Israel Serang Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza

Tentara Israel di RS Al-Shifa (Foto: Reuters)

Gaza – Israel kembali menjadi sorotan dunia setelah menyerang Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza. Serangan ini menuai kecaman keras dari berbagai negara, namun Israel tampaknya tetap bertindak tanpa memperdulikan protes internasional.

Menurut pengamat politik internasional dari Universitas Gadjah Mada, Dafri Agussalim, serangan ini tidak hanya sebagai respons terhadap serangan sebelumnya oleh Hamas pada Oktober 2023. Lebih jauh, Dafri menyebut bahwa Israel memiliki rencana besar untuk menguasai Gaza. Salah satu alasan yang disoroti adalah terkait dengan rencana megaproyek kanal tandingan Terusan Suez, yang dikenal sebagai Ben Gurion.

“Ini bagian dari grand design, salah satunya mungkin untuk membuka jalur baru sebagai saingan dari Terusan Suez,” ujar Dafri kepada wartawan.

Meskipun mendapat kritikan tajam dari berbagai negara, termasuk dari Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, yang menyerukan agar serangan terhadap perempuan, anak-anak, dan bayi di Gaza dihentikan, Israel tampaknya tidak tergoyahkan. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga menegaskan perlunya tanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan Israel terhadap warga sipil dan staf medis.

Pengamat melihat bahwa kepercayaan diri Israel dalam bertindak mungkin didukung oleh dukungan politik dari negara-negara besar, terutama Amerika. Meski mendapat kecaman, Israel terus melancarkan serangan, bahkan di beberapa rumah sakit yang mereka anggap sebagai sarang Hamas.

Dafri Agussalim menilai bahwa klaim Israel tentang serangan terhadap Rumah Sakit Al-Shifa sebagai bagian dari upaya untuk menyingkirkan markas Hamas hanyalah propaganda semata. Meski mendapat kecaman moral dan etika dari berbagai negara, Israel nampaknya tidak terpengaruh dan tetap melanjutkan tindakan kontroversial ini.

Sementara itu, negara-negara Arab di sekitar Palestina, seperti Iran, Algeria, dan Lebanon, memiliki respons yang beragam. Beberapa negara telah meminta negara-negara Arab penghasil minyak untuk melakukan embargo atau berhenti mengirimkan minyak mentah ke Israel, tetapi usulan tersebut ditolak oleh beberapa negara Arab, yang cenderung fokus pada kepentingan domestik masing-masing.

Kondisi ini meninggalkan pertanyaan besar mengapa negara-negara Arab tidak mengambil tindakan tegas terhadap Israel. Pakar Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Abdul Muta’ali, menyatakan bahwa keputusan ini bisa dipahami sebagai refleksi dari kepentingan domestik yang berbeda di antara negara-negara tersebut.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan