kabinetrakyat.com – Mudik Lebaran 2023 akan segera tiba, ada 4 cara yang bisa dilakukan agar lingkungan nanti tetap terjaga. Di sisi lain, hal itu juga diharapkan tidak mengurangi kemeriahan momen tersebut.Belum lama ini peneliti Environmental Communication Center, Universitas Padjadjaran (Unpad), Herlina Agustin, mengungkap 4 dampak lingkungan jika Lebaran nanti dirayakan dengan tidak memperhatikan ekologi.Sementara itu mudik Lebaran 2023 kali ini akan ramai usai 124 orang diprediksi pulang ke kampung halaman masing-masing. Antisipasi akan nasib lingkungan , menurut peneliti Unpad, perlu diperhatikan.

Berikut selengkapnya, dilansir dari laman The Conversation:

Peneliti Unpad Herlina membeberkan sejumlah ancaman lingkungan yang salah satunya adalah kendaraan pribadi. Mobilitas tinggi menyebabkan banyak kendaraan bermotor tumpah ke jalan raya, polusi dan kemacetan pun tak terhindarkan.”Meski tak berlangsung lama, tren ini tetap membahayakan kesehatan maupun lingkungan .. Pembakaran mesin maupun gesekan ban dengan jalanan turut mengeluarkan karbon monoksida, partikel debu berukuran 10 (PM10) – atau lebih kecil lagi – 2,5 mikron (PM2,5),” ujarnya.

Herlina menyatakan ada zat kimia seperti mesiu, karbon, logam berat, dan lainnya dari kembang api tersebut. Dampak lainnya adalah saluran pernapasan kita akan terganggu akibat menghirup polusi itu yang juga mencemari air dan merusak tumbuhan.“Dampak lainnya dari kembang api adalah mengganggu kehidupan satwa liar terutama burung-burung dan satwa arboreal yaitu hewan yang tinggal di pohon-pohon. Gangguan suara yang ditimbulkan oleh petasan dan kembang api juga diderita oleh hewan domestik yang sensitif terhadap frekuensi suara, seperti anjing dan ayam,” ujar peneliti tersebut.

Membeli baju baru saat Lebaran, menurut Herlina, berdampak pada penumpukan sampah , salah satu masalah lingkungan yang masih menjadi pekerjaan rumah. Menurut survei dari Yougov pada 2017, sekira 66 persen responden di Indonesia membuang satu baju setiap tahun, dua 25 persen membuang 10 baju.“Selain mubazir, kebiasaan membeli baju baru juga bisa memperparah dampak lingkungan dari industri tekstil. Sektor ini bertanggung jawab atas 6-8 persen emisi gas rumah kaca di bumi karena masifnya penggunaan energi untuk pemrosesan garmen dan tekstil,” ujar peneliti Unpad tersebut.Menyikapi hal di atas, kita bisa mulai mengurangi membeli baju baru. Kita bisa memakai baju lama yang masih layak pakai saat Idulfitri maupun berjumpa keluarga, kerabat, hingga sahabat.

Selain karena boros, makanan sisa bisa memunculkan masalah kesehatan karena menjadi tempat tumbuh suburnya kuman maupun hewan liar. Penyakit bisa ditularkan dari hewan ke manusia akibat organisme tersebut.“Sisa makanan yang membusuk juga mengeluarkan gas metana (CH4), salah satu gas rumah kaca . Emisi gas metana yang berlebihan amat berbahaya karena bisa memerangkap panas 25 kali lebih besar dibandingkan karbon dioksida atau CO2,” kata Herlina.Limbah makanan hendaknya dikelola dengan baik untuk menangani menumpuknya sampah makanan yang diakibatkan belanja berlebih atau memasak makanan dalam jumlah banyak. Edukasi diperlukan untuk menangani masalah tersebut.“Laporan dari The Economist Intelligence Unit (EIU); divisi riset dan analisis dari perusahaan media asal Inggris, The Economist, pada 2017 menyatakan Indonesia menjadi negara peringkat kedua dalam hal membuang makanan . Arab Saudi menempati peringkat pertama. Amerika Serikat peringkat ketiga,” tutur Herlina.Menyikapi masalah makanan di atas, hendaknya kita lebih bijak dalam mengonsumsi makanan saat hari raya Lebaran 2023 nanti. Ambil makanan secukupnya, habiskan, jangan buang sisanya.***

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan