Banyak Istri Pejabat Flexing? Malu Ah Sama Warren Buffet

kabinetrakyat.com – Tak lama setelah kasus putra Rafael Alun Trisambodo mencuat ke publik, tak sedikit bermunculan foto-foto istri dan anak pejabat dan gaya hidup mewahnya di media sosial.

Tak sedikit foto-foto liburan ke luar negeri, tas dan outfit mewah, hingga pesta ulang tahun di hotel bintang lima, yang dipamerkan istri-istri dan anak-anak para pejabat instansi pemerintah itu di media sosial pribadi mereka.

Bahkan ada yang berani pamer dengan mengunggah nota pembelian mobil baru seharga Rp 400 jutaan.

Aksi flexing atau pamer kekayaan ini berbuntut pemeriksaan terhadap harta kekayaan serta penonaktifan jabatan oleh otoritas terkait.

Menyikapi konten-konten pamer harta atau flexing, profesor sosiologi di New School for Social Research, New York, Rachel Sherman, dalam wawancaranya dengan Vide mengatakan bahwa kebiasaan hemat adalah cara terbaik untuk menilai apakah seseorang yang kaya itu baik secara moral atau malah sebaliknya.

Dalam buku karangan Sherman yang berjudul, Uneasy Street: The Anxieties of Affluence,” Sherman mewawancarai 50 orang kaya di New York dan ternyata, sebagian besar orang kaya justru hidup hemat dan membelanjakan uang dengan “normal.”

Sebagai contohnya, Anda mungkin bisa melihat bagaimana Warren Buffett yang memiliki gaya hidup furgal, meski dirinya bisa membeli barang mewah semahal apapun yang ada di dunia ini

Meski nilai kekayaannya sudah naik berkali-kali lipat, Buffett tidak serta-merta pindah ke villa mewah berharga ratusan miliar, melainkan tinggal di rumah yang sudah ditempati selama 60 tahun.

Selain Buffett, mungkin Anda bisa melihat pula triliuner Indonesia yang bernama Lo Kheng Hong (LKH) yang sering dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia.

Mengutip artikel dari CNBC Make It yang ditulis oleh Trey Lockerbie, CEO sekaligus host dari Podcast We Study Billionaires.

Seperti diketahui, Lockerbie mewawancarai lebih dari 25 triliuner dan lebih dari 100 miliuner yang memulai bisnisnya dari nol.

Saat Lockerbie berbincang dengan David Rubenstein, co-founder dari perusahaan investasi, Carlyle Group. Rubenstein mengatakan bahwa orang kaya tidak akan membuang-buang waktu untuk hal yang tidak penting dan mudah untuk mengatakan “tidak.”

Hal yang tak penting bisa diartikan sebagai hal-hal yang hanya menghambur-hamburkan waktu dan uang saja, termasuk flexing.

Tidak ada manfaat yang bisa Anda dapat dari kegiatan yang satu itu. Flexing hanya membuang-buang uang Anda, dan tak ada manfaat yang bisa Anda dapatkan dari sana.

Sementara itu Jesse Itzler, co-founder dari Marquis Jet juga sepakat dengan pernyataan Rubenstein.

“Usia kepala dua dan tiga adalah usia yang paling tepat untuk mengatakan ‘ya’ (terhadap ajakan hura-hura dan lain sebagainya), karena mungkin saja Anda sedang membangun relasi dan pertemanan, tapi usia kepala empat dan seterusnya adalah usia di mana Anda harus banyak mengatakan tidak dan mengontrol penuh waktu Anda,” ujar Itzler.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan