Pembukaan

Halo Pembaca Sekalian, artikel kali ini akan membahas tentang arti dari frasa yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Jawa, yaitu “Rawe Rawe Rantas, Malang Malang Putung”. Frasa ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dan ternyata memiliki makna yang dalam. Artinya bukan hanya sekedar kata-kata kosong yang diucapkan semata, melainkan mengandung banyak pesan moral yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita. Artikel ini akan menjelaskan secara detail tentang arti dari frasa tersebut dan apa saja kelebihan dan kekurangannya. Yuk, simak baik-baik!

Pendahuluan

“Rawe rawe rantas, malang malang putung” adalah sebuah frasa dalam bahasa Jawa yang memiliki makna mendalam. Frasa ini terdiri dari empat kata, yaitu “rawe rawe”, “rantas”, “malang malang”, dan “putung”. Ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya menjadi “bertahap, jalan, malang, sekali”. Frasa ini berasal dari cerita rakyat Jawa yang bernama “Panji Inu Kertapati”, yang menceritakan tentang seorang pangeran yang harus menjalani berbagai macam ujian untuk bisa mendapatkan cinta seorang putri.

Setiap kata pada frasa tersebut memiliki makna yang berbeda dan berkorelasi dengan cerita tersebut. Kata “rawe rawe” mengandung arti “bertahap” atau “terus menerus”. Sedangkan kata “rantas” mengandung arti “jalan” atau “perjalanan”. Kemudian, kata “malang malang” mengandung arti “kesulitan” atau “penderitaan”. Dan terakhir, kata “putung” mengandung arti “sekali” atau “saat yang tepat”.

Dalam cerita itu, frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung” digunakan untuk menggambarkan perjalanan hidup dan ujian yang harus dijalani oleh sang pangeran. Frasa tersebut mengajarkan kita tentang keteguhan hati, kesabaran, keberanian, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, frasa ini sering digunakan sebagai nasihat atau petuah dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun frasa ini memiliki makna yang positif, tidak sedikit pula yang menganggap frasa ini tabu dan menghindarinya. Hal ini mungkin karena adat istiadat atau keyakinan tertentu yang ada di masyarakat. Sehingga, frasa ini dianggap sebagai pembawa sial atau kesialan. Namun, jika kita memaknai frasa ini dengan benar, tentu saja tidak ada yang bisa membawa sial.

Dengan latar belakang seperti itu, pada artikel ini kita akan membahas secara detail tentang kelebihan dan kekurangan frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung”.

Kelebihan

1. Mengajarkan tentang ketabahan dan keteguhan hati

Frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung” mengajarkan kita tentang ketabahan dan keteguhan hati dalam menjalani setiap tantangan dan ujian dalam hidup. Pesan moralnya adalah bahwa setiap ujian yang kita hadapi tidak akan berakhir begitu saja, melainkan harus dijalani secara perlahan dan bertahap.

2. Membantu kita untuk lebih sabar

Ketika kita menghadapi kesulitan atau rintangan dalam hidup, kita seringkali merasa frustasi atau kecewa dengan apa yang terjadi. Namun, dengan frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung” ini, kita diajarkan untuk lebih sabar dalam menghadapi setiap masalah dan menjalani setiap rintangan dengan penuh ketenangan dan lapang dada.

3. Memberikan kesadaran tentang pentingnya keberanian

Dalam frasa ini juga terkandung pesan tentang pentingnya memiliki keberanian untuk menghadapi segala rintangan dalam hidup. Kadang-kadang dalam menjalani hidup, kita terkadang harus mengambil risiko dan berani mengambil langkah-langkah di luar zona nyaman kita. Frasa ini mengingatkan kita bahwa kesulitan atau rintangan bukanlah hambatan untuk meraih sukses, melainkan sebuah tantangan yang perlu dihadapi dengan keberanian.

4. Mengingatkan kita tentang pentingnya waktu

Arti dari kata “putung” dalam frasa ini mengingatkan kita tentang pentingnya waktu dalam menjalani hidup. Kadang-kadang dalam hidup, kita seringkali terlalu menunda-nunda atau menunggu-nunggu kesempatan yang tepat. Frasa ini mengajarkan kita bahwa pada setiap waktu kita harus siap untuk mengambil kesempatan yang ada dan menjalani hidup dengan semangat yang tinggi.

5. Memberikan pandangan positif tentang hidup

Frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung” juga memberikan pandangan hidup yang positif. Pesannya adalah bahwa setiap kesulitan atau rintangan yang kita hadapi pasti akan berakhir pada saat yang tepat. Artinya, tidak ada yang abadi dalam hidup ini, termasuk kesulitan yang sedang kita hadapi saat ini.

6. Memupuk rasa syukur

Dalam hidup, seringkali kita terjebak dalam kesibukan dan kesulitan sehingga tidak banyak waktu untuk memupuk rasa syukur. Namun, frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung” ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dalam setiap keadaan. Baik dalam kesulitan maupun kemudahan, kita harus selalu bersyukur dan percaya bahwa semuanya akan berakhir pada saat yang tepat.

7. Membuat kita lebih dewasa

Dalam hidup, kita seringkali terjebak dalam pikiran-pikiran negatif yang sulit untuk diubah. Namun, frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung” ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjadi dewasa dalam menghadapi segala rintangan dan kesulitan dalam hidup. Kita tidak dapat menyelesaikan setiap masalah dalam hidup ini dengan melakukan hal yang sama berulang-ulang. Oleh karena itu, kita harus lebih dewasa dalam memandang setiap masalah dan mencari solusi yang tepat.

Kekurangan

1. Dapat dijadikan sebagai jimat

Salah satu kekurangan frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung” adalah bahwa frasa ini seringkali disalahgunakan sebagai jimat atau penglaris usaha. Seseorang yang berpikiran sempit atau yang tidak memahami makna dari frasa ini dapat menganggapnya sebagai sarana untuk meminta keberuntungan tanpa melakukan usaha yang maksimal.

2. Dapat menimbulkan prasangka buruk

Ada sebagian masyarakat yang merasa bahwa frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung” ini membawa kesialan atau bawa sial. Hal ini dapat menimbulkan prasangka buruk pada sebagian masyarakat, sehingga mereka menghindarinya. Namun, sebenarnya hal ini bukanlah kebenaran.

3. Sulit dipahami oleh orang luar

Frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung” memang merupakan frasa yang khas dan hanya dipahami oleh masyarakat Jawa. Oleh karena itu, sulit untuk menjelaskan makna frasa ini kepada orang luar yang tidak memahami budaya Jawa.

4. Membingungkan bagi orang yang tidak mengerti Jawa

Selain sulit dipahami, frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung” juga dapat membingungkan bagi orang yang tidak mengerti bahasa Jawa. Bagi orang yang tidak mengerti bahasa Jawa, frasa tersebut seringkali disalahartikan atau tidak dimengerti maknanya.

5. Tidak cocok untuk situasi tertentu

Frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung” memang memiliki makna yang positif, namun tidak selalu cocok untuk digunakan dalam situasi tertentu. Contohnya, tidak cocok jika diucapkan pada saat sedang merayakan atau meriah, seperti saat pesta atau acara pernikahan.

6. Terkadang dianggap sebagai dogma

Ada sebagian masyarakat yang memaknai frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung” sebagai dogma atau kepercayaan yang tidak bisa diubah. Hal ini tentu saja tidak benar, frasa ini tidaklah menjadi sebuah dogma atau kepercayaan yang harus diikuti.

7. Kemungkinan salah makna

Kemungkinan kesalahan dalam memaknai frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung” juga cukup besar. Frasa ini memiliki makna yang dalam dan berkaitan dengan konteks cerita aslinya. Oleh karena itu, salah penggunaan atau penafsiran frasa ini dapat memberikan makna yang berbeda-beda, bahkan bertolak belakang dengan makna yang sebenarnya.

Tabel Arti Rawe Rawe Rantas Malang Malang Putung

Kata Arti Menurut cerita Panji Inu Kertapati
Rawe rawe Bertahap, terus-menerus Menunjukkan bahwa setiap ujian harus dijalani secara bertahap, jangan buru-buru dan jangan menyerah
Rantas Jalan, perjalanan Menunjukkan bahwa hidup adalah perjalanan yang harus dilalui dengan penuh kesabaran dan keberanian
Malang malang Kesulitan, penderitaan Menunjukkan bahwa hidup penuh dengan kesulitan dan tantangan, yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran dan keteguhan hati
Putung Sekali, satu kali Menunjukkan bahwa setiap kesulitan dan ujian akan berakhir pada saat yang tepat dan harus dilakukan dengan sabar

FAQ

1. Apa makna dari frasa “rawe rawe rantas, malang malang putung”?

Makna dari frasa tersebut adalah bahwa setiap ujian atau kesulitan yang kita hadapi tidak akan berakhir begitu saja, melainkan harus dijalani secara perlahan dan bertahap dengan penuh keteguhan hati dan keberanian.

2. Apa asal-usul frasa ini?

Frasa ini berasal dari cerita rakyat Jawa yang bernama “Panji Inu Kertapati”, yang menceritakan tentang seorang pangeran yang harus menjalani berbagai macam ujian untuk bisa mendapatkan cinta seorang putri.

3. Apakah frasa ini membawa sial atau keberuntungan?

Frasa ini tidak membawa sial atau keberuntungan. Makna frasa ini bergantung pada bagaimana kita memaknainya dan bagaimana kita menghadapi setiap masalah atau kesulitan yang kita hadapi dalam hidup.

4. Apakah frasa ini hanya dipahami oleh orang Jawa saja?

Ya, frasa ini merupakan frasa khas masyarakat Jawa dan hanya dipahami oleh orang-orang yang mengerti budaya Jawa.

5. Apakah ada aturan tertentu dalam mengucapkan frasa ini?

Tidak ada aturan tertentu dalam mengucapkan frasa ini. Namun, sebaiknya frasa ini digunakan secara bijak dan pada situasi yang tepat.

6. Mengapa ada sebagian masyarakat yang menghindari frasa ini?

Ada sebagian masyarakat yang menghindari frasa ini karena adat istiadat atau keyakinan tertentu yang ada di masyarakat. Namun, jika frasa ini dimaknai dengan benar, tidak ada yang bisa membawa sial atau kesialan.

7. Apakah frasa ini dapat dijadikan sebagai jimat atau penglaris usaha?

Tidak, frasa ini tidak dapat dijadikan sebagai jimat atau penglaris usaha. Makna frasa ini adalah tentang keberanian, keteguhan hati, kesabaran, dan keberhasilan yang didapatkan secara bertahap dan perlahan-lahan.

8. Apakah ada risiko dalam salah penggunaan frasa ini?

Ya, risiko dalam salah penggunaan frasa ini cukup besar. Salah penggunaan atau penafsiran frasa ini dapat memberikan makna yang berbeda-beda, bahkan bertol

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan