Aksi Protes Mengecam Krisis Ekonomi Sri Lanka Masuki Hari ke-100

Kolombo: Aksi protes mengecam krisis ekonomi di Sri Lanka telah memasuki hari ke-100 pada Minggu, 17 Juli 2022. Gerakan masif ini telah berhasil melengserkan seorang presiden, dan masyarakat kini mengalihkan perhatian mereka ke sosok baru yang diharapkan mampu mengeluarkan Sri Lanka dari jurang krisis.
 
Unjuk rasa dalam melengserkan Gotabaya Rajapaksa dari kursi kepresidenan menyatukan masyarakat Sri Lanka dari berbagai kalangan. Bergerak bersama dalam satu kesatuan, minoritas Tamil dan Muslim di Sri Lanka bergabung dengan etnis Sinhalese dalam mendorong keruntuhan klan Rajapaksa.
 
Awalnya, demonstrasi menentang pemerintah Sri Lanka dimulai pada 9 April lalu, di mana ribuan orang membuat kamp di depan kantor Rajapaksa. Jumlah pedemo yang tinggal di kamp tersebut jauh lebih besar dari perkiraan koordinator.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Seiring semakin memburuknya krisis ekonomi di Sri Lanka, intensitas gerakan protes pun meningkat. Puncak kekesalan warga berujung pada penggerudukan istana kepresidenan di Kolombo, yang memaksa Rajapaksa melarikan diri ke Maladewa kemudian Singapura.
 
Baca:  Tiba di Singapura, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa Ajukan Pengunduran Diri
 
Di bawah konstitusi Sri Lanka, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe otomatis menjadi pelaksana tugas (plt) presiden usai Rajapaksa mengundurkan diri. Kini, Wickremesinghe menjadi kandidat terdepan dalam pemungutan suara presiden di parlemen pekan depan.
 
Namun Wickremesinghe tidak disukai banyak demonstran karena dianggap masih sekutu Rajapaksa, sebuah keluarga yang telah mendominasi politik Sri Lanka selama bertahun-tahun.
 
Prasad Welikumbura, seorang aktivis media sosial dan pendukung gerakan protes, meminta Wickremesinghe untuk segera mengundurkan diri.
 
“Sudah 100 hari sejak semua ini dimulai,” ujar Welikumbura via Twitter, dikutip dari TRT World.
 
“Namun, perubahan konkret dalam sistem (politik) masih jauh dari kenyataan,” sambungnya, yang juga menuliskan tagar kecaman kepada Wickremesinghe.
 
Kakak Gotabaya Rajapaksa, Mahinda, telah mengundurkan diri dari jabatan PM pada Mei lalu, dan Wickremesinghe menduduki posisi tersebut. Langkah tersebut tidak efektif dalam meredam kemarahan warga.
 
Selain menyerbu kediaman Rajapaksa, massa juga telah mendatangi rumah Wickremesinghe dan membakarnya.
 
Kini, partai SLPP milik Rajapaksa yang memiliki lebih dari 100 anggota parlemen dari total 225 kursi di Sri Lanka, mendukung Wickremesinghe dalam pemungutan suara pada Rabu mendatang.
 

(WIL)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan