Heboh ‘Kiamat’ Batal di Sini, Ini yang Terjadi

kabinetrakyat.com – Ramai-ramai warga Kamboja dilaporkan meninggalkan kehidupan mereka dan melakukan perjalanan ke provinsi Siem Reap di Barat Laut, pekan lalu. Ini terjadi pasca seorang politisi dengan banyak pengikut, Khem Veasna, membagikan ramalan kiamat di media sosial.

Namun saat ini, ribuan warga yang berkumpul diketahui telah berangsur-angsur meninggalkan wilayah itu. Pasalnya, kiamat yang diramalkan 31 Agustus 2022 lalu, tak terbukti.

Gubernur Siem Reap, Tea Seiha, membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan semua pengikut telah meninggalkan pertanian dan kecuali 1.000 orang yang kini didesak pemerintah pergi.

“Jika tidak, kami akan menerapkan langkah-langkah,” katanya dikutip dari Cambodia Daily, Rabu (7/9/2022)

“Polisi telah bekerja sama dengan otoritas provinsi untuk membantu orang-orang di pertanian untuk kembali ke rumah,” tambah Kepala Polisi Provinsi Siem Reap Brigadir Jenderal Teng Channat kepada Khmer Times.

Veasna sendiri mengatakan para pejabat tidak memiliki pengaruh atas jemaatnya. Mereka, katanya merujuk pengikutnya, orang-orang saleh.

Sebelumnya Veasna mempublikasikan ancaman kiamat itu di Facebooknya. Ia mengaku ada “lubang hitam” di tulang punggungnya yang mengirimkan pesan tentang banjir besar yang menghapus isi bumi.

Ia kemudian menyebut pertanian adalah satu-satunya tempat yang akan terhindar dari bencana. Dirinya-pun mendesak orang untuk bergabung dengannya di sana.

“Saya tidak bisa tidur karena setiap kali saya tidur, sumsum tulang belakang saya menarik sangat keras, karena dunia runtuh, dan air mengalir ke celah,” tulisnya dimuat Vice.

Ia pun meminta seluruh pendukungnya yang berprofesi sebagai pekerja migran, terutama di Korea Selatan (Korsel), pulang. Bahkan dari data disebutkan, sejak 2017, ia telah menampung 3.000 pekerja migran Kamboja yang mendukung gerakannya.

Mengutip laman yang sama, dari sejumlah foto juga dibagikan di laman Facebook Veasna, setidaknya ada 15.000 hingga 20.000 orang telah datang ke wilayah itu. Diyakini lebih banyak orang masih berdatangan.

Mereka disebut menunggu kiamat di rumah pertanian milik politisi partai Liga untuk Demokrasi (LDP) itu. Beberapa yang tidak dapat masuk menunggu di gerbang seraya mendengarkan pengeras suara.

Menurut pengamat di Universitas Lund, Astrid Norén-Nilsson, mengatakan Veasna memang tokoh populer. Ia “mengisi kekosongan” dalam lanskap politik negara itu.

Di Kamboja, dirinya dikenal kritis terhadap pemerintah. Di 2018, ia mendapatkan 310.000 suara dalam pemilu, meski kalah dari penguasa, Partai Rakyat Kamboja.

Ia kemudian membawa pengikutnya dalam gerakan sosial milenarianisme. Itu adalah suatu keyakinan oleh suatu kelompok atau gerakan keagamaan, sosial, atau politik tentang suatu transformasi besar dalam masyarakat, untuk berubah ke titik tertentu.

“Khem Veasna mengecam politik dan membawa pengikutnya bersamanya dalam perjalanan untuk menjadi semacam gerakan sosial milenarian,” ujarnya.

Dalam beberapa tahun, pengaruhnya bahkan lebih besar dari politik. Di mana ia mengembangkan persona seperti pemujaan di antara ribuan pengikutnya, menyebut dirinya sebagai Brahma (tokoh suci).

Otoritas lokal dan Perdana Menteri Hun Sen menolak ramalannya. Mereka menilai hal itu adalah aksi politik murahan dan mendesak para pengikutnya untuk pergi dengan damai dari lokasi tersebut.

Aksinya meminta pekerja migran pulang juga disebut akan membahayakan negeri itu. Hal ini diyakini membawa pengaruh buruk ke bos-bos di negara tujuan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan