Dari tampilan luar, fasad rumah yang terletak di Bintaro, Tangerang Selatan, itu mencuri perhatian. Bentuknya simpel, namun tampil mencolok di antara rumah-rumah di sekitarnya. Namun, bukan hanya itu satu-satunya hal yang membuat Verde House menarik.

TAMPAK depan rumah tersebut terlihat seperti terdiri dari dua lantai. Fasad di lantai atas memiliki motif bergaris yang didapat dari material metal sheet. Material itu menjadi second skin dari lapisan dinding di dalamnya.

Mahadiyanto, principal architect Atelier Bertiga, menuturkan bahwa metal sheet dipilih untuk memperkuat gaya industrial tropis yang diusung. Selain itu, material tersebut durable. ”Metal sheet biasa digunakan untuk atap, jadi kalau digunakan untuk second skin lebih kuat. Ketahanannya terhadap air dan cuaca lebih tinggi daripada semen,” paparnya dalam wawancara pada Rabu (27/7).

Metal sheet itu juga diaplikasikan pada atap. Kemudian, seluruhnya dicat menggunakan warna British racing green. Warna khas yang banyak digunakan pada mobil dan motor balap keluaran Inggris. Alhasil, rumah industrial tersebut tampil makin ”pop-up”. ”Owner punya mobil yang warnanya hijau seperti itu, nah dari situ kami dapat inspirasi,” kata Mahadiyanto.

Warna hijau nan elegan tersebut juga ditarik ke interior. Salah satunya dengan pemilihan sofa berwarna senada. Kemudian dipadupadankan dengan dua tone warna utama lainnya, yakni abu-abu dan hitam. Warna abu-abu diterapkan melalui dinding semen acian ekspos dan lantai granit berwarna senada. Sedangkan warna hitam salah satunya diaplikasikan pada frame jendela dan kitchen set.

Sisi unik di dalamnya, Verde House mengusung konsep split-level. Seperti yang telah disebutkan, tampak depan rumah itu terlihat seperti dua lantai. Padahal, di dalamnya terdapat empat level lantai, yakni lantai 1; lalu 1,5; naik lagi ke lantai 2; serta lantai 2,5.

Menurut Mahadiyanto, split-level itu dibuat untuk memanfaatkan sisa-sisa puing dari bangunan lama rumah tersebut. ”Dan itu juga akhirnya cukup memaksimalkan ruang di dalamnya,” kata alumnus Universitas Trisakti Jakarta itu.

Massa bangunan dibagi menjadi dua, yakni depan dan belakang. Kemudian, di tengahnya terdapat inner courtyard yang menjadi penghubung. Inner courtyard tersebut juga berfungsi sebagai sumber pencahayaan dan penopang sirkulasi udara. Sehingga, meskipun interior rumah itu didominasi warna gelap, rumah tetap terlihat terang dan sejuk.

DUA ATAU EMPAT LANTAI?: Permainan split level menghasilkan pengalaman ruang yang berbeda. Inner courtyard dibentuk bertribun untuk tempat ngumpul. (Atelier Bertiga)


  • Arsitek: Mahadiyanto (@atelierbertiga)
  • Luas tanah: 90 meter persegi (6 x 15 meter)
  • Luas bangunan: 135 meter persegi
  • Lama pengerjaan: 8 bulan
  • Lokasi: Bintaro, Tangerang Selatan

HIGHLIGHTS

DUA ATAU EMPAT LANTAI?: Permainan split level menghasilkan pengalaman ruang yang berbeda. Inner courtyard dibentuk bertribun untuk tempat ngumpul. (Atelier Bertiga)

Inner courtyard juga berfungsi sebagai area komunal. Bentuknya dibuat bertribun seperti amphitheatre agar dapat digunakan untuk area berkumpul bagi penghuninya. Bagian bawahnya dimanfaatkan sebagai gudang.

DUA ATAU EMPAT LANTAI?: Permainan split level menghasilkan pengalaman ruang yang berbeda. Inner courtyard dibentuk bertribun untuk tempat ngumpul. (Atelier Bertiga)

Split-level menghasilkan jarak tangga antarlantai yang lebih pendek. Sehingga menaikinya tidak terasa melelahkan. Tangga dibuat dari material beton dengan trap perforated plate agar pencahayaan dari atas dapat menembus ke dalam.

(FOTO: Atelier Bertiga)

Dua kamar anak dibuat bersebelahan. Untuk menghemat ruang horizontal, dibuatlah konsep bunk bed, namun terpisah oleh dinding. Posisi tempat tidur kamar anak yang pertama di bawah, tempat tidur kamar anak satu lagi di atas.

(FOTO: Atelier Bertiga)


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan