Watak Tembang Dhandhanggula: Keunikan dan Kelemahan dari Sebuah Lagu Jawa Klasik

Pembukaan

Salam Pembaca Sekalian, dalam dunia musik Indonesia, lagu-lagu tradisional Jawa masih menjadi salah satu karya seni yang sangat dihormati. Salah satu lagu tradisional Jawa yang terkenal adalah tembang dhandhanggula. Lagu ini memiliki karakteristik yang sangat khas, baik dari segi melodi, lirik, maupun makna yang terkandung di dalamnya. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang watak tembang dhandhanggula, termasuk kelebihan dan kekurangannya.

Pendahuluan

Tembang dhandhanggula adalah jenis lagu klasik Jawa yang dipentaskan dalam balairung (pendopo) sebagai bagian dari ritual keagamaan atau penyambutan tamu istimewa. Tembang ini memiliki sifat lokal, artinya diciptakan dan dinyanyikan secara khas oleh masyarakat Jawa. Sebagai karya seni yang populer, watak tembang dhandhanggula memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang penting untuk diketahui, antara lain:

Kelebihan

1. Nuansa Religius

Tembang dhandhanggula pertama kali dipopulerkan oleh Ki Nartosabdo, seorang penafsir Agama Islam dan pencipta lagu. Karena asal-usulnya yang bersifat religius, tembang ini biasanya dinyanyikan sebagai bentuk persembahan atau doa kepada Sang Pencipta. Hal ini membuat tembang ini memiliki nuansa keagamaan yang kuat dan memberi nilai tambah bagi pendengarnya.

2. Bahasa Puitis

Bahasa dalam tembang dhandhanggula memiliki karakteristik yang sangat khas dan puitis. Liriknya sangat indah dan memikat, bahkan terkadang sulit dipahami. Selain itu, banyaknya kosakata Jawa klasik yang digunakan dalam lirik tembang ini juga menjadi daya tarik tersendiri.

3. Melodi yang Beragam

Tembang dhandhanggula memiliki variasi melodi yang sangat beragam dan tak terduga. Dari nadanya yang mengalir lancar hingga yang energetik, lagu ini mampu menghipnotis pendengarnya, membawa mereka terlelap dalam kehangatan kesederhanaan.

4. Identitas Budaya Jawa yang Kekal

Sebagai lagu klasik Jawa, dhandhanggula adalah salah satu jenis musik yang sangat melekat dalam identitas budaya Jawa. Tembang ini mengajarkan nilai-nilai tentang cinta, kebersamaan, dan kehidupan sosial, serta keterkaitan manusia dengan alam. Ada banyak nilai-nilai positif yang bisa dipetik dari tembang ini, sehingga dianggap sangat penting untuk dilestarikan sebagai warisan budaya.

5. Kreativitas yang Tidak Terbatas

Walaupun tembang dhandhanggula memiliki pola melodi dan irama yang khas, para seniman masih berpeluang untuk mengeksplorasi dan mengkreasikan karya dengan berbagai cara. Hal ini membuat kemungkinan perkembangan tembang dhandhanggula dalam masyarakat amat besar, serta siapa tahu bisa memunculkan inovasi baru dalam dunia musik Indonesia.

6. Ramah Lingkungan

Tembang dhandhanggula dijaga dengan cara yang sangat khas, yaitu dimainkan secara akustik tanpa memerlukan peralatan listrik atau elektronik. Hal ini membuat tembang ini sangat ramah lingkungan karena tidak berdampak negatif pada lingkungan sekitar, sehingga sangat aman bagi pendengarnya.

7. Hasil Kerja Keras Kenangan Masa Lalu

Setiap lagu tradisional memang memiliki nilai historisnya masing-masing. Tembang dhandhanggula pun tidaklah terkecuali. Lagu ini mencerminkan hasil kerja keras para seniman Jawa dari masa lalu yang telah dilewati. Oleh sebab itu, watak tembang dhandhanggula sangatlah klasik dan patut dikagumi.

Kekurangan

1. Kemampuan Dalam Mempertahankan Eksistensi

Meskipun sebagai jenis lagu tradisional yang terkenal, tembang dhandhanggula dewasa ini banyak tergusur oleh trend lagu pop dan jenis musik modern. Hal ini turut mempengaruhi minat pendengar dalam menjaga eksistensi tembang ini. Sedikit sekali para penggemar muda sekarang yang berminat terhadap musik tradisional Jawa seperti tembang dhandhanggula.

2. Kurangnya Pendanaan Seni Budaya

Pendanaan seni budaya di Indonesia ternyata masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Sebagai dampak dari hal ini, ketika ada acara persembahan tembang dhandhanggula, para musisi biasanya tidak mendapatkan gaji yang sebanding dengan kerja keras mereka. Padahal, seharusnya para seniman diberi perlindungan yang layak untuk menumbuhkembangkan seni tradisional.

3. Terlalu Klasik Dalam Penangkapan Generasi Muda

Meskipun sebagai jenis lagu tradisional, kadang-kadang cerita yang diangkat dalam tembang dhandhanggula terasa kekanak-kanakan atau terkesan kaku untuk dinikmati oleh generasi yang lebih muda. Sehingga, kebingungan muncul bagaimana cara mengkampanyekan keindahan tembang dhandhanggula di kalangan anak muda.

4. Kurangnya Inovasi Dari Para Seniman

Terkadang, para seniman masih menggunakan standar atau pola lama dalam mengukir tembang dhandhanggula. Sulit sekali menemukan suatu lagu tembang dhandhanggula yang memang benar-benar baru, dengan lirik yang mempunyai pemikiran yang lebih unik, dan memiliki nuansa musik yang lebih segar. Ada kekhawatiran bahwa jika tak segera dibuat inovasi baru dari para seniman, maka keadaan tembang dhandhanggula akan semakin sulit untuk dipertahankan.

5. Kurangnya Promosi

Musisi tradisional terutama para penggemar musik tembang dhandhanggula belum mampu melakukan promosi dengan baik. Seiring perkembangan zaman, kita tahu bahwa internet mempunyai pengaruh yang begitu besar dalam memberikan informasi tentang budaya dan musik. Sayang sekali bahwa masih banyak musisi yang belum melakukan promosi dengan baik melalui media online dan sosial media. Sehingga, mereka masih punya kendala untuk menjangkau khalayak luas dan meningkatkan popularitas musiknya.

6. Kurangnya Pemahaman Mengenai Lagu Tembang Dhandhanggula

Tidak dapat dipungkiri bahwa terkait dengan tembang dhandhanggula, kita kerap mengkonotasikan lagu ini dalam konteks religi. Sehingga, terkadang orang-orang tidak tertarik karena menganggap bahwa sepenuhnya lagu itu bersifat religius. Padahal, meskipun kental dengan nuansa keagamaannya, baik lirik, melodi, ataupun maknanya, tembang dhandhanggula juga memiliki nilai-nilai sosial yang sangat dihargai.

7. Kurangnya Kepraktisan Dalam Hal Pengambilan Materi

Urusan mengambil materi lagu dari musisi tradisional masih terbilang cukup sulit untuk dilakukan. Karena mereka masih menganut pola pemikiran yang bersifat kuno atau tradisional, maka tidak jarang hal itu menyulitkan para peneliti dan pencinta musik tembang dhandhanggula untuk mengeksplorasi lebih dalam. Para seniman atau musisi yang masih kental dengan nuansa budaya bisa merasa tidak enak hati ketika harus memerkenalkan musik tradisional Jawa kepada orang yang bukan-bukan. Sehingga hal ini terkadang menimbulkan kesulitan dalam mempraktikkan bahan ajar ketika ingin mempelajari tembang dhandhanggula secara lebih dalam.

Penjelasan Detail dari Watak Tembang Dhandhanggula

Untuk lebih memahami tentang watak yang dimiliki oleh tembang dhandhanggula, maka akan dibahas secara detail dari beragam aspek sebagai berikut.

Aspek Lirik

Dalam tembang dhandhanggula, lirik yang ditulis mempunyai makna mendalam, yakni tanggungjawab bahwa manusia pada hakikatnya adalah anugerah Allah SWT. Maka dari itulah sebagai manusia kita dituntut untuk bisa memaknai hidup kita dengan bijak dan tetap menyadari bahwa semua yang kita lakukan telah ditertibkan oleh Yang Maha Kuasa. Seperti dalam parikan Jawa yang berbunyi “Manungso mung mampir ngombe, sadurunge taksih waosan”. Yang mana artinya, manusia hanya singgah sebentar di dunia ini, sebelum terlecut menuju kealam yang lebih indah. Jadi, dalam lagu tembang dhandhanggula dijadikan bentuk perenungan hidup tentang dasar kemanusiaan kita.

Aspek Melodi

Melodi dalam lagu tembang dhandhanggula cukup tersusun dan teratur, bergantian antara nada yang pelan dan nada yang lebih kencang. Pada awalnya, nada yang pelan digunakan sebagai pengantar lirik sebelum bergerak ke nada yang lebih keras. Ada beberapa tembang yang menciptakan nuansa musik yang keras untuk mencapai tujuan mendalamkan lirik, namun tidak sedikit juga yang mendayakan balungan atau instrumentalisasi yang lembut dan bernafas legato hingga ke akhir penampilan lagu.

Aspek Makna

Makna dalam tembang dhandhanggula berkaitan dengan lebih dari sekadar manusia. Banyak kisah dalam tembang ini berkaitan dengan kehidupan sosial, agama, dan kegunaan. Sebagai sosialisator budaya, tembang dhandhanggula ini mengajarkan kawan untuk menghargai sesama secara tulus, berkomitmen terhadap apa yang dijanjikan, serta lebih memperhatikan lingkungan sekitarnya. Dalam lagu tersebut bersifat ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Kasarannya, bahwa seorang pemimpin pengemban amanah seharusnya senantiasa menjadi leading example untuk dicontoh oleh rakyatnya. Dan selalu mengajak untuk bekerja keras, menghindari yang buruk serta mendorong yang buruk atau berbahaya agar berhelai.

Aspek Budaya

Dalam segi budaya, tembang dhandhanggula sangat mendukung keberlangsungan hidup masyarakat Jawa. Ini terlihat dari penggunaan bahasa dalam liriknya yang memperkuat identitas Jawa, serta adanya tari-tari tradisional atau seni ukir yang menjadi pendamping saat tembang dhandhanggula dibawakan. Tembang dhandhanggula ini selalu menjadi lagu yang dipakai untuk mengiringi semua ritual adat maupun upacara keagamaan di Jawa.

Aspek Kebudayaan

Tembang dhandhanggula dipandang sebagai sebuah produk kebudayaan. Tidak hanya sebagai ekspresi sebuah seni, tapi lebih dari itu, ia fungsi sebagai alat untuk mempelajari sejarah budaya masyarakat Jawa. Pergantian zamannya, menjadi alasan pengembangan atas lagu tembang dhandhanggula tersebut memiliki parutan dengan karya seni yang baru dan lebih modern dengan mengadaptasi kembali nilai-nilai kebudayaan yang menjadi budaya lama lalu diolah dalam waktu yang lebih modern.

Aspek Sosial

Di dalam tembang dhandhanggula terkandung banyak pesan-pesan kehidupan sosial, seperti pentingnya persatuan, kebersamaan, dan keakraban di dalam masyarakat. Lagu ini juga mengajarkan tentang pentingnya terus berusaha dan tidak cepat menyerah dalam mencapai tujuan kita. Hal ini membuktikan bahwa tembang dhandhanggula tidak hanya mudah dimengerti, tetapi juga sangat relevan dengan kehidupan sosial kita sehari-hari.

Tabel Mengenai Watak Tembang Dhandhanggula

Aspek Deskripsi
Lirik Memiliki makna mendalam tentang kemanusiaan
Melodi Teratur dan beragam, bergantian antara nada yang pelan dan nada yang kencang
Makna Berkaitan dengan kehidupan sosial, agama, dan kegunaan
Budaya Memperkuat identitas Jawa dan penggunaaan bahasa Jawa klasik dalam liriknya
Kebudayaan Menjadi alat mempelajari sejarah budaya masyarakat Jawa
Sosial Memberi pesan tentang pentingnya persatuan, kebersamaan, dan keakraban di dalam masyarakat
Eksistensi
  • Sulit dipopulerkan kembali di era modern
  • Minat pendengar muda terhadap musik tradisional Jawa men

Pos terkait