Pengertian Sikap Selektif


Sikap Selektif: Membentuk Karakter Masyarakat Indonesia

Sikap selektif adalah sebuah perilaku dimana seseorang memilih informasi yang akan diterima atau diabaikan berdasarkan kemampuan dirinya dalam memproses informasi tersebut. Sikap selektif dapat terbentuk dari pengalaman hidup seseorang, minat, kebiasaan, dan perkembangan sosial dan psikologis dari dirinya. Biasanya, sikap selektif disebabkan oleh faktor penilaian dan pengambilan keputusan dalam dirinya.

Orang dengan sikap selektif seringkali cenderung memilih informasi yang sesuai dengan pandangan atau keyakinannya atau menyaring informasi yang bertentangan dengan pandangan atau keyakinannya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor kognitif, sosial dan pengalaman hidup. Biasanya, orang dengan sikap selektif juga memiliki pandangan dogmatis dalam pandangan atau keyakinannya sehingga hanya memperhatikan informasi yang hanya terkait dengannya dan kadang-kadang bersifat prejudis.

Dalam dunia politik dan perpolitikan, sikap selektif sering dijumpai. Sebagai contoh, pemilih akan memilih partai atau calon dari partai yang hanya sejalan dengan pandangannya. Seseorang akan mempersepsikan fakta politik yang sesuai dengan pandangan dan kepercayaannya sementara mengabaikan segala fakta atau informasi yang bertentangan. Bahkan, kita seringkali hanya mencari informasi yang sesuai dengan pandangan kita dan tidak mempertimbangkan sisi lain dari masalah.

Namun demikian, kecendrungan sikap selektif bukanlah hal yang buruk, karena sikap selektif membantu seseorang untuk mempersepsikan informasi yang masuk ke dalam pikirannya dengan lebih efisien dan efektif. Namun, seseorang harus mengetahui batas dari sikap selektifnya agar tidak tercerabut dari realita dan kebenaran. Bagaimanapun juga, sikap selektif dapat menciptakan sebuah stereotipe bagi seseorang yang kemudian menjadikan keyakinannya berubah-ubah.

Oleh karena itu, belajar dan mempertimbangkan sisi lain dari sebuah masalah merupakan satu cara untuk dapat menghindari sikap selektif secara berlebihan. Mengasah kemampuan kognitif, misalnya, dapat melatih seseorang untuk dapat mempersepsikan informasi dengan lebih optimal dan bijak dalam mengolah informasi. Kemampuan untuk mengelola sudut pandang dan kelamahan serta kekuatan dalam mengevaluasi informasi akan mengurangi adanya bias dalam memilah informasi yang masuk dan yang diabaikan.

Contoh sikap selektif

Contoh lain dari sikap selektif adalah ketika kita secara sadar atau tidak sadar memilih untuk membaca berita atau artikel yang hanya sejalan dengan pandangan kita. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki pandangan politik kirinya akan memilih untuk membaca media massa yang berhaluan kiri, sedangkan seseorang yang memiliki pandangan politik kanannya akan memilih untuk membaca media massa yang berpendapat kanan. Hal ini terjadi karena kita merasa bahwa media massa yang kita seleksi sesuai dengan pandangan kita dan berpendapat sesuai dengan kita.

Namun, hal ini dapat meningkatkan cenderung sikap selektif yang kita miliki. Sebaiknya, kita seharusnya membaca berbagai macam surat kabar dan sumber media yang berbeda untuk mendapatkan suatu persepsi yang lebih luas mengenai suatu masalah. Sebagai contoh, jika seseorang hanya membaca media massa yang cenderung memihak pada sudut pandang tertentu, maka individu tersebut akan cenderung mempersepsikan informasi sesuai dengan sudut pandang yang dipilih. Sehingga, penting untuk mengasah kemampuan dalam membaca dan mengevaluasi suatu informasi secara objektif.

Kesimpulannya, sikap selektif adalah sebuah perilaku dimana seseorang memilih informasi yang akan diterima atau diabaikan berdasarkan kemampuan dirinya dalam memproses informasi tersebut. Sikap selektif dapat terbentuk dari berbagai faktor seperti pengalaman hidup, minat dan perkembangan sosial serta psikologis dari dirinya. Sikap selektif dalam pemilihan informasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor politik dan sosial yang ada. Namun, penting bagi kita untuk belajar menjaga sikap selektif yang bijak agar tidak melenceng dari realitas dan kebenaran.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Selektif


political views in indonesia

Sikap selektif adalah sikap yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Sikap selektif adalah kerangka pikir dalam memilih calon pemimpin atau partai politik. Sikap selektif ini dapat mempengaruhi pilihan dalam pemilihan umum. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi sikap selektif di Indonesia:

Agama

islam in Indonesia

Agama merupakan faktor penting yang mempengaruhi sikap selektif di Indonesia. Di negara ini mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Oleh karena itu, pemimpin yang dianggap mendukung atau tidak mendukung agama Islam akan mempengaruhi sikap selektif masyarakat dalam memilih calon pemimpin atau partai politik.

Ekonomi

Indonesian economy

Faktor ekonomi juga mempengaruhi sikap selektif di Indonesia. Masyarakat Indonesia cenderung memilih calon pemimpin atau partai politik yang dianggap mampu membawa kemakmuran dan mengurangi kemiskinan. Hal ini terkait dengan harapan masyarakat Indonesia yang masih banyak yang hidup dalam kondisi ekonomi yang kurang sejahtera.

Sejarah Politik

Indonesian political history

Sejarah politik Indonesia juga mempengaruhi sikap selektif masyarakatnya. Sejarah politik Indonesia yang penuh dengan kecurangan dan ketidakadilan sehingga membuat masyarakat meragukan apakah pemimpin atau partai politik tersebut bisa diandalkan sebagai wakil rakyat.

Media dan Teknologi

Indonesian social media

Media dan teknologi juga mempengaruhi sikap selektif masyarakat Indonesia. Dalam era globalisasi saat ini, media sosial menjadi sumber informasi dan menjadi salah satu alat yang banyak digunakan oleh calon pemimpin atau partai politik untuk mempromosikan diri atau partainya. Oleh karenanya, masyarakat Indonesia menjadi lebih selektif dalam pemilihan calon pemimpin atau partai politik berdasarkan informasi yang mereka terima dari media sosial tersebut.

Dinamika Sosial

Indonesian social structure

Dinamika sosial di Indonesia juga mempengaruhi sikap selektif masyarakat. Ada dua faktor penting dalam dinamika sosial, yaitu faktor budaya dan faktor wilayah. Budaya yang berbeda-beda di setiap daerah Indonesia dan perbedaan wilayah dapat mempengaruhi pilihan masyarakat dalam memilih calon pemimpin atau partai politik.

Kondisi Politik

Indonesian political situation

Kondisi politik di Indonesia juga mempengaruhi sikap selektif masyarakat dalam memilih calon pemimpin atau partai politik. Kondisi politik yang stabil dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat pada pemimpin atau partai politik yang ada, sebaliknya jika kondisi politik tidak stabil maka banyak masyarakat yang ragu-ragu untuk memilih pemimpin atau partai politik tertentu.

Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi sikap selektif masyarakat dalam memilih calon pemimpin atau partai politik di Indonesia. Pilihan masyarakat ini sangat penting dalam menentukan arah kepemimpinan di Indonesia kedepannya.

Dampak Sikap Selektif terhadap Kehidupan Pendidikan


Kehidupan Pendidikan Indonesia

Sikap selektif adalah suatu keadaan di mana seorang individu memilih dan memilah informasi berdasarkan pada keyakinan dan pandangan yang ia miliki. Hal ini pada akhirnya memengaruhi pemilihan dan pengambilan keputusan yang ia buat. Dalam konteks pendidikan, sikap selektif memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan pendidikan di Indonesia. Berikut adalah beberapa dampak sikap selektif terhadap kehidupan pendidikan:

1. Terjadinya kesenjangan dan ketidakadilan pendidikan

pendidikan dalam negeri artikel

Sikap selektif dapat memengaruhi perspektif dan pandangan individu terhadap informasi dan pendidikan. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan dan ketidakadilan pendidikan, di mana individu hanya memilih informasi yang sesuai dengan pandangannya. Hal ini menghalangi individu untuk menerima informasi baru yang dapat membuka pandangan atau wawasan mereka, sehingga meninggalkan mereka terbelakang dalam hal pengetahuan dan pemahaman. Ini akan menghasilkan kesenjangan antara individu dan masyarakat, terutama dalam hal pendidikan. Selain itu, sikap selektif akan memperluas kesenjangan antara individu kaya dan miskin, dan sekaligus mempertahankan sistem pendidikan yang tidak adil.

2. Menurunnya kualitas pendidikan

Kualitas pendidikan

Sikap selektif dapat memperburuk kualitas pendidikan. Kebanyakan individu yang memiliki sikap selektif hanya memilih informasi yang sudah sesuai dengan pandangan mereka, sehingga mereka tidak membuka diri untuk informasi baru. Ini akan menghalangi mereka untuk mendapatkan dan mengevaluasi sumber daya pendidikan yang berbeda, sehingga menjadikan mereka kurang berkualitas dalam hal pengetahuan dan pemahaman. Dalam jangka panjang, ini akan memperburuk kualitas pendidikan negara.

3. Mempercepat penyebaran hoaks dan disinformasi

Hoaks dan disinformasi Indonesia

Sikap selektif dapat mempercepat dan memperburuk penyebaran hoaks dan disinformasi di Indonesia, terutama dalam hal pendidikan. Hal ini terjadi karena individu hanya memilih informasi yang sesuai dengan pandangan mereka, sehingga mereka sering kali enggan menerima informasi dan fakta baru. Ini memengaruhi pola informasi dan pemikiran mereka, yang pada akhirnya memunculkan kepercayaan yang salah atau hoaks. Dalam jangka panjang, ini akan merusak kualitas pendidikan dan menimbulkan masalah sosial dan politik.

Secara umum, sikap selektif memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, bukan hanya tugas pemerintah untuk mengatasi dampak ini, tetapi juga menjadi tanggung jawab setiap individu untuk membuka diri, menerima, dan mengevaluasi informasi sebelum membuat keputusan yang lebih bijak.

Upaya Mengatasi Sikap Selektif dalam Pendidikan


Upaya Mengatasi Sikap Selektif dalam Pendidikan

Sikap selektif dalam pendidikan seringkali menjadi kendala bagi anak-anak yang kurang beruntung dalam hal perekonomian. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia menerapkan beberapa upaya untuk mengatasi sikap selektif serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak Indonesia untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak.

Berikut adalah beberapa upaya mengatasi sikap selektif dalam pendidikan:

Program Beasiswa

Program Beasiswa

Salah satu upaya paling efektif untuk mengatasi sikap selektif dalam pendidikan adalah dengan memberikan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu secara finansial. Beasiswa memberikan kesempatan bagi anak-anak yang hidup di bawah garis kemiskinan untuk mengakses pendidikan berkualitas. Program beasiswa dimulai dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi. Beasiswa dapat diberikan oleh pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan atau organisasi non-profit.

Program Pendidikan Gratis

Program Pendidikan Gratis

Program pendidikan gratis diterapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai salah satu upaya untuk mengatasi sikap selektif dalam pendidikan. Program ini memastikan pendidikan dasar dan menengah yang berkualitas tersedia untuk semua anak Indonesia tanpa harus membayar biaya apapun. Program ini dapat membantu anak-anak dari keluarga yang lebih miskin untuk mendapatkan pendidikan dengan biaya yang terjangkau, sehingga terbebas dari sikap selektif.

Kurikulum Merata

Kurikulum Merata

Kurikulum yang merata akan memastikan bahwa siswa dari semua latar belakang memiliki kesempatan yang sama dalam hal mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Dalam hal ini, pemerintah memastikan bahwa kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan siswa dari semua latar belakang sosial dan ekonomi, sehingga tidak terjadi ketimpangan dalam pengajaran. Kurikulum yang merata dapat membantu mengatasi sikap selektif dalam pendidikan.

Penambahan Sarana dan Prasarana

Penambahan Sarana dan Prasarana

Upaya lain yang dilakukan untuk mengatasi sikap selektif dalam pendidikan adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di seluruh Indonesia. Pemerintah memastikan bahwa semua sekolah umum memiliki layanan dasar seperti peralatan, buku, dan fasilitas yang diperlukan. Hal ini sangat penting karena anak-anak yang tidak mampu secara finansial tidak perlu khawatir tentang biaya sekolah tambahan yang diperlukan dalam upaya untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Penyediaan Guru yang Berkualitas

Penyediaan Guru yang Berkualitas

Pemerintah juga berfokus pada penyediaan guru yang berkualitas tinggi di seluruh Indonesia. Guru yang berkualitas akan memberikan pendidikan yang berkualitas juga pada siswa. Pendidikan yang berkualitas akan membantu siswa dari keluarga kurang mampu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan meraih kesuksesan. Penyelenggaraan pelatihan rutin dan pendidikan berkualitas bagi para guru sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan mengatasi sikap selektif dalam pendidikan.

Dalam rangka untuk mengatasi sikap selektif dalam pendidikan di Indonesia, pemerintah memperkenalkan beberapa program dan efektif dalam memperbaiki akses pendidikan bagi semua anak-anak Indonesia. Semua upaya ini dapat meningkatkan pendidikan dan memperbaiki kualitas hidup rakyat Indonesia pada umumnya.

Pentingnya Mengembangkan Sikap Terbuka dalam Menerima Perbedaan


Sikap Terbuka

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, bahasa, dan adat istiadat yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Sebagai negara yang majemuk, adanya perbedaan di antara masyarakat Indonesia sangatlah wajar. Namun, terkadang sikap selektif menjadi sebuah masalah karena dapat memicu konflik di antara masyarakat Indonesia.

Sikap selektif adalah sikap memilih dan memisahkan orang atau kelompok yang berbeda-beda, misalnya berdasarkan suku, agama, ras, jenis kelamin, maupun orientasi seksual. Berbeda dengan sikap terbuka yang menerima perbedaan sebagai sesuatu yang penting dalam kekayaan bangsa, sikap selektif justru menghilangkan nilai-nilai pluralisme yang seharusnya dijunjung tinggi di Indonesia.

Maka, penting bagi kita untuk mengembangkan sikap terbuka dalam menerima perbedaan sebagai landasan utama dalam membangun rasa toleransi dan persatuan di Indonesia.

Sikap Terbuka

Pertama, sikap terbuka mengajarkan kita untuk menghormati perbedaan. Ada banyak hal yang membuat orang berbeda, entah itu karena latar belakang pendidikan, pengalaman hidup, atau budaya yang dibawa sejak lahir. Dengan menghargai perbedaan, kita bisa saling mengenal dan memahami satu sama lain lebih jelas. Tanpa rasa hormat, mudah bagi kita untuk merendahkan, menghina, atau bahkan merusak citra bangsa sendiri.

Kedua, sikap terbuka dapat menumbuhkan rasa toleransi dalam diri kita. Toleransi adalah kemampuan untuk menerima perbedaan, baik itu dalam memberikan tempat atau kesempatan bagi suara-suara yang berbeda. Dengan mengembangkan sikap terbuka, kita juga mempersiapkan diri untuk merangkul perbedaan yang ada, dan memungkinkan kita untuk saling berdialog dan memperkaya sudut pandang kita.

Ketiga, sikap terbuka juga merupakan kunci penting dalam membentuk sosial yang harmonis. Kita hidup dalam masyarakat yang beragam dan sangat terbuka pada pengaruh yang datang dari luar. Oleh karena itu, jika kita tidak beradaptasi dan justru membatasi diri sendiri dalam zona nyaman kita, maka sosial yang harmonis akan sangat sulit untuk terjadi.

Keempat, mengembangkan sikap terbuka juga dapat meningkatkan pemahaman kita tentang nilai-nilai demokrasi. Demokrasi berarti hak setiap individu untuk memiliki pendapat, termasuk yang berbeda dengan kita. Dengan memahami nilai-nilai demokrasi, kita juga dapat menghargai hak dan kewajiban individu untuk berbicara dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.

Kelima, dengan menghargai perbedaan dan mengembangkan sikap terbuka, kita dapat membangun kepercayaan. Dalam banyak kasus, ketidakpercayaan terhadap orang lain disebabkan oleh ketidaksamaan atau ketidaktertiban dalam diri kita sendiri. Oleh karena itu, dengan menghidupkan sikap terbuka, kita dapat merangkul kepercayaan dari orang lain, yang pada akhirnya dapat membentuk rasa saling percaya di antara kita.

Sikap Terbuka

Melahirkan sikap terbuka tidaklah bisa dilakukan dalam semalam, tetapi hal ini membutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam membangunnya. Proses ini dimulai dari diri kita sendiri. Dengan bersedia memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berbicara, kita akan banyak mendengarkan dan memandang segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Kedua, kita harus memupuk empati dan merangkul perbedaan sebagai sesuatu yanng akrab. Ketiga, kita harus belajar menghargai perbedaan dengan tidak menghakimi dan merendahkan.

Dalam membangun sikap terbuka, perlunya adanya proses pendidikan melalui keluarga, lembaga pendidikan, lingkungan sosial dan kegiatan positif lainnya. Sehingga budaya yang baik akan tersebar dan membentuk lingkungan yang kondusif serta berdampak positif.

Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang majemuk, let us spread the love and respect for diversity by developing an open attitude to differences.🌺

Sikap Terbuka

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan