Mentan Pacu Pemprov Sultra Lakukan Ekspor Beras

Kendari: Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memacu Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara agar bisa melakukan ekspor beras sehingga bisa menghasilkan keuntungan yang besar.
 

“Kalau bagus-bagus hasilnya di sini (beras, red.), karena kita sudah cukup (stok.) di dalam negeri, kita boleh ekspor,” kata dia saat kunjungan kerja ke Desa Cialam Jaya, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara dikutip dari Antara, Minggu, 21 Agustus 2022
 
Ia menyampaikan harga beras di Indonesia paling murah urutan kedua di dunia, sedangkan harga beras seperti di Jepang mencapai Rp47.000 per kilogram (kg), Amerika Serikat Rp62.000, Singapura Rp29.000, Malaysia Rp22.000, sedangkan di Indonesia sekitar Rp12.000 per kg.
 
Menurutnya, Sulawesi Tenggara bisa melakukan ekspor beras jika memiliki kualitas yang baik. Apalagi, ia mengaku saat ini pihaknya masih memiliki stok beras yang banyak dan bisa mencukupi hingga dua tahun ke depan.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Sekarang stok beras saya 10, 2 juta ton. Saya berharap dua tahun tidak goyang, saya kontrol apapun terjadi badai apapun makanan rakyat tetap harus kita siapkan,” ujar dia.
 
Namun, ia mengharapkan sebelum diekspor, pengolahan beras dapat meningkatkan mutu beras dari yang berkualitas rendah menjadi kualitas premium.
 
“Harus dipremiumkan, bagaimana mempremiumkan supaya bisa berskala bagus? Perbaiki dia punya mesin airnya, diperbaiki imboos-nya diperbaiki pemutihannya, dan itu skala ekonominya ada, ndak rugi,” kata dia.
 
Gubernur Sultra Ali Mazi mengatakan komoditas tanaman pangan, khususnya beras, mengalami surplus sejak tahun 2019 dibuktikan pada tahun 2021 pihaknya mengirim beras ke Sulawesi Utara 1.000 ton melalui Perum Bulog.
 
Menurutnya, hal itu menandakan bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara dapat menjadi salah satu lumbung pangan nasional, khususnya di wilayah Indonesia tengah dan timur.
 
“Kami berharap produksi beras masyarakat petani Sultra ke depan tidak hanya dapat menjaga ketersediaan bahan pangan daerah tetapi juga ketersediaan bahan pangan nasional dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim yang tidak menentu dan ancaman krisis pangan,” kata dia
 

(SAW)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan