Proses Kerja Otot Jantung yang Menyebabkan Denyut Jantung


Denyut Jantung: Gerakan Otot-Otot Jantung yang Membuatnya Terjadi

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa denyut jantung terjadi karena otot-otot jantung berkontraksi dan berelaksasi dalam siklus yang terus berulang. Namun, selama berabad-abad, bagaimana otot-otot jantung melakukan gerakan tersebut masih menjadi misteri besar bagi para ilmuwan.

Baru pada abad ke-17, William Harvey, seorang dokter dari Inggris, menemukan bahwa denyut jantung berasal dari pergerakan otot-otot jantung. Harvey menyatakan bahwa otot-otot jantung berkontraksi secara bergantian, menghasilkan tekanan yang mendorong darah keluar dari jantung. Teori Harvey ini kemudian menjadi dasar dalam memahami tentang denyut jantung.

Sebelum kita membahas tentang bagaimana otot-otot jantung berkontraksi dan berelaksasi, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu struktur dasar jantung. Jantung terdiri dari empat bilik, yang terdiri dari dua atrium dan dua ventrikel. Atrium berfungsi sebagai penampung darah yang dibawa ke jantung, sedangkan ventrikel berperan sebagai pompa yang memompa darah ke seluruh tubuh.

Struktur Dasar Jantung

Otot jantung terdiri dari serabut otot yang terhubung satu sama lain. Pada saat otot jantung berkontraksi, seluruh serabut otot tersebut akan berkontraksi secara bersamaan, sehingga membentuk suatu gerakan yang disebut dengan istilah gerakan “peristaltik.” Gerakan peristaltik ini kemudian memungkinkan darah terdorong keluar dari jantung dan mengalir ke seluruh tubuh.

Sekarang, kita dapat membahas tentang bagaimana otot-otot jantung melakukan gerakan untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Proses tersebut terdiri dari empat tahap, yaitu:

1. Tahap Atrial Sistol

Tahap Atrial Sistol

Saat atrium berkontraksi akibat impuls listrik, darah yang ada di dalamnya akan terdorong ke dalam ventrikel. Saat yang sama, katup atrioventrikular terbuka, sehingga darah bisa mengalir dari atrium ke ventrikel. Tahap ini disebut dengan tahap atrial sistol.

2. Tahap Ventrikular Sistol

Tahap Ventrikular Sistol

Saat impuls listrik dari nodus atrioventrikular mencapai ventrikel, ventrikel akan berkontraksi. Pada saat yang sama, katup semilunar terbuka, sehingga darah bisa keluar dari jantung dan mengalir ke seluruh tubuh. Tahap ini disebut dengan tahap ventrikular sistol.

3. Tahap Dekompresi Ventrikel

Tahap Dekompresi Ventrikel

Setelah ventrikel berkontraksi, katup semilunar akan tertutup, sehingga darah tidak lagi bisa mengalir keluar dari jantung. Namun, darah masih bisa masuk ke dalam jantung melalui katup atrioventrikular yang terbuka. Tahap ini disebut dengan tahap dekompresi ventrikel.

4. Tahap Dekompresi Atrium

Tahap Dekompresi Atrium

Setelah darah masuk ke dalam ventrikel, katup atrioventrikular akan tertutup, sehingga darah yang ada di dalam atrium terkurung di dalamnya. Atrium kemudian merelaksasi, sehingga darah baru bisa masuk lagi ke dalam jantung. Tahap ini disebut dengan tahap dekompresi atrium.

Dari tahapan di atas, dapat disimpulkan bahwa denyut jantung terjadi akibat pergerakan otot-otot jantung yang bekerja secara sinergis. Proses tersebut terjadi secara konstan, sehingga darah bisa terpompa ke seluruh tubuh dengan lancar dan stabil.

Bagaimana Hormon Adrenalin Mempengaruhi Detak Jantung?


Hormon Adrenalin Memacu Detak Jantung

Hormon adrenalin diproduksi oleh kelenjar adrenal dan merespon stres atau bahaya dengan memacu detak jantung. Hormon ini juga dikenal dengan nama epinefrin dan termasuk dalam kategori hormon katekolamin. Hormon adrenalin sangat penting dalam menjaga stabilitas kardiovaskular dan fungsinya telah dipelajari secara mendalam oleh para peneliti.

Hormon adrenalin memberikan efek langsung pada otot jantung dengan meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi. Pengaruh ini terjadi melalui proses yang dikenal sebagai mekanisme stimulasi β-adrenergik. Ketika hormon adrenalin terikat ke reseptor β-adrenergik pada membran sel otot jantung, maka terjadilah aktifasi protein Gs pada sisi dalam membrane sel.

Aktifasi protein Gs menyebabkan peningkatan intraseluler dari adenosin monofosfat siklik (cAMP) dengan cara mengaktifkan adenilat siklase yang selanjutnya memberikan sinyal yang lebih besar pada proses kontraksi otot yang berujung pada peningkatan detak jantung. Naiknya konsentrasi cAMP juga menghasilkan relaksasi otot polos dan otot jantung, sehingga aliran darah ke otak dan organ vital lain meningkat.

Selain mempengaruhi detak jantung, hormon adrenalin juga mempengaruhi kadar gula darah. Peningkatan konsentrasi glukosa darah yang terjadi setelah pelepasan hormon adrenalin merupakan efek yang muncul pada saat-saat menghadapi situasi sulit. Glukosa darah meningkat ketika hormon adrenalin keluar sehingga otot kita mendapatkan pasokan energi yang lebih untuk bergerak dalam situasi sulit atau memerlukan tenaga ekstra secara tiba-tiba.

Hormon adrenalin juga berfungsi sebagai vasokonstriktor, yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah di luar organ vital. Karena pembuluh darah tersebut menjadi lebih sempit, aliran darah ke bagian non-esensial tubuh terbatas. Hal ini memungkinkan aliran darah ke organ-organ penting seperti otak, jantung, dan paru-paru menjadi lebih utama.

Ringkasnya, hormon adrenalin sangat penting dalam mengatur keseimbangan tubuh kita dalam situasi yang memerlukan reaksi cepat. Pelepasan hormon adrenalin oleh kelenjar adrenal terjadi secara refleks ketika tubuh menghadapi situasi yang mengancam. Hal ini mengarah pada peningkatan detak jantung yang diperlukan untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Hormon adrenalin juga berperan dalam pengaturan glukosa darah, vasokonstriksi dan meningkatkan aliran darah ke organ-organ penting lainnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Denyut Jantung


denyut jantung teratur dan tidak teratur

Kecepatan denyut jantung sangat bergantung pada keadaan fisik dan emosi seseorang. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan denyut jantung:

1. Usia


Usia Tua

Usia merupakan faktor yang memengaruhi kecepatan denyut jantung. Semakin bertambahnya usia, kecepatan denyut jantung cenderung melambat. Saat masih muda, denyut jantung dapat mencapai 80–100 denyut per menit, sedangkan saat usia senja, kecepatannya hanya berkisar antara 60–70 denyut per menit.

Namun, pada beberapa kasus, usia dapat mempercepat denyut jantung. Hal ini dapat terjadi pada orang yang memiliki penyakit tertentu atau mengalami stres yang berat.

2. Kondisi Fisik


olahraga

Kondisi fisik juga memengaruhi kecepatan denyut jantung. Orang yang terlatih secara fisik cenderung memiliki denyut jantung yang lebih lambat dibandingkan orang yang tidak terlatih. Olahraga teratur dapat menurunkan kecepatan denyut jantung seseorang.

Selain itu, kelebihan berat badan atau obesitas dapat mempercepat denyut jantung seseorang. Hal ini disebabkan oleh beban yang harus dijalani oleh otot jantung yang harus memompa darah ke seluruh tubuh.

3. Emosi


emosi

Emosi dapat memengaruhi kecepatan denyut jantung. Saat mengalami stres atau emosi yang kuat, denyut jantung dapat meningkat. Stressor dapat membuat tubuh melepaskan hormon adrenalin, yang dapat mempercepat denyut jantung. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui bagaimana meredakan stres dan menjaga keseimbangan emosi agar denyut jantung tetap terkendali.

Disamping itu, kegembiraan dan kebahagiaan juga dapat mempengaruhi kecepatan denyut jantung seseorang. Pada saat merasa bahagia atau senang, kecepatan denyut jantung cenderung lebih lambat.

4. Lingkungan


lingkungan

Lingkungan juga memiliki peran besar dalam memengaruhi kecepatan denyut jantung. Suhu lingkungan yang terlalu dingin maupun terlalu panas dapat mempercepat denyut jantung seseorang. Selain itu, polusi udara dan cuaca yang buruk dapat memengaruhi kesehatan jantung, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kecepatan denyut jantung.

Jadi, sebaiknya kita menghindari faktor-faktor di atas untuk menjaga kesehatan jantung dan menjaga denyut jantung agar tetap normal dan terkendali. Perlu diingat bahwa denyut jantung yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat menunjukkan adanya gangguan kesehatan dan segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami hal tersebut.

Bentuk Denyut Jantung pada Orang yang Sedang Olahraga


olahraga

Olahraga adalah kegiatan fisik yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan kebugaran tubuh. Dalam berolahraga, denyut jantung akan meningkat karena otot-otot jantung bekerja lebih keras untuk memompa lebih banyak darah ke seluruh tubuh. Namun, denyut jantung pada orang yang sedang berolahraga dapat bervariasi tergantung pada jenis olahraga yang dilakukan.

Berikut adalah bentuk denyut jantung pada orang yang sedang berolahraga:

1. Cardio


cardio

Cardio adalah jenis olahraga yang memfokuskan pada kesehatan jantung dan pernapasan. Contoh olahraga cardio yaitu berjalan kaki, lari, bersepeda, berenang, dan lain-lain. Pada olahraga cardio, denyut jantung seseorang akan meningkat hingga 60-80% dari maximum heart rate (MHR). Sebagai contoh, jika seseorang memiliki MHR sebesar 180 denyut per menit, maka denyut jantung pada olahraga cardio akan berkisar antara 108-144 denyut per menit.

2. Angkat Beban


angkat beban

Angkat beban adalah jenis olahraga yang memfokuskan pada penguatan otot-otot tubuh. Contoh olahraga angkat beban yaitu mengangkat dumbbell, barbell, pushup, dan lain-lain. Pada olahraga angkat beban, denyut jantung seseorang akan meningkat tetapi tidak sebesar pada olahraga cardio. Hal ini dikarenakan otot yang diperkuat pada olahraga angkat beban tidak membutuhkan banyak darah untuk bekerja. Namun, pada akhir set atau setelah melakukannya dalam waktu yang lama, denyut jantung seseorang dapat meningkat hingga mencapai 60-70% dari MHR.

3. Yoga


yoga

Yoga adalah jenis olahraga yang memfokuskan pada peregangan dan relaksasi tubuh. Contoh olahraga yoga yaitu downward dog, child pose, warrior pose, dan lain-lain. Pada olahraga yoga, denyut jantung seseorang tidak meningkat sebesar pada olahraga cardio atau angkat beban. Hal ini dikarenakan fokus pada olahraga yoga adalah pada regulasi pernapasan yang dapat membuat denyut jantung lebih tenang dan teratur.

4. Zumba


zumba

Zumba adalah jenis olahraga yang menggabungkan gerakan tarian dengan olahraga cardio. Pada olahraga zumba, denyut jantung seseorang dapat meningkat hingga mencapai 70-85% dari MHR. Hal ini dikarenakan olahraga zumba membutuhkan gerakan yang keras dan cepat.

Olahraga merupakan kegiatan penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Dalam berolahraga, penting untuk memperhatikan denyut jantung agar tidak terlalu tinggi dan dapat memicu tekanan darah yang berlebihan. Sebaiknya, lakukan olahraga dengan teratur dan disesuaikan dengan kemampuan tubuh.

Hubungan antara Respirasi dan Denyut Jantung saat Berolahraga


olahraga

Dalam setiap aktivitas fisik yang kita lakukan, hubungan antara respirasi dan denyut jantung sangatlah penting. Selama kita melakukan olahraga jantung kita akan berdetak lebih cepat untuk memompa oksigen ke otot yang bekerja dan membuang karbon dioksida keluar dari tubuh.

Ketika seseorang mulai berolahraga, biasanya ia mulai bernapas lebih cepat dan dalam. Hal ini karena tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen untuk memasok ke otot otot yang sedang bekerja keras untuk menghasilkan gerakan.

Setiap kali kita bernapas, udara masuk ke paru-paru dan oksigen akan terikat pada hemoglobin dalam darah. Darah yang kaya oksigen kemudian akan dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Karena adanya aktivitas fisik, maka jantung akan berdetak lebih cepat untuk memompa lebih banyak darah. Kenaikan denyut jantung ini akan membuat tubuh menghasilkan lebih banyak kalori dan menjadi lebih efektif dalam membakar lemak dan menghasilkan energi.

Meskipun respirasi dan denyut jantung memiliki keterkaitan yang erat, tidak selalu terjadi secara bersamaan. Kadang-kadang jantung membutuhkan lebih banyak oksigen daripada yang didapatkan dari respirasi, sehingga denyut jantung meningkat untuk mengimbangi kebutuhan tersebut.

Hal ini dapat terjadi pada orang yang berolahraga secara teratur. Mereka memiliki denyut jantung yang lebih rendah pada saat istirahat dan maksimal pada saat berolahraga, karena jantung mereka lebih efektif dalam memompa darah dan memenuhi kebutuhan oksigen otot.

Jika seseorang tidak berolahraga secara teratur, denyut jantungnya mungkin juga meningkat selama aktivitas fisik. Hal ini dikarenakan jantung kurang mendapatkan latihan untuk memompa darah dan menghasilkan lebih banyak kalori. Dalam kondisi ini, seseorang mungkin merasakan sesak napas dan kelelahan selama berolahraga.

Untuk menjaga kesehatan jantung dan paru-paru, sebaiknya lakukan olahraga secara teratur dan konsisten. Lakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan kemampuan tubuh, seperti berjalan kaki, lari, atau berenang, dan perlahan-lahan tingkatkan intensitasnya seiring waktu. Dengan melakukan olahraga secara teratur, respirasi dan denyut jantung akan menjadi lebih efektif dan tubuh akan menjadi lebih sehat dan bugar.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan