LPSK Sosialisasi Program Perlindungan Saksi dan Korban Berbasis Komunitas di Balai Pemuda Surabaya

Berita Surabaya

SURYA.co.id | SURABAYA – Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) terus melakukan upaya dalam mewujudkan program perlindungan saksi dan korban berbasis komunitas bernama Sahabat Saksi dan Korban (SSK) kepada masyarakat.

Melalui acara Sarasehan Budaya yang digelar di Balai Pemuda Surabaya, Jumat (12/8/2022), LPSK mengajak ratusan warga Jawa Timur termasuk Instansi Pemerintah dan Organisasi Perangkat Daerah yang hadir  untuk menyebarkan informasi, sistem, dan peran fungsi para pihak dalam menjalankan program ini.

Di Jawa Timur sendiri menjadi provinsi ke-5 dari 8 provinsi yang menjadi sasaran LPSK dalam mensosialisasikan program SSK.

Ketua LPSK, Hasto Atmojo Suroyo mengatakan untuk menangani pemberian perlindungan dan bantuan terhadap saksi, korban, pelapor, saksi pelaku, dan ahli dalam proses peradilan pidana di seluruh Indonesia.

LPSK tengah mengupayakan pembangunan kantor di beberapa wilayah di Indonesia.

“Kami sudah membangun kantor perwakilan di Yogyakarta dan Medan. Rencananya ada 12 kantor perwakilan di berbagai daerah untuk memperluas jejaring saksi dan korban. Hal ini penting karena dapat memudahkan akses para saksi dan korban yang ingin mendapatkan layanan perlindungan LPSK,” ujar Hasto.

Setelah sosialisasi, Hasto berharap LPSK dapat mengembangkan mekanisme kerja berjejaring dengan melibatkan semua sumber daya, baik dari mitra layanan, penyintas tangguh dan kelompok masyarakat yang peduli dengan saksi dan korban untuk ikut bergabung dengan komunitas SSK.

“Kami membuka pintu lebar-lebarnya untuk masyarakat yang mau partisipasi membantu pekerjaan LPSK. Pendaftarannya tidak dipungut biaya apapun alias gratis. Semoga semua memiliki semangat kepedeulian terhadap sesama. Seperti bunyi tagline kami ‘Kita Peduli Kita Lindungi’. Nek Duduk Awak Dewe Sopo Maneh (Kalau Bukan Kita Siapa Lagi),” pungkasnya.

Dalam acara Sarasehan Budaya, juga menghadirkan seorang penyintas tangguh yang merupakan korban tragedi Bom Bali 2002, Khusnul Khotimah.

Dengan cahaya lampu yang menyorot dirinya, diatas panggung ia menceritakan pengalamannya yang harus menderita selama 15 tahun.

“Saya menderita luka bakar 70 persen, mulai 2002 sampai 2017 hidup saya gelap, saya hanya bisa menangis. Namun setelah LPSK hadir, hidup saya terang bernerang, bersama Sahabat Saksi Dan Korban, saya akan melaju dengan bersemangat tinggi untuk menatap hidup yang baru,” ungkapnya sembari meneteskan air mata diiringi dengan suara tepuk tangan para tamu undangan.


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan