Table of contents: [Hide] [Show]

kabinetrakyat.com – Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM ) bidang Penyelidikan dan Pemantauan Mohammad Choirul Anam meminta agar mekanisme penyelesaian tragedi Stadion Kanjuruhan dari PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) harus berjalan maksimal.

Dia juga meminta agar pihak PSSI bisa mengusut kasus tersebut dengan keterbukaan.

“Kita menyayangkan tragedi ini, mekanisme PSSI harus jalan maksimal, perlu keterbukaan terkait apa yang terjadi,” ujar Anam melalui pesan singkat, Minggu (2/10/2022).

Anam meminta agar siapa pun yang terlibat dalam peristiwa yang menewaskan 127 orang itu (data pukul 6.00 WIB) dilakukan penegakan hukum.

“Terkait siapa pun yang terlibat kekerasan harus ada penegakan hukum,” ujar dia.

Di sisi Komnas HAM, Anam mengatakan akan memberikan atensi khusus terkait kasus tersebut.

“Kami memberi atensi kasus ini,” papar dia.

Kronologi peristiwa

Tragedi Stadion Kanjuruhan menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.

Sebanyak 127 orang dilaporkan meninggal dunia dan ratusan lainnya dirawat di rumah sakit (RS).

Stadion Kanjuruhan menjadi tuan rumah laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 antara Arema FC dan Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022).

Bertajuk derbi Jawa Timur, duel Arema FC vs Persebaya berlangsung ketat. Lima gol tercipta dalam laga ini.

Tim tamu Persebaya unggul dua gol lebih dulu melalui aksi Silvio Junior (8′) dan Leo Lelis (32′). Arema FC kemudian berhasil kedudukan lewat brace Abel Camara pada pengujung babak pertama (42′, 45+1′ -pen).

Namun, gol Sho Yamamoto pada menit ke-51, memastikan Arema bertekuk lutut di hadapan Persebaya dengan skor 2-3.

Hasil pertandingan derbi Jatim ini ternyata tidak bisa diterima pendukung Arema FC.

Mereka kecewa dan langsung berhamburan masuk ke lapangan dengan meloncati pagar, membuat situasi tak terkendali.

Jajaran pengamanan pun terlihat kewalahan menghalau kericuhan tersebut. Situasi makin tak terkendali ketika pihak keamanan menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton.

Kericuhan di Stadion Kanjuruhan menimbulkan korban yang tidak sedikit. Ratusan nyawa melayang.

Menurut keterangan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta, sebanyak 127 orang tewas, termasuk dua anggota Polri.

“Dalam kejadian tersebut telah meninggal 127 orang, dua di antaranya anggota Polri,” ungkap Nico dalam jumpa pers di Malang, Minggu (2/10/2022).

Niro merinci, dari jumlah korban tewas, 34 di antaranya meninggal dunia di stadion, sisanya di rumah sakit.

Selain itu, polisi mencatat, ada sekitar 180 orang yang tengah dirawat di sejumlah rumah sakit.

Dugaan sementara, para korban terinjak-injak suporter lain, serta sesak nafas akibat semprotan gas air mata jajaran keamanan.

Tragedi stadion terbesar kedua sepanjang sejarah

Menilik data dari Football Stadiums, insiden di Kanjuruhan merupakan tragedi stadion sepak bola terbesar kedua dalam sejarah jika melihat jumlah korban meninggal.

Adapun kejadian paling memilukan dalam sejarah sepak bola terjadi pada 24 Mei 1964 di Estadio Nacional, Lima, Peru.

Saat itu, Peru bertanding melawan Argentina dalam kualifikasi Olimpide.

Peru tertinggal 0-1 dan berhasil menyamakan kedudukan pada menit-menit akhir.

Namun demikian, gol penyama kedudukan Peru dianulir oleh wasit.

Hal itu kemudian menimbulkan kerusuhan yang mengakibatkan 328 orang tewas.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan