Halo Pembaca Sekalian, Sapaan Terbaik dari Cengkorongane Sesorah

Ceramah adalah bagian penting dari budaya Indonesia yang melintasi batas agama dan etnis. Dalam budaya Jawa dan Sunda, salah satu jenis ceramah tradisional yang dikenal adalah cengkorongane sesorah. Cengkorongane sesorah berasal dari bahasa Jawa yang artinya mengolah, menata, atau merapikan sesorah (ceramah). Konsep sesorah dalam arti luas tidak hanya sebatas ceramah di atas mimbar, namun mencakup berbagai bentuk percakapan dalam bentuk pantun, gurindam, dan sejenisnya.

Namun, perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju, terkadang membuat nilai-nilai luhur dalam ceramah adat tersebut mulai terlupakan. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas secara mendalam tentang kelebihan dan kekurangan cengkorongane sesorah dan bagaimana kita dapat kembali menerawang nilai-nilai luhur tersebut.

Kelebihan Cengkorongane Sesorah

1. Meneruskan Warisan Leluhur

Sebagai bagian dari ceramah adat, cengkorongane sesorah merupakan hasil pengembangan dan penyempurnaan dari warisan leluhur. Dalam setiap sesi ceramah, seorang pembicara mempunyai tanggung jawab untuk mencari hikmah dan pesan moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Budaya seperti ini dapat dipertahankan dan dilestarikan agar tetap menjadi identitas bangsa Indonesia yang kaya dan beragam.

2. Mempererat Tali Persaudaraan

Cengkorongane sesorah merupakan wadah bagi masyarakat untuk berkumpul dan berinteraksi secara langsung. Selain itu, ceramah adat juga menjadi sarana belajar dan saling mengisi pengetahuan. Semua peserta acara, baik tua maupun muda, bisa bergabung untuk mendengarkan ceramah dari tokoh-tokoh agama atau tokoh adat yang terhormat.

3. Sebagai Media Pendidikan dan Pembelajaran

Cengkorongane sesorah dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi siswa dan mahasiswa. Dalam beberapa kegiatan pelajaran, guru dapat memberikan penjelasan atas materi pelajaran melalui sesorah. Dengan begitu, siswa dapat lebih mudah memahami materi serta menambah wawasan tentang kebudayaan Indonesia yang beragam.

4. Menghindari Dampak Negatif dari Teknologi

Cengkorongane sesorah juga dapat menjadi pilihan untuk menghindari dampak negatif dari teknologi terhadap hubungan sosial antarindividu. Seiring perkembangan zaman, banyak masyarakat lebih memilih untuk terus menghabiskan waktu dengan ponsel dan gadget, terkadang tanpa mengenal tetangganya sendiri. Dalam kegiatan cengkorongane sesorah, masyarakat masih dapat saling berinteraksi secara langsung serta berbagi ilmu dan pengalaman dengan baik.

5. Memupuk Rasa Cinta dan Kebanggaan Terhadap Budaya

Melalui kegiatan seperti ini, masyarakat dapat mereduksi adanya kesenjangan sosial yang biasa terjadi karena perbedaan status ekonomi, etnis, dan agama. Dalam satu kesatuan, masyarakat akan lebih memperhatikan nilai-nilai positif yang ada dalam setiap pembicaraan, serta memupuk rasa cinta dan kebanggaan kepada budaya leluhur mereka. Hal ini dapat menjadi modifikasi atas nilai-nilai saling hormat dan kebersamaan, yaitu sebagaimana yang di ajarkan Rasulullah dalam agama Islam.

Kekurangan Cengkorongane Sesorah

1. Kurangnya Kesinambungan dan Perhatian

Saat ini, masyarakat lebih cenderung tertarik dengan fenomena global yang lebih menyita perhatian. Perkembangan teknologi dan media sosial membuat banyak masyarakat yang lebih memilih untuk menghabiskan waktu mereka di kafe, nongkrong bersama teman, atau menghabiskan waktu untuk hiburan. Hal ini memberitakan bahwa kegiatan-kegiatan seperti cengkorongane sesorah semakin kurang diminati, meskipun mempunyai banyak nilai-nilai positif untuk kita pelajari.

2. Anak Muda kurang tertarik Terhadap Acara-adat

Cengkorongane sesorah juga terdampak oleh pergeseran minat antara generasi yang lebih muda dan lebih tua di masyarakat. Anak muda terkadang lebih mengabaikan nilai-nilai kearifan lokal dan lebih tertarik dengan hal-hal yang sifatnya global serta modern.

3. Berkurangnya Jumlah Pembicara

Kebanyakan pembicara pada cengkorongane sesorah adalah para tokoh agama, ulama, dan tokoh masyarakat. Maraknya fenomena ajaran instan saat ini, menjadikan jumlah para pembicara semakin sedikit, dan jumlah komunitas mendukung lingkungan adat semakin berkurang juga.

4. Kurangnya Dana Pemberdayaan

Kegiatan cengkorongane sesorah membutuhkan dana untuk penyelenggaraan. Tidak semua orang mampu mendirikan sebuah kegiatan, yang diselenggarakan secara rutin, dengan biaya yang sama setiap kali dilakukan. Kegiatan tertentu membutuhkan dukungan dana dari pemerintah atau lembaga non pemerintah agar dapat berjalan dengan baik dan sustainable.

5. Tidak terbiasanya keterbukaan budaya lokal menjadi budaya sosial dan kelangsungan hidup

Budaya dapat menjadi modal sosial sangat kuat jika dijadikan elemen penting dalam pembudayaan kehidupan masyarakat. Namun, budaya lokal Jawa dan Sunda terkadang kurang dijadikan bahan pembelajaran ataupun diperhatikan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait. Manfaat yang dapat diambil dari budaya adat dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kelangsungan hidup suatu masyarakat.

Tabel: Informasi Lengkap tentang Cengkorongane Sesorah

Nama KegiatanCengkorongane sesorah
Asal UsulBahasa Jawa
Apa itu Cengkorongane SesorahCeramah adat Jawa dan Sunda
Bentuk CeramahDalam bentuk pantun, gurindam, dan sejenisnya
Tujuan UtamaMengajak masyarakat memperbaiki diri, bergotong – royong, meningkatkan kepedulian sosial, serta merajut kebersamaan
Tokoh PembicaraPara tokoh agama, ulama, dan tokoh masyarakat
Dukungan DanaDilakukan pribadi dan bantuan dari pihak-pihak tertentu

FAQ

1. Cengkorongane sesorah biasanya dilaksanakan dalam keadaan seperti apa?

Cengkorongane sesorah biasanya dilaksanakan pada hari-hari besar seperti peringatan Hari Raya Idul Fitri dan lain-lain. Namun biasanya, dimungkinkan pula untuk dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan lainnya.

2. Bagaimana cara memperkenalkan cengkorongane sesorah pada anak muda?

Cara terbaik untuk memperkenalkan cengkorongane sesorah pada anak muda adalah dengan mengadakan kegiatan dan pelatihan pengenalan tentang ceramah adat, selain itu, dapat ditanamkan sejak kecil melalui pekan budaya di sekolah.

3. Apa yang menjadi hambatan dalam menjalankan cengkorongane sesorah secara rutin?

Hambatan utama dalam menjalankan cengkorongane sesorah secara rutin adalah kurangnya dukungan pemerintah dan kurangnya dana untuk penyelenggaraan kegiatan.

4. Bagaimana cara memperhatikan anak muda agar dapat lebih tertarik terhadap cengkorongane sesorah?

Membuat acara yang lebih variatif dan memikat yang disesuaikan dengan minat anak muda, Kedua, hasil pendedikan dan pembelajaran kewawasan lokal dalam kurikulum pendidikan kebangsaan.

5. Apa dampak dari hilangnya sesorah bagi masyarakat?

Hilangnya sesorah akan berdampak terhadap kurangnya kewawasan sosial antaranggota masyarakat, kemudian memperlemah hubungan antarindividu, dan kemungkinan berkurangnya perhatian terhadap nilai-nilai adat.

6. Bagaimana cara meningkatkan minat masyarakat terhadap cengkorongane sesorah?

Dalam mengembangkan cengkorongane sesorah, perlu menguatkan kembali arti budaya leluhur dan memberdayakan generasi penggiat budaya lokal.

7. Termasuk ke dalam kegiatan sumpah

Tidak, cengkorongane sesorah adalah kegiatan ceramah adat Jawa dan Sunda

Kesimpulan

Cengkorongane sesorah merupakan tradisi adat yang mempunyai segudang nilai dan manfaat bagi masyarakat. Artinya, budaya memiliki peran penting tidak hanya dalam pemeliharaan marga dan adat, tetapi juga dalam mengembangkan kemampuan sosial dan memperdalam pengetahuan. Untuk itu, penting bagi kita agar mempertahankan kegiatan-kegiatan seperti cengkorongane sesorah untuk melanjutkan warisan leluhur dan melestarikan kebudayaan Indonesia. Mungkin ada beberapa kekurangan dalam penyelenggaraan kegiatan cengkorongane sesorah, tetapi kita semua dapat berpartisipasi dan mendukung agar kegiatan ini bisa berlangsung dengan baik.

Disclaimer

Setiap bentuk kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Artikel ini ditulis dengan tujuan mereview dan meninjau kembali mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam cengkorongane sesorah. Artikel ini bukan untuk menggurui, tetapi sebagai pembuka wawasan tentang pentingnya menjaga dan mempertahankan tradisi leluhur. Tidak ada unsur politis dan pengiklanan yang ada dalam artikel ini.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan