombang), Kyai Lidowan (Semarang), Kyai Nawawi (Pasuruan), Kyai Abdul Aziz (Surabaya) dan sebagainya.

Rapat tersebut menghasilkan dua keputusan sebagai berikut.

1. Pengiriman delegasi dari Kongres Dunia Islam ke Mekah Perjuangkan Ibn Saud sesuai hukum Madzhab 4 (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali) Perlindungan dan kebebasan dalam bidang pertanggungjawaban

2. Pembentukan (kebangkitan) Jamiya yang disebut Nahdlatul Ulama Cendekiawan bertujuan untuk menegakkan penegakan hukum Islam di bawah salah satu dari empat sekolah

Kedua kelompok tersebut mendukung Syarekat Islam karena organisasi tersebut tidak bergerak di bidang keagamaan dan berfokus pada politik.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan