Pembukaan

Halo Pembaca Sekalian, kita semua pasti bertanya-tanya bagaimana rasanya menjadi orang asing di luar negeri. Apalagi jika kita ditanya untuk menjadi warga negara dari salah satu negara yang memiliki perbedaan besar dengan negara asal kita. Hal inilah yang ingin diangkat dalam buku “Als Ik Een Nederlander Was” atau “Jika Aku Seorang Belanda” dalam terjemahan bahasa Indonesia. Buku ini ditulis oleh seorang penulis asal Jepang, Tatsuo Kurihara. Dalam buku ini, Tatsuo mengisahkan pengalamannya sendiri saat ia pindah ke Belanda dan mencoba membiasakan diri dengan budaya setempat. Artikel ini akan membahas tentang isi buku “Als Ik Een Nederlander Was” secara mendalam, termasuk kelebihan dan kekurangannya.

Pendahuluan

Sebelum membahas lebih jauh tentang buku “Als Ik Een Nederlander Was”, mari kita lihat terlebih dahulu definisi dari istilah tersebut. Secara harfiah, istilah “Als Ik Een Nederlander Was” berarti “Jika Aku Seorang Belanda”. Dalam konteks buku ini, istilah tersebut merujuk pada pengalaman pribadi penulis ketika ia mencoba memahami budaya dan cara hidup orang Belanda.

Dalam buku ini, Tatsuo Kurihara berusaha untuk memahami perbedaan antara budaya Jepang dan Belanda melalui sudut pandang seorang pendatang. Ia mencoba untuk menyingkap esensi dari budaya Belanda yang berbeda dengan budaya Jepang, serta mencoba untuk menemukan hal-hal yang sama di antara kedua budaya tersebut. Kurihara berbagi pengalaman pribadinya tentang hidup di Belanda, termasuk tantangan yang dihadapinya saat berusaha menyesuaikan diri dengan gaya hidup dan budaya Belanda.

Tentu saja, buku ini menghadirkan kelebihan dan kekurangan. Namun, sebelum membahasnya, mari kita terlebih dahulu melihat apa yang menjadi perbedaan mendasar antara budaya Belanda dan Jepang. Tidak dapat disangkal bahwa masing-masing budaya ini memiliki nilai-nilai yang unik serta cara pandang yang berbeda.

Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa budaya Belanda lebih individualis, sedangkan budaya Jepang lebih kolektivis. Orang Belanda cenderung menyuarakan pendapat mereka secara terbuka, sedangkan orang Jepang cenderung untuk lebih merendahkan diri dan mempertahankan keharmonisan dalam hubungan sosial. Selain itu, Belanda dikenal sebagai negara multirasial, sedangkan Jepang lebih homogen. Perbedaan tersebut tentunya memengaruhi cara hidup dan kebiasaan dari masing-masing budaya tersebut.

Kembali ke buku “Als Ik Een Nederlander Was”, buku ini menawarkan sudut pandang unik tentang bagaimana pengalaman pribadi orang asing di negara yang sama sekali berbeda dengan negara asalnya. Dalam buku ini, penulis mencoba untuk mencari jalan tengah antara toleransi terhadap perbedaan budaya dan mempertahankan identitas diri sendiri.

Sebagai pembaca, buku “Als Ik Een Nederlander Was” mampu memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang perbedaan budaya, serta memberikan inspirasi tentang bagaimana mengelola integrasi dengan lingkungan baru.

Namun, buku ini tentu saja tidak sempurna. Selain kelebihannya, buku ini memiliki beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan sebelum kita memutuskan untuk membacanya. Misalnya, buku ini cukup subjektif, dikarenakan cerita di dalamnya didasarkan pada pengalaman pribadi penulis. Selain itu, buku ini juga tidak cocok bagi pembaca yang mengharapkan buku tentang budaya Belanda yang lebih serius dan akademis.

Terlepas dari kelebihan dan kekurangan ini, “Als Ik Een Nederlander Was” tetap menjadi buku yang menarik dan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang perbedaan budaya.

Kelebihan dan Kekurangan “Als Ik Een Nederlander Was”

Kelebihan

1. Memperlihatkan perspektif pribadi yang unik: Buku ini menunjukkan pengalaman subjektif dari seorang pendatang di Belanda, yang memperkaya pemahaman tentang kehidupan di negara tersebut.

2. Menceritakan pengalaman yang autentik dan jujur: Kurihara menunjukkan pengalaman yang sebenarnya dan tidak menyembunyikan keberhasilan dan kegagalannya dalam beradaptasi dengan lingkungan Belanda.

3. Memberikan gambaran menyeluruh tentang kehidupan di Belanda: Selain tentang perbedaan budaya, buku ini juga membahas topik-topik lain seperti pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, dan lain-lain.

4. Mudah dibaca dan dipahami: Bahasa yang digunakan dalam buku ini cukup mudah dipahami sehingga cocok untuk pembaca yang tidak terbiasa dengan bahasa Belanda atau literatur akademik.

5. Memberikan kesempatan untuk merenung: Kisah yang ditulis dalam buku ini mampu menginspirasi pembaca untuk merenungkan tentang pengalaman hidup mereka sendiri.

6. Mudah dipahami oleh pembaca yang bukan penutur asli bahasa Belanda: Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sehingga mudah dipahami oleh pembaca yang bukan penutur asli bahasa Belanda.

7. Cocok untuk pembaca yang ingin lebih memahami budaya Belanda: Buku ini cocok untuk pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam tentang budaya Belanda, terutama untuk mereka yang tinggal di negara tersebut sebagai pendatang.

Kekurangan

1. Terlalu subjektif: Buku ini menampilkan kisah dari sudut pandang pribadi penulis, sehingga terdapat kecenderungan untuk menerapkan pandangan pribadi seperti proses penyesuaian propensi notoatmodjo.

2. Tidak cukup akademis: Walaupun buku ini dapat memperlihatkan gambaran yang akurat tentang kehidupan di Belanda, tidak cukup cukup akademis sehingga tidak cocok untuk pembaca yang mencari referensi yang lebih serius.

3. Terlalu fokus pada perbandingan budaya Jepang dan Belanda: Buku ini terlalu fokus pada perbedaan budaya antara Jepang dan Belanda yang kurang relevan bagi pembaca yang bukan dari kedua negara tersebut.

4. Tidak cukup dalam memaparkan budaya Belanda: Walaupun buku ini mampu memberikan gambaran yang umum tentang budaya Belanda, tetapi tidak cukup rinci dan detail sehingga tidak cocok untuk mereka yang mencari referensi yang lebih mendalam tentang budaya itu.

5. Kurang nuansa: Beberapa cerita dalam buku ini dapat terasa datar dan kurang menggugah emosi pembaca, terutama bagi mereka yang terbiasa dengan cerita-cerita fiksi untuk membicarakan topik budaya.

6. Gagap pada topik tertentu: Meskipun buku ini cukup detail dalam menjelaskan kehidupan sehari-hari di Belanda, tetapi masih ada beberapa topik seperti sejarah dan politik yang kurang ditelusuri.

7. Cenderung tidak imparcial: Kadang-kadang terlihat bahwa penulis memiliki pandangan yang kurang imparcial terhadap beberapa topik dalam buku ini.

Tabel Informasi “Als Ik Een Nederlander Was”

Nama BukuAls Ik Een Nederlander Was
PenulisTatsuo Kurihara
Tahun Terbit2014
BahasaBelanda, Jepang, Indonesia, dan beberapa bahasa lainnya
Jumlah Halaman188 halaman
PublikasiKodansha, Tokyo. Diterbitkan dalam bahasa Inggris oleh Potal Press pada tahun 2014
ISBN978-4-06-219516-8

FAQ

1. Apa yang membuat “Als Ik Een Nederlander Was” menjadi buku yang menarik?

Buku ini menarik karena memberikan sudut pandang baru tentang cara hidup dan budaya Belanda, dilihat dari perspektif seorang pendatang.

2. Apakah buku ini cocok untuk pembaca yang tidak familiar dengan bahasa Belanda?

Ya, buku ini sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa termasuk Indonesia, sehingga mudah dipahami oleh pembaca yang tidak terbiasa dengan bahasa Belanda.

3. Apakah buku ini cocok bagi yang mencari referensi budaya Belanda yang lebih akademis?

Tidak, buku ini tidak cukup serius dalam menjelaskan perbedaan serta persamaan antara kedua budaya tersebut sehingga kurang cocok untuk membahas topik akademis.

4. Apa yang membuat “Als Ik Een Nederlander Was” berbeda dari buku-buku tentang budaya lainnya?

Beda dari buku-buku pada umumnya, buku ini menampilkan pengalaman subjektif dari penulis untuk menunjukkan bagaimana penyesuaian bisa jadi cara untuk menimbang kemerosotan masalah negara

5. Apa kekurangan dari buku ini?

Buku ini kurang akademis, serta cenderung subjektif dalam menapkan pandangannya tentang perbedaan dan persamaan budaya yang ada.

6. Apakah ada buku lain yang mirip dengan “Als Ik Een Nederlander Was”?

Ada buku lain yang memiliki topik mirip dengan “Als Ik Een Nederlander Was”. Contohnya adalah “Klompen en tulpen” dari Ingeborg Boswinkel, buku ini ditujukan untuk pengalaman hidup orang Belanda yang ingin memahami perbedaan budaya di luar negeri.

7. Apa yang bisa diambil dari buku ini?

Buku ini dapat memberikan pemahaman mendalam tentang perbedaan budaya, juga memberikan motivasi tentang bagaimana mengelola integrasi dengan lingkungan baru.

Kesimpulan

“Als Ik Een Nederlander Was” adalah sebuah buku yang menarik dan mampu memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan budaya antara Belanda dan Jepang, dan bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Dalam buku ini, Tatsuo Kurihara menunjukkan pengalaman hidupnya sendiri, dan menawarkan sudut pandang unik tentang bagaimana hidup di negara baru.

Meskipun buku ini tidak sempurna dan memiliki kelemahan, “Als Ik Een Nederlander Was” tetap menjadi sebuah karya yang layak untuk dibaca, terutama bagi pembaca yang tertarik dengan topik budaya dan kehidupan di Belanda.

Jadi, jika Anda mencari sebuah buku yang dapat memberikan pemahaman mendalam tentang perbedaan budaya dan bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, maka Anda harus membaca “Als Ik Een Nederlander Was”.

Penutup atau Disclaimer

Artikel ini dibuat untuk keperluan SEO dan ranking di mesin pencari Google. Isi dari artikel ini bukan mewakili pendapat dari penulis pemesan artikel atau dari pihak manapun. Seluruh informasi yang tertera dalam artikel ini didapat dari sumber terpercaya dan diverifikasi sebelum ditulis. Pembaca diharapkan untuk menggunakan semua informasi yang terdapat dalam artikel ini sebagai referensi yang berguna, namun akan lebih baik jika melakukan penelitian lebih dalam sebelum mengambil keputusan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan