Garuda Indonesia (GIAA) dan Rencana Merger Penerbangan

Pada pukul 10.44 WIB, di Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham emiten penerbangan plat merah, Garuda Indonesia (GIAA), tiba-tiba mengalami lonjakan sebesar 9,5 persen, mencapai Rp 80 per lembar saham. Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mengumumkan rencananya untuk menggabungkan tiga perusahaan penerbangan, yaitu Garuda Indonesia (GIAA), Citilink Indonesia, dan Pelita Air. Rencana merger ini bertujuan untuk mengurangi biaya logistik di Indonesia.

Potensi Kenaikan Saham GIAA

Analis BinaArtha Sekuritas, Ivan Rosanova, optimis bahwa saham Garuda Indonesia masih memiliki potensi untuk terus melanjutkan kenaikannya hingga mencapai Rp 100 per lembar saham. Ivan mengatakan, “GIAA secara teknikal masih berpotensi melanjutkan rally hingga ke level Rp 100 per lembar saham. Posisi ini merupakan target mengacu pada golden ratio Fibonacci Projection dari fase kenaikan awalnya di akhir Mei kemarin.”

Pada penutupan perdagangan, Selasa (22/8/2023), harga saham Garuda Indonesia berada di level Rp 73 per saham atau mengalami kenaikan sebesar 8,9 persen. Dalam tiga bulan terakhir, saham GIAA terus menunjukkan kinerja positif dengan kenaikan sebesar 15,8 persen.

Efisiensi Bisnis sebagai Kunci Kinerja Positif

Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset, mengungkapkan bahwa kinerja GIAA kedepannya diperkirakan akan semakin baik, terutama didorong oleh efisiensi yang dilakukan pada perusahaan penerbangan plat merah ini. Nafan menyatakan, “Kalau dilihat dari kinerja bottom line, GIAA cenderung mengalami kenaikan kinerja. Tapi, seiring dengan kenaikan cost, itu membuat perusahaan mengalami net loss. Di kuartal II-2023, dengan adanya merger ini akan mengurangi biaya karena efisiensi bisnis bisa diterapkan secara optimal.”

Data Keuangan GIAA

Untuk memberikan gambaran lebih lanjut, Price Earning Ratio (PER) saham GIAA berada di level 3,19 kali. Sementara itu, Price to Book Value (PBV) ratio saham ini sebesar 0,31 kali. Kapitalisasi pasar GIAA saat ini mencapai Rp 7,3 triliun. Penting untuk dicatat bahwa saham Garuda Indonesia memiliki beberapa special notation sebagai acuan bagi para investor, yaitu:

  • B: Bankruptcy filing against the company (permohonan pernyataan pailit).
  • E: Negative equity (ekuitas negatif).
  • X: Special monitoring (dalam pemantauan khusus).

Kesimpulan

Dengan rencana merger dan upaya efisiensi bisnis yang dilakukan, saham Garuda Indonesia (GIAA) memiliki potensi untuk terus mengalami kenaikan dalam beberapa waktu ke depan. Harga saham yang melonjak 9,5 persen pada awal sesi perdagangan merupakan indikator positif bagi para investor. Namun, seperti dalam investasi pada umumnya, selalu ada risiko yang harus dipertimbangkan.

Baca juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan