Pengertian Briket dan Bahan Baku yang Digunakan

Briket atau sering disebut briket arang merupakan alternatif pengganti kayu bakar dengan memadatkan sisa-sisa biomassa seperti serbuk kayu, serbuk gergaji, sekam padi, sabut kelapa, dan kulit kacang. Proses pembuatan briket di Indonesia sendiri sudah dilakukan sejak lama sebagai solusi atas maraknya illegal logging dan kerusakan hutan yang semakin parah.

Meskipun proses pembuatannya lebih rumit dibandingkan dengan kayu bakar, namun briket arang memiliki banyak manfaat dan keunggulan seperti tidak berbau, mudah dibawa, efisien, dan ramah lingkungan karena dapat mengurangi penebangan pohon secara liar. Selain itu, briket arang juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena dapat dijual ke berbagai pasar seperti industri rumah tangga, restoran, hotel, dan industri lainnya.

Bahan baku yang umum digunakan untuk membuat briket adalah serbuk kayu dan serbuk gergaji karena mudah didapatkan. Namun, bahan baku tersebut tidak dapat langsung dijadikan briket karena kandungan airnya yang masih tinggi sehingga perlu dikeringkan terlebih dahulu. Selain itu, pada beberapa daerah digunakan bahan baku alternatif seperti sekam padi, sabut kelapa, dan kulit kacang untuk menghasilkan briket dengan kualitas yang baik.

Briket arang juga dikenal memiliki beberapa jenis berdasarkan bahan bakunya seperti briket kayu, briket arang tempurung kelapa, dan briket arang sabut kelapa. Briket kayu dibuat dari serbuk kayu dan serbuk gergaji yang dikeringkan terlebih dahulu. Sedangkan briket arang tempurung kelapa dibuat dari tempurung kelapa yang masih utuh atau bekas, sementara briket arang sabut kelapa dibuat dari serat sabut kelapa yang telah dipisahkan dari kulit dan batoknya.

Proses pembuatan briket dimulai dengan pengeringan bahan baku hingga kadar airnya mencapai 8-10%. Setelah itu, bahan baku dihaluskan dan dicampurkan dengan bahan tambahan seperti tepung tapioka dan air hingga bahan baku menjadi lengket dan mudah dipadatkan. Campuran tersebut kemudian dipadatkan menjadi briket dengan menggunakan mesin briket atau secara manual dengan tekanan tangan.

Setelah proses pembuatan briket selesai, briket masih perlu dikeringkan lagi selama beberapa hari agar kadar airnya turun menjadi 5%. Briket yang telah kering kemudian dikemas dalam tas atau kardus untuk kemudian dijual ke pasar-pasar terdekat. Selain dijual dalam bentuk briket, beberapa perusahaan briket juga memproduksi briket arang dalam bentuk tablet atau pelet agar lebih mudah digunakan oleh konsumen.

Secara keseluruhan, proses pembuatan briket di Indonesia memang membutuhkan tenaga dan waktu yang cukup banyak, namun manfaat dan keuntungannya sangatlah besar bagi lingkungan dan ekonomi karena mengurangi penggunaan kayu bakar secara liar dan memberikan alternatif penghasilan bagi masyarakat di sekitar daerah pembuatan.

Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku


Proses penggilingan bahan baku

Setelah bahan-bahan baku seperti serbuk gergaji, sekam padi, tempurung kelapa, atau limbah kayu lainnya dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah pengeringan dan penggilingan.

Proses pengeringan bertujuan untuk menghindari kelembaban bahan mentah yang dapat mengganggu kualitas briket yang dihasilkan. Sebelum diolah lebih lanjut, bahan baku harus dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan mesin pengering. Ada dua jenis mesin pengering yang biasa digunakan, yaitu mesin pengering silinder dan mesin pengering conveyor. Dalam proses pengeringan, mesin pengering silinder dapat mengeringkan bahan mentah dalam waktu singkat karena mesin tersebut berputar dan suhunya bisa menjangkau lebih dari 100 derajat. Sedangkan, pada mesin pengering conveyor, bahan mentah akan bergerak di atas alat pengering secara terus-menerus hingga bahan tersebut menjadi kering. Mesin pengering conveyor lebih efisien dalam penggunaan energi karena suhu pengeringannya tidak begitu tinggi.

Proses pengeringan bahan baku

Selanjutnya, bahan mentah yang telah kering akan diolah melalui proses penggilingan. Penggilingan merupakan proses selanjutnya yang sangat penting dalam pembuatan briket. Bahan mentah dalam bentuk serbuk yang telah dikeringkan harus dihancurkan hingga benar-benar halus agar mudah dibentuk menjadi briket. Ada dua jenis mesin yang umum digunakan untuk penggilingan bahan baku, yaitu mesin hammer mill dan mesin pengepres briket. Mesin hammer mill digunakan untuk menghancurkan bahan mentah menjadi serbuk kasar, sedangkan mesin pengepres briket dioperasikan dengan menambahkan air ke dalam bahan serbuk hingga menjadi adonan yang lembap.

Mesin hammer mill akan menghasilkan partikel-partikel yang sangat halus sehingga sangat cocok untuk menjadikan bahan mentah menjadi briket. Sedangkan, mesin pengepres briket digunakan untuk meratakan bahan hingga membentuk adonan yang mudah dibentuk. Adonan yang telah siap akan mengalir keluar dari mesin dan langsung melewati tahap pengeringan menggunakan mesin pengering kabut (spray dryer). Proses pengeringan ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pengeringan awal, pengeringan terus menerus, dan pengeringan akhir. Adonan kemudian akan menjadi briket atau arang halus yang siap untuk dijual atau diolah lebih lanjut menjadi produk lainnya.

Tahapan pengeringan dan penggilingan bahan baku dalam pembuatan briket sangat penting untuk menghasilkan briket yang berkualitas. Pengeringan bahan mentah bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan, sehingga kualitas briket dapat terjaga dengan baik. Sedangkan, proses penggilingan bahan baku akan mampu menghasilkan briket yang berkualitas tinggi dengan proses produksi yang lebih efisien.

Pencampuran dan pengepresan bahan baku


Pencampuran dan pengepresan bahan baku

Proses pembuatan briket sangat tergantung pada pencampuran dan pengepresan bahan baku yang dilakukan secara benar dan teliti. Bahan baku yang digunakan untuk membuat briket biasanya berasal dari limbah pertanian dan kehutanan seperti serbuk kayu, serbuk arang, serbuk sabut kelapa, serbuk kulit kacang, dan lain-lain.

Sebelum dimasukkan ke dalam mesin pencampur, bahan baku harus diayak terlebih dahulu untuk memisahkan kotoran dan benda asing lain yang tidak dibutuhkan dalam membuat briket. Setelah itu, bahan baku yang telah siap diayak kemudian dicampurkan dengan bahan perekat seperti tepung tapioka atau karet alam yang berfungsi sebagai pengikat antara serbuk-serbuk yang ada dalam bahan campuran.

Proses pencampuran harus dilakukan dengan proposi yang sesuai, yaitu campuran bahan baku dan perekat harus proporsional. Biasanya pencampuran dilakukan dengan mesin mixer yang digerakkan dengan menggunakan mesin diesel atau listrik. Kualitas pencampuran ditentukan oleh durasi mesin mixer yang digunakan. Semakin lama mesin mixer digunakan, maka kualitas pencampurannya semakin merata dan baik.

Setelah proses pencampuran, bahan baku selanjutnya di proses ke proses pengepresan. Proses pengepresan ini berfungsi untuk menjadikan campuran bahan baku dan perekat menjadi briket dengan bentuk yang lebih padat dan lebih kuat. Mesin yang digunakan untuk pengepresan ini sering disebut mesin briket.

Pada dasarnya, mesin briket memiliki tiga unit utama proses, yaitu:

1. Pencampuran

2. Pengepresan

3. Penjemuran

Unit proses ketiga, yaitu penjemuran, biasanya melekatkan alat pengering yang biasanya menggunakan panas dari listrik atau dari sinar matahari.

Selama proses pengepresan, suhu harus dijaga dengan baik sehingga menciptakan energi kimiawi yang cukup untuk melarutkan seminar atau perekat dan membuat miniatur yang menambah kepadatan. Bahan baku campuran kemudian dimasukkan ke dalam mesin briket dengan cara tertentu untuk menjamin hasil yang optimal ketika pengepresan dilakukan.

Ketika briket selesai diproses, forms briket menunjukkan suhu dan tekanan dari mesin briket, dan pada saat itu harus dikeluarkan dan dibiarkan selama beberapa jam sebelum disimpan. Ini mencegah briket dari patah atau rusak ketika transportasi atau penanganan selanjutnya.

Pada akhir proses, terima kasih kepada pencampuran dan pengepresan yang dilakukan dengan cermat, briket yang dihasilkan akan memiliki kualitas dan bentuk yang bagus, serta sangat ramah lingkungan karena terbuat dari bahan baku daur ulang.

Pengujian Kualitas Briket


Pengujian Kualitas Briket

Saat membuat briket, kita perlu memastikan bahan bakar alternatif ini memenuhi standar kualitas untuk menghasilkan efisiensi pembakaran dan mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Oleh karena itu, pengujian kualitas briket sangat penting untuk memastikan kualitas briket yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Beberapa pengujian utama yang dilakukan untuk mengevaluasi kualitas briket antara lain:

1. Uji Kebakaran

Uji kebakaran dilakukan untuk mengukur efisiensi pembakaran briket dan memberikan informasi tentang sifat-sifat pembakaran briket. Cara melakukan uji kebakaran adalah dengan menimbang briket yang akan diuji, kemudian membakarnya pada kondisi udara yang terkendali selama 30 menit. Kemudian, residu yang tersisa ditimbang untuk mengetahui efisiensi pembakaran.

Hasil uji kebakaran menentukan jumlah panas yang dapat dihasilkan oleh briket. Semakin tinggi efisiensi pembakaran, semakin banyak panas yang dihasilkan oleh briket tersebut. Untuk mencapai efisiensi pembakaran yang tinggi, kualitas bahan baku yang digunakan harus baik dan teknik pembuatan briket harus benar.

2. Uji Kepadatan

Uji kepadatan briket sangat penting untuk mengoptimalkan proses pembakaran. Semakin padat briket, semakin lama masa bakarnya. Cara melakukan uji kepadatan adalah dengan menimbang briket dan kemudian mengukur volumenya melalui metode air. Dalam uji kepadatan, nilai yang diukur adalah berat jenis briket.

Briket dengan kepadatan tinggi akan membakar lebih lama dan menghasilkan lebih banyak panas daripada briket dengan kepadatan rendah. Namun, kepadatan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan briket sulit untuk dibakar. Proses pembuatan briket melibatkan penggunaan mesin pencacah dan pengaduk, yang dapat membuat briket lebih padat.

3. Uji Abur

Uji abur biasanya dilakukan untuk menentukan kadar air yang terdapat pada briket. Cara melakukan uji abur adalah dengan menimbang briket yang akan diuji, kemudian dipanaskan pada suhu 105-110 derajat Celcius selama 12 jam. Kemudian, briket yang sudah kering ditimbang untuk menentukan kadar air.

Kadar air briket yang baik adalah sekitar 5% hingga 10%. Kadar air yang lebih tinggi dapat membuat pembakaran menjadi tidak efektif. Briket dengan kadar air yang lebih tinggi sulit untuk dibakar, dan dapat meningkatkan emisi gas buang dan residu.

4. Uji Kebasahan

Uji kebasahan digunakan untuk mengevaluasi kemampuan briket untuk menyerap air. Cara melakukan uji kebasahan adalah dengan menempatkan briket yang akan diuji dalam wadah tertutup yang berisi air selama beberapa jam. Kemudian, briket ditimbang kembali untuk menentukan berapa banyak air yang diabsorpsi.

Briket yang baik harus memiliki kemampuan penyerapan air yang baik, karena hal ini akan mempengaruhi kualitas penyimpanan dan transportasi. Briket yang tidak dapat menyerap air dengan baik dapat mempengaruhi kualitas briket itu sendiri dan juga dapat menyebabkan masalah saat penyimpanan dan transportasi.

Dalam pabrik briket, pengujian kualitas briket dilakukan secara teratur untuk memastikan kualitas briket yang diproduksi memenuhi standar yang ditetapkan. Dengan pengujian kualitas briket yang tepat, kita dapat memastikan bahwa briket yang dihasilkan memberikan efisiensi yang tinggi dan memiliki dampak lingkungan yang minimal.

Penjualan dan Pemasaran Briket sebagai Alternatif Bahan Bakar


Pemasaran briket Indonesia

Demi mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, masyarakat Indonesia semakin memilih bahan bakar alternatif. Salah satu bahan bakar alternatif yang kini semakin populer adalah briket. Bagaimana proses penjualan dan pemasarannya di Indonesia? Simak ulasannya di bawah ini.

Pasar Briket di Indonesia


Pasar briket di Indonesia

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2020, produksi briket di Indonesia mencapai sekitar 8,1 juta ton/tahun. Hingga kini, pasar briket di Indonesia terus mengalami peningkatan. Bukan hanya digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk rumah tangga tetapi juga untuk industri seperti pabrik semen, kertas, pakan ternak, serta berbagai sektor lainnya. Briket juga digunakan sebagai bahan bakar dalam proses pembangkit listrik. Dari segi harga, briket relatif lebih murah daripada bahan bakar fosil sehingga semakin diminati oleh masyarakat Indonesia.

Strategi Pemasaran Briket


Strategi pemasaran briket

Saat ini, pemasaran briket di Indonesia cukup variatif. Briket dapat dijual secara langsung melalui agen atau distributor, maupun online melalui marketplace atau toko online tertentu. Salah satu marketplace yang menyediakan briket adalah Tokopedia dan Shopee. Pemasaran briket juga dilakukan secara offline dengan cara memasarkan secara langsung ke konsumen melalui pameran atau acara tertentu. Beberapa produsen briket juga menjalin kerja sama dengan lembaga pemerintah dan swasta untuk mempromosikan briket sebagai alternatif bahan bakar. Selain itu, produsen juga membuat iklan atau brosur yang diedarkan di media massa dan toko bahan bakar terdekat sebagai upaya untuk memperkenalkan briket ke masyarakat. Tidak hanya itu, juga dilakukan program pelatihan untuk masyarakat tentang cara membuat briket agar dapat dijadikan sebagai usaha.

Keuntungan Konsumen dalam Menggunakan Briket


Keuntungan konsumen dalam menggunakan briket

Menggunakan briket sebagai alternatif bahan bakar memiliki beberapa keuntungan bagi konsumen. Briket lebih ramah lingkungan karena terbuat dari serbuk kayu, serbuk arang, atau bahan organik lainnya yang dapat dihasilkan dari limbah kayu atau bahan organik lainnya. Selain itu, briket juga menghasilkan energi panas yang lebih besar daripada kayu sehingga dapat menghemat penggunaan bahan bakar. Briket juga bersifat tahan lama dan mudah disimpan, sehingga cocok digunakan baik untuk rumah tangga maupun industri.

Peran Pemerintah dalam Pengembangan Industri Briket


Peran pemerintah dalam pengembangan industri briket

Pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam pengembangan industri briket. Salah satu upaya pemerintah adalah memberikan insentif bagi para pelaku industri briket. Insentif tersebut antara lain pembebasan pajak dan pemberian kredit usaha rakyat untuk produksi briket. Selain itu, pemerintah juga membuka kerja sama dengan lembaga swasta dalam mempromosikan briket sebagai alternatif bahan bakar. Dengan adanya dukungan dari pemerintah, diharapkan industri briket di Indonesia semakin berkembang dan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Kesimpulan


Briket sebagai alternatif bahan bakar

Dalam beberapa tahun terakhir, briket semakin diminati oleh masyarakat Indonesia sebagai alternatif bahan bakar. Pasar briket di Indonesia terus mengalami peningkatan dan strategi pemasaran briket semakin diperluas. Keuntungan menggunakan briket sebagai alternatif bahan bakar juga cukup banyak, seperti lebih ramah lingkungan dan menghemat penggunaan bahan bakar. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam pengembangan industri briket sangat penting untuk mempercepat pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil di Indonesia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan