Pemilu 1 Tahun 1955 Berhasil Dilaksanakan Pada Masa Kabinet: Sejarah dan Implikasinya

Selamat Datang, Pembaca Sekalian!

Pemilu 1 tahun 1955 adalah salah satu momen penting dalam sejarah demokrasi Indonesia. Setelah merdeka dari penjajahan, Indonesia sukses menggelar pemilu pertama pada 1955, yakni setelah sembilan tahun merdeka. Pada masa itu, Indonesia masih dalam tahap pembentukan negara. Pemilu ini diadakan di bawah kepemimpinan Kabinet Ali Sastroamidjojo dan Kabinet Burhanuddin Harahap.

Pemilu 1 tahun 1955 dilakukan untuk memilih anggota Konstituante, sebuah badan legislatif yang bertugas untuk membuat konstitusi Indonesia. Sebagai sebuah negara yang berpaham demokrasi, pemilu ini tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu diulas secara detail. Artikel ini akan membahas tentang kelebihan, kekurangan, dan implikasi Pemilu 1 Tahun 1955 yang dilaksanakan pada masa kabinet.

Pendahuluan

Pada dasarnya, sebuah pemilu memiliki kelebihan dan kekurangan. Meskipun demikian, pada saat itu Pemilu 1 tahun 1955 berlangsung dengan begitu lancarnya dan dapat dikatakan sukses. Perhatian dari seluruh warga Indonesia pada momen pemilu ini sangatlah besar karena momen ini adalah tonggak awal menuju Indonesia sebagai suatu negara demokrasi. Berikut akan dijelaskan mengenai kelebihan dan kekurangan dalam pemilu 1 tahun 1955:

1. Demokratis
Pemilu 1 tahun 1955 merupakan Tonggak awal Indonesia sebagai suatu negara yang menganut demokrasi. Pemilu yang dilaksanakan pada tahun 1955 ini dianggap sebagai pelaksanaan pemilu terbesar di Asia pada masa itu.

2. Keterbatasan Teknologi
Pada saat itu, Indonesia masih memiliki keterbatasan dalam teknologi dan fasilitas. Oleh karena itu, cara pendaftaran calon dan cara pemilih mendapatkan tahu calon yang akan mereka pilih sangat berbeda sekali dengan pada saat ini. Pada saat itu masih menggunakan cara mencari tahu langsung di tempat kampanye atau dari jarak jauh menggunakan media seperti radio.

3. Elektabilitas
Pemilu 1 tahun 1955 berhasil menarik persaingan yang sangat ketat, banyak partai dan murid yang terjun untuk mengikuti pemilu tersebut. Meskipun pada saat itu masih terdapat beberapa pihak yang merugikan sumber daya manusia (SDM) seperti membeli hak suara, namun secara umum pemilu tersebut dianggap sukses.

4. Pendidikan Politik
Pada pemilu 1 tahun 1955, kebanyakan pemilih Indonesia ketika itu cenderung mengikuti arahan para elite politik dan partai tanpa memahami pedoman berpikir demokrasi yang mendasar. Ini mengakibatkan tingginya angka Golkar dalam konstituen pada masa itu. Meskipun demikian, hal ini juga menjadi peluang bagi warga Indonesia untuk belajar tentang politik dan demokrasi.

5. Pemilihan Kepala Daerah
Pada saat itu belum dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) seperti saat ini. Mayoritas orang-orang yang terpilih sebagai bupati atau walikota adalah mereka yang ditunjuk oleh negara. Namun meskipun tidak dilaksanakan, pada saat itu telah mulai dibicarakan mengenai Pilkada sebagi perwujudan demokrasi yang lebih baik.

6. Kontroversi
Meski pemilu 1 tahun 1955 dianggap sukses, namun di beberapa tempat sempat terjadi gesekan pada saat pemilihan berlangsung antara calon dan pendukung dari berbagai partai. Akan tetapi, gesekan ini tidak menghambat jalan keberlangsungan pemilu itu sendiri.

7. Implikasi
Setelah pemilu tersebut dilaksanakan, Indonesia berhasil untuk melaksanakan syarat-syarat annya dan bahkan berhasil untuk memilih konstituante secara sukses. Implikasi dari demokratisasi itu maka Indonesia semakin terlibat dalam internasional dengan kegiatan diplomatik yang sangat tebal dan bersifat multidimensi.

Meski begitu, kita terus memperbaiki proses pemilu agar menjadi lebih baik.

Kelebihan dan Kekurangan Pemilu 1 Tahun 1955

Kelebihan

1. Membuka Pintu Demokrasi
Pemilu 1 tahun 1955 berhasil menjadi momen bersejarah sebab mengawali era demokrasi di Indonesia. Ini jelas merupakan kelebihan utama dari pelaksanaan proses pemilu yang pertama ini. Dengan adanya demokrasi, rakyat Indonesia bisa mengekspresikan hak hak politik mereka.

2. Melancarkan Proses Demokrasi
Dalam pemilu 1 tahun 1955, kita bisa lihat bahwa proses yang dijalankan berjalan cukup lancar. Kepolisian dan TNI juga sangat berperan dalam menjaga keamanan ketika pemilu berlangsung. Ini sangat penting agar pemilih merasa aman dan terhindar dari aksi kecurangan dan intimidasi.

3. Mencetak Sejarah
Sejarah mencatat bahwa pemilu pertama Indonesia ini sangat monumental karena bisa diselenggarakan pada saat semua persyaratan yang ditetapkan telah terpenuhi. Pemilu menjadi tonggak sejarah untuk bangsa Indonesia dan menjadi momentum awal mula terjadinya demokratisasi nasional.

4. Meningkatkan Partisipasi
Dalam pemilu 1 tahun 1955, partisipasi masyarakat sangat tinggi karena momen ini sangat penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Adanya partisipasi ini membuat hasil pemilu menjadi lebih akurat dan dapat dianggap sebagai hasil yang menggrepresentasikan suara rakyat Indonesia.

5. Pembelajaran dan Pendidikan Politik
Pada momen ini rakyat Indonesia belajar tentang system pemilihan yang benar. Meskipun pada waktu itu banyak orang masih tidak memahami isu-isu politik yang berkembang, pemilu pertama ini memperlihatkan warga akan pentingnya acara pesta demokrasi.

6. Tokoh-Tokoh Nasional Masuk Parlemen
Pemilu 1 tahun 1955 memberikan peluang kepada para tokoh nasional untuk masuk ke dalam Parlemen. Banyak tokoh nasional kemudian terpilih menjadi anggota konstituante. Ini merupakan kelebihan besar dari proses pemilu pertama yang berhasil dilaksanakan di Indonesia.

7. Kemitraan Politik
Hasil dari pemilu 1 tahun 1955 membuat banyak elite politik Indonesia harus membangun kemitraan dan berkolaborasi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan nasional. Hal ini membangun kerangka politik yang lebih kuat dan baik bagi bangsa Indonesia.

Kekurangan

1. Belum Maksimal Kependidikan Politik
Warga Indonesia pada waktu itu belum memahami benar cara pandang demokrasi. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya partai yang memiliki visi hanya berdasarkan latar belakang agama. Sebaiknya pendidikan bagi warga Indonesia terus ditingkatkan sehingga warga bisa memahami demokrasi dengan lebih baik.

2. Tidak Jelasnya Lokasi TPS
Lokasi Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada saat itu belum memadai dan terkadang sulit untuk dipahami. Ini membuat banyak warga yang kesulitan menemukan TPS yang tepat untuk memberikan suara. Sebaiknya lokasi TPS dibuat lebih jelas dan tepat agar warga tidak kesulitan.

3. Aksesibilitas ke Media
Media pada waktu itu masih relatif terbatas, struktur waktu siaran acara politik juga belum sebesar sekarang. Ini membuat tidak semua partai politik dan calon tertarik menggunakan media untuk kampanye mereka. Sebaiknya aksesibilitas ke media semakin di perbaiki agar seluruh calon masyarakat bisa terlibat dalam demokrasi.

4. Belum ada Pemungutan Suara Tingkat Nasional
Pada pemilu 1 tahun 1955, belum ada pemungutan suara tingkat nasional yang biasa dilaksanakan pada saat ini. Ini membuat beberapa wilayah tidak mendapatkan akses yang sama ketika memberikan suara. Sebaiknya pemungutan suara dilaksanakan secara merata ke seluruh part of Indonesia.

5. Buying Votes
Pada pemilu 1 tahun 1955, banyak tuan tanah membawa para pemilih ke TPS dengan suap dan intimidasi. Ini membuat banyak orang yang tidak benar-benar memilih atas kemauan mereka sendiri. Tindakan seperti ini membuat proses demokrasi tercemar dan perlu dikelola agar lebih bersih dan adil.

6. Pembatasan Hanya Pada Orang Tertentu
Pada waktu itu, hanya orang yang berpendidikan yang berhak memilih. Sementara itu, banyak masyarakat desa dan perdesaan tidak bisa memberikan suara. Meskipun pada waktu itu basis pendidikan sangat dipertimbangkan, namun seharusnya setiap warga negara Indonesia bisa memberikan suara.

7. Tokoh-Tokoh Tidak Pilihannya
Hasil akhir dari Pemilu 1 tahun 1955 tidak seperti yang diharapkan oleh banyak partai politik. Pada saat itu banyak tokoh nasional yang gagal masuk ke dalam Parlemen dan banyak calon yang terhibur pada prose politik yang inten. Hal ini bisa membuat beberapa tokoh nasional merasa kecewa dan membuat perjuangan bangsa menuju demokrasi menjadi lebih susah.

Tabel

ProvinsiPartai 1Partai 2Partai 3Total Suara
Aceh123,91112,25432,587168,752
Sumatera Utara245,09818,58938,202301,282
Sumatera Selatan100,1127,78616,398124,296
Bengkulu45,9873,5868,10757,324
Jawa Barat977,293168,290211,4781,357,952
Jawa Tengah727,926106,017130,1011,184,044
Jawa Timur964,303174,016201,7651,339,088
Daerah Istimewa Yogyakarta111,29826,28728,702166,287
Bali87,54221,75723,064132,363
Nusa Tenggara Barat46,20510,10512,00768,317
Nusa Tenggara Timur40,7549,56213,06763,383
Kalimantan Barat52,83910,96617,99082,795
Kalimantan Selatan90,72920,77026,799143,298
Kalimantan Tengah36,6337,45712,08956,179
Kalimantan Timur21,0065,1207,44733,573
Sulawesi Selatan239,84958,57285,153383,574
Sul

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan