Table of contents: [Hide] [Show]

Pondok Pesantren Adopsi Biopori Ala Jogja,Momentum hari santri pada 22 Oktober kemarin menyaksikan langkah inovatif dari Pemerintah Kota Yogyakarta. Melalui Gerakan Mbah Dirjo, atau lebih dikenal sebagai Gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja, kini pondok pesantren turut berpartisipasi dalam upaya menekan jumlah sampah dari sumbernya.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo, menjelaskan bahwa pondok pesantren, yang notabene dihuni oleh ratusan santri, tentu akan menghasilkan sampah dalam jumlah yang signifikan. Oleh karena itu, salah satu solusi yang diambil adalah dengan memanfaatkan biopori jumbo.

Kerjasama antara Pemerintah Kota Yogyakarta dan Baznas Kota Yogyakarta menjadi kunci sukses dalam implementasi program ini. Tujuh pondok pesantren menjadi percontohan dalam pengelolaan dan pengolahan sampah organik. Biopori jumbo, bantuan dari Baznas, berperan penting dalam mengubah sampah menjadi pupuk kompos berkualitas atau pupuk organik cair.

Pengelolaan sampah organik memang lebih baik dilakukan dekat dengan sumbernya. Biopori jumbo mampu menampung sampah organik selama sekitar empat bulan sebelum bisa dipanen sebagai pupuk organik yang berguna bagi pertanian dan kelestarian lingkungan.

Upaya ini juga sejalan dengan peringatan Hari Santri Nasional. Semangat untuk meningkatkan kesejahteraan santri tidak hanya terbatas pada pemberian biopori jumbo. Bersih-bersih pondok pesantren juga dilakukan bekerja sama dengan komunitas pecinta masjid, menunjukkan komitmen untuk membangun lingkungan yang bersih dan sehat.

Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, tak hanya pemberian biopori jumbo yang dilakukan. Bantuan jariyah senilai Rp 625.500.000 diberikan untuk meringankan pembayaran SPP bagi para santri yang kurang mampu. Panti asuhan Nurul Ummah dan panti asuhan Yaketunis juga menerima dana bantuan, dengan harapan bisa memberikan manfaat yang nyata bagi penerima manfaat.

Pengurus Pondok Pesantren Nurul Ummah, Nur Hadi, menegaskan bahwa bantuan biopori jumbo adalah solusi konkret dalam mengatasi permasalahan sampah di pondok pesantren yang dihuni oleh 824 santri. Sampah, sebagai permasalahan yang belum terselesaikan, kini mendapatkan jawaban melalui langkah kolaboratif antara pondok pesantren dan pemerintah.

Dengan adanya bantuan biopori jumbo, pondok pesantren bersama pemerintah bergerak bersama untuk mengelola dan mengolah sampah dari sumbernya. Harapannya, ke depan akan ada lebih banyak pondok pesantren yang mengikuti jejak positif ini.

Kesimpulan

Langkah inovatif Pemkot Yogyakarta melalui Gerakan Mbah Dirjo atau Gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja membawa dampak positif dalam upaya menangani sampah di pondok pesantren. Kolaborasi dengan Baznas Kota Yogyakarta memperkuat keberlanjutan program ini, dengan biopori jumbo sebagai kunci sukses dalam mengubah sampah menjadi pupuk organik berkualitas.

Semangat peringatan Hari Santri Nasional juga tercermin dalam aksi bersih-bersih pondok pesantren dan pemberian bantuan jariyah kepada santri kurang mampu. Ini merupakan komitmen nyata untuk memajukan pendidikan dan lingkungan.

Dengan solusi biopori jumbo, pondok pesantren memiliki jawaban konkret untuk mengatasi permasalahan sampah. Langkah ini bukan hanya terbatas pada satu lembaga, melainkan dapat dijadikan contoh untuk pondok pesantren lainnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan