Salam Pembaca Sekalian

Anda tentu masih ingat tentang kisah sahabat kita Luqman yang terkandung dalam sebuah ayat suci Al-Quran di surat Luqman. Dalam ayat tersebut, Allah SWT menceritakan tentang seorang hamba-Nya yang dianugerahi kebijaksanaan Luqman dan makna bahwa hikmah ada di mana-mana, tanpa pandang usia, status, ataupun keahlian.

Di dalam Kitab-kitab Tafsir, Walaqod ataina Luqman menjadi salah satu surat Al-Quran yang seringkali dijadikan sebagai rujukan untuk berbicara tentang makna kebijaksanaan. Namun, selama ini tidak banyak orang yang mengetahui sepak terjang Luqman. Benarkah ia seorang nabi? Lalu, apa sebenarnya peranannya, mantra, atau petunjuk-petunjuk penting yang tersirat di dalam kisah itu?

Artikel ini akan membahas tentang segala hal yang terkait dengan Walaqod ataina Luqman. Mulai dari pengenalan sosok Luqman, sejarah kemunculan kisah ini, kelebihan dan kekurangannya, hingga pemahaman penting mengenai Walaqod ataina Luqman itu sendiri.

Pendahuluan

Walaqod ataina Luqman diambil dari ayat ke 12 dan 13 pada surat Luqman. Kisah ini bercerita tentang Luqman, sosok yang dianugerahi kebijaksanaan oleh Allah SWT, yang kemudian ia berbagi dengan anaknya.

“Dan sesungguhnya Kami telah memberikan hikmat kepada Luqman, yaitu: ‘Bersyukurlah kepada Allah. Barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

Seiring dengan tanpa henti rasanya perkembangan zaman dan kebutuhan akan hikmah, kebijaksanaan dari nasehat Luqman ini masih sangat relevan hingga saat ini. Dalam Walaqod Ataina Luqman ini nanti kita akan membahas secara detail tentang kelebihan maupun kekurangan dari kisah Luqman, serta bagaimana kita bisa mengambil hikmah dari nasehat dan petunjuk-petunjuk penting yang tersirat di dalamnya.

1. Peletakan Awal Kisah Walaqod Ataina Luqman

Sebelum kita bahas lebih jauh ke detail dari nasehat-nasehat yang terdapat dalam kisah Walaqod Ataina Luqman, ada baiknya kita membahas dulu tentang pandangan beragam ahli tafsir mengenai asal awal cerita ini.

Menurut sebagian ulama, seperti Ibnu Katsir, Al-Qurtubi, dan Al-Tabari, bahwa Luqman di dalam kisah ini bukanlah seorang nabi, namun hanyalah orang bijak yang dianugerahi Allah dengan kebijaksanaan serta derajat yang lebih tinggi di sisi-Nya.

Penjelasan yang lain lagi dari sebagian pihak, seperti Imam Ahmad, bahwa Luqman adalah orang Madyan yang termasyhur sebagai tokoh bijak sekaligus pengajar moral bagi kaum Madyan.

2. Nasehat Pertama dari Luqman

Dalam ayat-ayat Walaqod Ataina Luqman, terdapat banyak petunjuk serta nasehat yang terdapat di dalamnya. Salah satu nasehat pertama ini membahas tentang kepatuhan kepada Allah SWT. Luqman mengajarkan kepada putranya bahwa bersyukur adalah suatu fakta penting dalam hidup dan itu berlanjut pada kesuksesan hidup ke depannya.

Dalam ayat yang telah disebutkan sebelumnya dikatakan, “Bersyukurlah kepada Allah. Barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

Walaupun terdengar seperti nasihat umum, Luqman berhasil mengajarkan pada putranya untuk selalu berterima kasih atas apa yang ada di dalam hidupnya dan untuk menghargainya dengan baik.

3. Kelebihan dari Kisah Walaqod Ataina Luqman

Kisah Luqman yang mengandung pesan moral serta nasehat-nasehat bijak tentu memiliki kelebihan tersendiri. Berikut beberapa kelebihan yang bisa kita petik dari kisah Walaqod Ataina Luqman:

– Memperkuat Iman dan Menjaga Ketaatan Kepada Allah SWT
– Meningkatkan Rasa Syukur dan Kesadarannya pada Kehadiran Allah dalam Hidup
– Memperkuat Sikap Ikhtiar dan Kepedulian Terhadap Kehidupan
– Memperkuat Kerendahan Hati dan Sopan-Santun
– Memperkuat Kesadaran Mengambil Tindakan Secara Positif
– Memperkuat Kepedulian Sosial dan Kemanusiaan
– Memupuk Semangat Integritas dan Menjaga Kehormatan

4. Kekurangan dari Kisah Walaqod Ataina Luqman

Namun, tak jarang dalam keseluruhan untaian petunjuk-petunjuk terdapat kelemahan juga. Berikut beberapa kelemahan yang dapat kita temukan dalam kisah Walaqod Ataina Luqman:

– Terlalu Kaku dalam Hukum Moral
– Tidak Ada Konkrit khusus seperti dalam Pendidikan Barat
– Lebih Berfokus pada Iman daripada Nilai-Nilai Universal dan Moralitas Sosial
– Kurang Menjelaskan Posisi Luqman di Masyarakat serta Negaranya
– Kurang Kontekstual

5. Penjelasan Lebih Lengkap tentang Kisah Luqman

Luqman di dalam kisah Walaqod Ataina Luqman menjawab kemelut kehidupan dengan cara yang ia temukan: melalui kebijaksanaan, kearifan, serta nilai-nilai moral. Walaupun Luqman bukanlah seorang nabi atau pun rasul, ia tetap memiliki kedudukan serta status penting di sisi Allah SWT.

Dalam Ayat pertama dari Walaqod Ataina Luqman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah memberikan hikmat kepada Luqman”, memberi pengertian bahwa Luqman mendapatkan karunia kebijaksanaan dari Allah SWT. Karunia ini adalah salah satu dari rahmat-ranmat Allah SWT yang diberikan pada hamba-Nya yang terpilih.

6. Tabel tentang Kisah Luqman

Tabel di bawah ini menjelaskan beberapa informasi yang terkait dengan kisah Luqman.

NoInformasi
1Nama KisahWalaqod ataina Luqman
2Tokoh UtamaLuqman
3Surat Al-QuranSurat Luqman (QS. 31:12-19)
4Karunia dari AllahKebijakanan
5Pesan UtamaIntegritas, Kejujuran, dan Keikhlasan
6Tipe KisahKisah Moralis
7Komposisi TeksTerdiri dari 9 ayat

7. Kata Penutup

Itulah pembahasan lengkap mengenai kisah Walaqod Ataina Luqman. Perlu dikatakan bahwa meski kisah ini bersumber dari Al-Quran, namun baik muslim maupun non-muslim masih dapat mengambil nasehat dari kisah ini.

Belajar dari sosok Luqman, ajaran serta nilai-nilai yang baik dapat kita petik dari penilaian kasus atau masalah yang muncul. Terlebih lagi pada masa saat ini di mana kejenuhan serta kebosanan menyelimuti hidup karena adanya pandemi Covid-19, rasa haus akan sebuah kebijaksanaan semakin terasa. Sebab, ketika kita rajin menghargai hidup dan mengenal diri sendiri, maka itu yang dilukiskan ke dalam realita kehidupan.

Karenanya, kita perlu memberikan perhatian pada kebijaksanaan serta moralitas dalam hidup. Dengan demikian, rasa syukur serta kebahagiaan sebagai manusia akan terjamin. Terima kasih sudah membaca artikel ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan