kabinetrakyat.com – Perilaku flexing atau pamer harta menjadi perbincangan publik di Indonesia. Salah satunya dipicu kasus penganiayaan Mario Dandy Satrio (20) terhadap CDO (17) pada 20 Februari 2023 lalu. Mario disebut sering memamerkan kekayaan di media sosial.Mario Dandy diketahui merupakan anak mantan pejabat pajak Rafael Alun Trisambodo yang kini hartanya tengah diinvestigasi Kemenkeu hingga KPK. Perilaku flexing anaknya pun membuat namanya terseret hingga kekayaannya dalam LHKPN diragukan publik.Selain dipicu kasus tersebut, muncul pula kasus flexing yang diduga melibatkan Direktur Jenderal Pajak Kemenkeu Suryo Utomo yang diketahui memiliki klub motor gede Belasting Rijder, klub yang diminta dibubarkan Menteri Keuangan Sri Mulyani.Tak berhenti sampai di situ, nama lain ikut terseret akibat kedapatan flexing baik oleh dirinya maupun keluarganya. Di antaranya Kepala Kantor Bea Cukai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Eko Darmanto, Kepala Bea Cukai Makassar Andhi Pramono , dan Kepala Kantor Badan Petanahan (BPN) Jakarta Timur Sudarman Harjasaputra .

Mengenai perilaku tersebut, ada riset yang bisa dijadikan pelajaran yakni mengenai dampaknya. Di antaranya adalah tidak membuat kita lantas bisa menambah teman. Riset ini dimuat dalam jurnal Social Psychological and Personality Science yang dirilis SAGE Publications.Dilansir dari laman Insider, jurnal itu menyebut kebanyakan orang yang melihat unggahan orang lain tentang mobil mewah cenderung suka berteman dengan orang yang mengendarai kendaraan lebih murah. Padahal 66 persen orang cenderung lebih memilih mobil mewah.Pemilihan mobil yang biasa saja ternyata berpengaruh terhadap upaya kita mencari teman baru. Hal ini disampaikan salah satu peneliti dari riset tersebut yakni Stephen Garcia dalam blognya di Psychology Today.

Ternyata efek tersebut juga berlaku bagi yang doyan flexing jam tangan mewah. Dalam sebuah simulasi, sekelompok orang diarahkan untuk berpikir bahwa memakai jam tangan mahal akan membuat mereka bisa diterima luas dalam lingkaran pertemanan.Hasil penelitiannya adalah orang-orang yang menjadi target pertemanan itu justru lebih senang berteman dengan orang yang jam tangannya lebih murah. Mengenai hal tersebut, Garcia menyebut itu adalah perbedaan perspektif dalam perbandingan sosial.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan