Apa Itu Rubbing dan Sejarahnya?


Rubbing atau biasa disebut dengan menggosok adalah teknik seni yang melibatkan mencetak gambar atau teks pada kertas atau kain dengan menggosok permukaan benda yang memiliki desain yang ingin dicetak. Orang Indonesia menyebut teknik ini sebagai “meres”. Rubbing adalah bentuk seni konvensional yang populer di seluruh dunia. Teknik ini pertama kali dikembangkan oleh orang Cina pada zaman Dinasti Han pada abad ke-2 SM. Namun, penggunaan rubbing telah diedarkan dan dipraktikkan di seluruh dunia.

Rubbing adalah teknik seni yang biasanya mana digunakan untuk membuat salinan presisi lukisan, patung atau inskripsi pada media yang berbeda seperti kertas, kain, atau keramik. Teknik ini menjadi terkenal saat para seniman Cina menggunakannya untuk membuat salinan patung batu pertama mereka pada zaman Dinasti Han.

Di Indonesia, rubbing muncul pada zaman prasejarah, di mana seniman zaman dulu sering menggunakan teknik ini untuk menghasilkan gambar para dewa-dewi, binatang, dan tanah. Karena teknik rubbing menggunakan rongga untuk menciptakan dan menghasilkan gambar, itu paling cocok untuk media dengan permukaan yang tidak rata seperti batu, tembok, atau kayu. Oleh karena itu, manusia purba sering menggunakan teknik rubbing untuk membuat gambar dalam kuil atau situs suci di Indonesia.

Orang yang berasal dari Sulawesi Selatan juga menggunakan rubbing pada kain sutra ilalang mereka yang terbuat dari serat pohon pandan dan kapas. Warna-warna alami dari serat benang sutra kasar dibuat pada kain dengan alat khusus yang menghasilkan lubang di kain. Setelah itu, masing-masing benang berlubang digunakan untuk mencetak gambar pada kain dengan menggunakan teknik rubbing. Teknik ini sama sekali tidak membutuhkan cat atau bahan kimia tambahan. Hal ini orang Sulawesi lakukan sejak ratusan tahun lamanya dan sampai dengan sekarang tetap lestari.

Di dalam Rumpun Bali atau Mpu (penyebaran bahasa Austronesia ke saiberian), rubbing telah digunakan dalam pembuatan kalender pasaran Bali. Kalender pasaran digunakan untuk mengetahui hari-hari baik dan buruk, untuk memilih waktu yang tepat untuk membalikan sawah, dan untuk memilih waktu yang tepat untuk berjualan dan bepergian.

Dalam seni ukir, rubbing digunakan sebagai perekaman reli-ef yang dihasilkan oleh ukir kayu atau batu. Setelah pengukiran selesai, kertas atau kain diletakkan di atas permukaan objek kemudian digosok dengan tusukan tangan atau kayu. Teknik ini juga digunakan dalam penelitian arkeologi, terutama ketika mengambil salinan dari benda-benda purba.

Jadi, rubbing bukanlah teknik seni yang terbatas pada satu bentuk dan penggunaan. Teknik ini serbaguna dan mampu beradaptasi dengan berbagai bentuk seni.

Kegunaan Rubbing dalam Kesenian


Rubbing Artinya in Indonesia

Rubbing atau yang dikenal dengan nama muplic atau cap muplic adalah salah satu teknik dalam seni rupa tradisional Indonesia yang sangat unik dan menarik. Teknik ini dilakukan dengan cara menempelkan kain tipis pada suatu permukaan benda seperti batu, kayu, logam, atau kertas yang memiliki pola atau relief yang menarik. Kemudian, kain tersebut ditekan dengan kuat menggunakan bahan penggosok, biasanya batu asah atau kapur, sehingga pola atau relief menempel pada kain. Rubbing umumnya digunakan untuk kepentingan estetika atau dokumentasi, seperti dalam seni rupa atau arkeologi.

Teknik rubbing menjadi salah satu teknik penting dalam seni rupa tradisional Indonesia. Rubbing seringkali dianggap sebagai alternatif yang efektif dan mudah dalam menciptakan cetakan. Karena cetakan yang dihasilkan dari rubbing dapat menciptakan suatu pola yang menarik dan unik dengan mudah. Rubbing juga menjadi teknik penting dalam membentuk karakteristik suatu daerah atau bahkan negara.

Teknik rubbing dalam seni rupa tradisional Indonesia digunakan untuk berbagai keperluan. Pada umumnya, rubbing digunakan dalam seni rupa untuk menciptakan karya seni dengan tema-tema tertentu. Rubbing dapat menciptakan motif yang mirip dengan bentuk aslinya, sehingga dapat menjadi simbol atau representasi dari suatu tema dalam seni rupa.

Dalam seni rupa, rubbing sering digunakan sebagai elemen desain atau sebagai teknik memperindah sejumlah karya seni. Hal ini disebabkan oleh kemampuan rubbing yang dapat menciptakan berbagai macam pola dan tekstur pada suatu media. Misalnya, dengan rubbing, seniman bisa menciptakan berbagai macam pola dan tekstur pada media kayu atau batu untuk menciptakan sebuah karya seni yang unik dan menarik.

Di Indonesia, rubbing juga sering digunakan dalam arkeologi untuk ciptakan cetakan dari prasasti atau relief pada benda-benda kuno. Prasasti dan relief pada benda bersejarah tersebut, tentunya menjadi bukti atau dokumentasi yang penting untuk memahami sejarah dan budaya Indonesia masa lampau. Dengan teknik rubbing yang efektif, cetakan yang dihasilkan dapat memberikan informasi yang mudah dibaca dan dianalisis oleh para arkeolog dan sejarawan.

Salah satu contoh cetakan rubbing dari prasasti yang ditemukan di Indonesia adalah prasasti Siwagrha, peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang ditemukan di desa Bugisan, Yogyakarta. Prasasti Siwagrha berisi tentang perjanjian perdamaian antara Raja Mataram dengan raja-raja kecil di sekitarnya. Cetakan rubbing prasasti Siwagrha dihasilkan dengan teknik rubbing dan kini disimpan di Museum Nasional Indonesia.

Selain itu, rubbing juga seringkali digunakan dalam pembuatan kertas tradisional di Indonesia. Rubbing dilakukan dengan cara menempelkan media tekstil, seperti kain, pada permukaan kayu atau batang pohon yang telah dilapis dengan tanah lempung dan arang kayu. Kemudian, permukaan media tekstil tersebut digosok dengan kuat menggunakan bahan penggosok hingga motif tertentu menempel pada media tekstil. Selanjutnya, media tekstil tersebut dijadikan mal untuk melarutkan kayu atau serat dalam air, dan menjadi kertas tradisional yang indah dan unik.

Teknik rubbing dalam kesenian memiliki peran yang penting dalam seni rupa dan arkeologi di Indonesia. Dari penggunaannya yang luas di Indonesia, teknik rubbing menjadi semakin berkembang dan memperkaya kesenian Indonesia.

Jenis-jenis Alat yang Digunakan dalam Rubbing


Rubbing Indonesia

Rubbing atau sering disebut dengan istilah frotage merupakan salah satu seni tradisional Indonesia yang masih populer hingga saat ini. Untuk membuat rubbing, dibutuhkan alat-alat khusus yang berfungsi membentuk pola pada media yang digunakan, biasanya berupa kain atau kertas. Berikut beberapa jenis alat yang umum digunakan dalam membuat rubbing:

1. Alat Tulis Batik


Alat Tulis Batik

Alat tulis batik merupakan alat pertama yang digunakan untuk membuat pola pada kain atau media yang digunakan. Alat ini terdiri dari tiga bagian, yaitu ujung bawah pengait kain, bagian tengah sebagai pegangan, dan ujung atas yang terbuat dari kayu dengan bentuk yang disesuaikan dengan pola yang ingin dibuat. Alat ini sering digunakan pada saat membuat batik, tetapi juga bisa digunakan pada saat membuat rubbing.

2. Pena Pelukis


Pena Pelukis

Pena pelukis merupakan alat yang mirip dengan pensil, tetapi bagian ujungnya lebih halus dan tajam sehingga memudahkan untuk membuat detail pada pola yang diinginkan. Pena pelukis terbuat dari berbagai bahan seperti kayu atau plastik dengan ujung yang terbuat dari logam atau bahan lainnya yang tajam dan keras.

3. Gumpalan Kapas


Gumpalan Kapas

Gumpalan kapas biasanya digunakan untuk membuat efek bayangan pada pola yang dibuat. Cara penggunaannya cukup mudah, yaitu dengan menempatkan gumpalan kapas pada bagian-bagian tertentu pada media yang digunakan, kemudian dengan sedikit mendorong atau menekan gumpalan kapas pada media tersebut, akan terbentuk bayangan di bagian yang tidak terkena kapas tersebut.

Selain ketiga alat di atas, masih banyak alat lain yang digunakan dalam membuat rubbing seperti kain chiffon, kuas, dan lain sebagainya. Dalam membuat rubbing, sebaiknya menggunakan alat-alat yang berkualitas baik agar hasil akhir yang dihasilkan dapat lebih maksimal. So, bagi kamu yang ingin mencoba membuat rubbing, yuk siapkan alatnya dan kembangkan kreativitasmu!

Mempelajari Teknik Rubbing untuk Pemula


Rubbing Artinya

Teknik rubbing adalah seni memindahkan bentuk dan gambar seolah-olah telah tercetak atau tercetak pada kertas. Secara harfiah, rubbing artinya adalah cara menggosok objek dengan kertas atau kain untuk memperoleh gambar dengan detail halus. Teknik rubbing telah dikenal dan dipraktikkan di Indonesia selama berabad-abad. Para seniman dan pengrajin sering menggunakan teknik rubbing untuk membuat gambar-gambar dengan menggunakan berbagai media, seperti kertas, kain, kulit, dan kayu.

Teknik rubbing sangat cocok untuk orang yang ingin mencoba membuat karya seni namun belum memiliki pengalaman dalam melukis dan menggambar. Teknik ini juga mudah dipelajari dan dapat dilakukan dengan bahan-bahan yang tersedia di sekitar kita. Berikut adalah beberapa tips untuk mempelajari teknik rubbing untuk pemula:

1. Pilih objek yang hendak dibuat rubbing.

Ada banyak objek yang bisa digunakan untuk membuat rubbing, seperti perhiasan, uang logam atau koin, batu-batuan halus, dan sebagainya. Cobalah untuk memilih objek dengan permukaan yang rata dan tidak terlalu kasar. Objek yang berlubang atau berlekuk-lekuk dapat menjadi tantangan tersendiri dan membutuhkan teknik khusus untuk membuat rubbing.

2. Siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan.

Untuk membuat rubbing, Anda membutuhkan kertas tipis dan halus, seperti kertas kopi atau kertas HVS. Anda juga membutuhkan pensil atau crayon warna terang dengan ujung yang tumpul dan karet penghapus. Pastikan kertas dan objek yang hendak dibuat rubbing diletakkan di sebuah permukaan yang datar dan stabil, seperti meja atau lantai.

3. Lakukan teknik rubbing secara perlahan dan hati-hati.

Untuk membuat rubbing, letakkan kertas di atas objek yang hendak dibuat rubbing dan ratakan dengan telapak tangan Anda. Pegang pensil atau crayon dengan ujungnya yang tumpul seperti menggenggam sebatang pensil. Gosokkan ujung pensil atau crayon dengan lembut dan perlahan-lahan ke atas permukaan kertas. Lakukan proses ini dengan hati-hati karena tekanan yang terlalu kuat dapat merusak objek atau membuat gambar menjadi buram.

4. Percobaan dengan warna dan media berbeda untuk menciptakan efek yang berbeda.

Rubbing Artinya

Selain menggunakan pensil dan crayon biasa, Anda juga dapat mencoba menggunakan bahan-bahan dan warna yang berbeda untuk menciptakan efek yang berbeda. Coba gunakan pensil warna yang lebih terang atau lebih gelap, atau gunakan bahan berbeda seperti cat air atau tinta. Anda juga bisa bereksperimen dengan berbagai objek atau bahan untuk membuat rubbing.

Dalam melakukan teknik rubbing untuk pemula, penting untuk bersabar dan terus mencoba. Cobalah menggunakan objek dan bahan-bahan yang berbeda untuk menciptakan gambar yang berbeda-beda. Dalam waktu yang singkat, Anda mungkin menemukan bahwa teknik rubbing sangat menyenangkan dan dapat menghasilkan karya seni yang indah dengan beragam rasa.

Mengapresiasi Kesenian Rubbing di Indonesia


Rubbing Artinya

Kesenian rubbing (gosokan) mungkin belum begitu dikenal oleh masyarakat Indonesia di antara seni lukis dan seni batik. Namun, seni rubbing memiliki nilai yang tidak kalah penting dari kedua seni tersebut. Rubbing adalah seni yang memanfaatkan teknik menggosok permukaan materialistik untuk mengekstrak gambar dan tekstur.

Secara umum, benda yang digunakan untuk rubbing adalah permukaan logam atau batu yang dapat menghasilkan goresan belum terlalu dalam. Para seniman atau pelukis membuat gambar atau tulisan pada batu, logam, atau materialistik lainnya, kemudian permukaannya digosok dengan tinta khusus di atas selembar kertas atau kain. Proses menggosok permukaan ini menghasilkan efek serat kayu atau tekstur batu pada gambar dan tulisan yang dihasilkan.

Di Indonesia, seni rubbing telah ada sejak zaman purbakala. Seni ini ditemukan pada obyek bersejarah seperti patung Buddha dan prasasti. Kesenian rubbing selanjutnya dilanjutkan oleh para seniman dalam lukisan-lukisan kanvas seperti cagak badan atau beduk aur atau amogha yang terdapat di balai kota, rumah-rumah pribadi, dan dalam praktik keagamaan.

Meskipun telah menjadi bagian dari tradisi Indonesia selama berabad-abad, namun keberadaan rubbing semakin sulit dicari di waktu modern. Rubbing kini hanya didapati dalam pelaksanaan budaya yang mempertahankan nilai-nilai dan keunikan seni lukis. Meskipun kaum muda kurang mengenal seni rubbing, mereka tetap menghargai seni lukis dan batik sebagai benda koleksi. Hal ini menunjukkan bahwa seni rubbing juga memiliki potensi yang sama untuk menjadi koleksi seni di Indonesia.

Rubbing Sebagai Sebuah Warisan Budaya


Rubbing Artinya

Kesenian rubbing telah diakui sebagai salah satu warisan kebudayaan Indonesia. Beberapa museum dan galeri seni juga menampilkan karya-karya rubbing dalam pameran mereka. Memiliki koleksi rubbing artinya kita menghargai sejarah dan kebudayaan Indonesia. Kesenian rubbing juga menunjukkan kemampuan manusia dalam membuat karya seni yang luar biasa dari bahan-bahan yang mudah ditemukan, seperti logam, batu, atau kayu.

Jenis-jenis rubbing umumnya terdiri dari dua jenis, yaitu reproducibility dan non-reproducibility. Jenis reproduktibilitas mencakup lukisan kanvas atau mural dan objek-objek bersejarah seperti prasasti dan patung. Sedangkan jenis non-reproduktibilitas meliputi benda-benda seperti kayu, patung, atau benda-benda tonalitas yang unik dan tidak dapat direplikasi.

Nilai Seni Rubbing


Rubbing Artinya

Seni rubbing memiliki proses yang cukup kompleks dan panjang. Detil gambar dan tekstur yang dihasilkan meningkatkan nilai seni rubbing yang tinggi. Seni rubbing juga dikenal sebagai seni yang ramah lingkungan karena bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatannya mudah didapatkan. Selain itu, seni rubbing juga dapat mengatasi karat pada benda logam yang digunakan dalam pembuatannya.

Bagi kolektor seni atau pecinta seni, nilai estetik dan sejarah dari rubbing sering kali menjadi titik penilaian tertinggi dalam benda-benda seni. Seni rubbing memberikan kesempatan untuk menikmati dan mempelajari seni dari sudut pandang yang berbeda, serta memberikan pengalaman baru dalam mengeksplorasi penggunaan media seni dan tekniknya.

Pelestarian Seni Rubbing di Indonesia


Rubbing Artinya

Harus diakui bahwa seni rubbing telah mengalami penurunan popularitas di Indonesia. Karena kurang diapresiasi oleh masyarakat, seniman rubbing kesulitan untuk mengembangkan seni rubbing mereka. Oleh karena itu, pelestarian seni rubbing di Indonesia menjadi sangat penting.

Pemahaman masyarakat tentang seni rubbing dan pentingnya pelestarian rubbimg sangat diperlukan. Peningkatan kesadaran dalam masyarakat tentang pentingnya mempertahankan seni ini dapat diwujudkan melalui kegiatan edukasi seperti konferensi atau pameran seni tingkat lokal dan nasional.

Seni rubbing adalah bukti nyata keberagaman dan kekayaan seni Indonesia. Seni ini dapat mempertahankan keterkaitan antara sejarah, budaya, dan seni. Kepentingan ini harus menjadi hal yang sangat penting di masa sekarang. Kesenian rubbing dapat menjadi warisan yang unik dan menarik untuk diteruskan ke generasi selanjutnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan