Apa itu Rumusan Pancasila yang Resmi dan Sah?


Rumusan Pancasila Resmi dan Sah: Landasan Filosofis Negara Indonesia

Sebagai negara yang memiliki dasar-dasar Republik dan Pancasila, Indonesia memiliki Rumusan Pancasila yang dipakai sebagai panduan dalam menjalankan pemerintahan. Namun, apakah kita tahu tentang apa itu Rumusan Pancasila yang Resmi dan Sah?

Rumusan Pancasila yang Resmi dan Sah adalah Susunan Teks Pancasila yang dijadikan sebagai dasar dan ideologi negara Indonesia. Susunan Teks Pancasila ini diresmikan oleh pimpinan Badan Koordinasi Ketahanan Nasional (Bakornas) pada 18 Agustus 1972 dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1975.

Rumusan Pancasila ini dibuat dengan tujuan agar seluruh warga negara Indonesia dapat memahami dan memaknai Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila sebagai dasar negara memiliki arti yang sangat penting karena terdapat lima nilai dasar yang membentuk bangsa dan negara Indonesia.

Rumusan Pancasila yang Resmi dan Sah terdiri dari dua bagian, yaitu Pembukaan dan Pernyataan. Bagian Pembukaan memberikan pengantar tentang Pancasila sebagai dasar negara, sedangkan bagian Pernyataan memuat lima nilai dasar Pancasila.

Bagian Pembukaan berbunyi sebagai berikut:

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa
  2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
  5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak pernah dibantah oleh siapapun karena Pancasila memiliki arti penting dalam membangun bangsa dan negara yang berdaulat, adil, dan makmur.

Dalam menjalankan Pancasila, setiap warga negara Indonesia harus dapat menghargai dan menghormati kelima nilai dasar Pancasila, karena kelima nilai inilah yang dapat membangun tatanan kehidupan masyarakat Indonesia yang beradab, berkeadilan, dan berdamai.

Ketika Pancasila dijadikan sebagai dasar negara, maka seluruh rakyat Indonesia dituntut untuk berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara. Oleh sebab itu, Indonesia membutuhkan generasi penerus yang memiliki pemahaman yang baik tentang Pancasila sehingga negara ini dapat terus maju dan berkembang.

Dalam rangka meningkatkan pemahaman Pancasila di kalangan masyarakat, pemerintah Indonesia telah mengadakan berbagai program dan kegiatan, seperti mendirikan kegiatan-kegiatan sosial, mengadakan seminar, diskusi, dan lain-lain.

Sebagai warga negara Indonesia, kita harus memahami dan mengerti tentang makna dari kelima nilai dasar Pancasila, dan selalu mengimplementasikan lima nilai dasar Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila akan menjadi pondasi yang kuat bagi negara Indonesia jika seluruh warga negara Indonesia dapat memahaminya dan tetap berpedoman pada lima nilai dasar Pancasila.

Perjalanan Sejarah Pembentukan Rumusan Pancasila


Rumusan Pancasila

Pancasila is the philosophical foundation of the Indonesian nation-state. It’s a term in the Javanese language meaning “Five Principles”, consisting of the five principles of universal humanity, the practice of humanity, the democratic consensus, social justice, and belief in God. It was designed to be a guide for Indonesian governance, rooted in the country’s founding principles of ideology, religion, and nationality.

The journey towards the formation of the official and legitimate formulation of Pancasila began immediately after Indonesia declared its independence. In the documentary record, Diponegoro, a great Indonesian hero from Central Java Island, in 1836, was someone who expressed the idea that the people of Indonesia should unite and create a national identity. Subsequently, in the period between 1908 and 1942, various movements were formed to establish a common identity for the people of Indonesia. Many groups and societies within Indonesia started to seek to establish a single unifying identity for all the people of Indonesia, from Sabang to Merauke.

The idea of Pancasila’s five principles was first introduced by Indonesia’s founding father, Soekarno, on June 1, 1945. The founding fathers believed that Pancasila was the solution to overcome the fractiousness of the Indonesian people. Soekarno wanted a unifying philosophical belief system that could give an intellectual basis to rejecting colonialism and imperialism. Initially, there were still many debates among the founders of the nation regarding the content and substance of the Pancasila. However, finally, on August 18, 1945, one day before Indonesia’s independence, a committee of nine representatives drafted the text of the Pancasila’s five principles.

Subsequent to the development of the Pancasila’s concept, the Indonesian government decided to establish a committee to design the official version of the Pancasila. The committee was declared on September 14, 1945, by President Soekarno. The committee participants consisted of religious leaders, scholars, and Indonesian nationalist leaders. However, it was not until February 1946 that the committee came up with the formulation that was agreed to include interpretation and implementation.

In July 1945, the Sukarno government alongside Mohammad Hatta, discussed the idea of Pancasila at the meeting of the Investigatory Committee for Preparatory Work for Independence or PP-KI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). The idea to include Pancasila as part of Indonesia’s founding principles was reached at a meeting in Yogyakarta on July 22, 1945.

On August 16, 1945, Sukarno decided to officially declare Pancasila as the philosophy of Indonesia, along with the official text of the Pancasila. This original Pancasila text has five principles: belief in one and only God, a just, and civilized humanity, the unity of Indonesia, democracy guided by the inner wisdom in the unanimity arising out of deliberations amongst representatives, and social justice for all Indonesians.

The Pancasila principles, thus became one of Indonesia’s most important fundamental laws. President Soekarno then declared the legislation making Pancasila as the state ideology came on June 22, 1949. This representation has never been amended, notwithstanding the existence of various propositions to change or to add other principles to the Pancasila text over the years. The original text of the Pancasila has passed through periods of totalitarianism and democracy and has stayed as a potent symbol of the Indonesian state.

In conclusion, the journey to create the official and legitimate formulation of the Pancasila was achieved with the unification of several ideologies that emerged in Indonesia at the beginning of its independence. The formulation was cemented into the principles of Pancasila that continue to be the bedrock of Indonesia’s nation-state establishment. Through a long process filled with debates and compromises, the Pancasila was born, and henceforth, it remained a symbol of Indonesia’s emergence from the whirlwind of colonialism, oppression, and institutionalized sectarianism.

Siapa Saja yang Terlibat dalam Pembentukan Rumusan Pancasila?


Rumusan Pancasila

Rumusan Pancasila resmi dan sah merupakan landasan dan ideologi bagi negara Indonesia sejak tahun 1945. Sejak pertama kali disampaikan oleh Ir. Soekarno, rumusan ini telah melalui banyak perdebatan dan diskusi, serta beberapa tahapan perumusan sebelum diterima secara resmi. Namun, siapa saja yang terlibat dalam perumusan rumusan Pancasila yang kita kenal sekarang?

1. Ir. Soekarno dan Ki Hajar Dewantara
Pada saat perumusan Pancasila, Ir. Soekarno dipercayakan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk membuat rumusan ideologi negara Indonesia. Ia kemudian mengajak Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan yang juga terkenal sebagai pendiri Taman Siswa, untuk menjadi anggota Tim Perumus Pancasila. Keduanya bekerja sama dalam memformulasikan rumusan ini, dengan pengaruh pemikiran aliran sosialisme dan nasionalisme.

2. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
BPUPKI adalah lembaga yang bertugas untuk menyelidiki segala persoalan yang berkaitan dengan usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, termasuk membuat konsep dasar negara Indonesia. Sebagai inisiatif dari kebijakan pemerintah Jepang yang saat itu menguasai Indonesia, BPUPKI didirikan pada 29 April 1945 dan dipimpin oleh Ir. Soekarno. BPUPKI terdiri dari anggota-anggota yang bersifat multidisiplin, seperti akademisi, pengacara, politikus, agamawan, serta perwakilan dari berbagai organisasi. Mereka semua berpartisipasi dalam perumusan Pancasila.

3. Panitia Sembilan
Setelah BPUPKI menghasilkan naskah dasar Indonesia Merdeka, maka dibentuklah Panitia Sembilan. Panitia ini terdiri dari sembilan orang yang bertugas untuk merumuskan kembali naskah dasar tersebut. Tokoh-tokoh yang tergabung dalam Panitia Sembilan tersebut adalah Ir. Soekarno, Ahmad Soebardjo, Mohammad Yamin, Ki Hadjar Dewantara, Wachid Hasyim, Abikusno Tjokrosujoso, dan Achmad Subardjo, serta dua utusan dari Partai Sosialis dan PNI. Mereka menambahkan beberapa aspek ke dalam rumusan Pancasila, seperti keadilan sosial dan ketuhanan yang maha esa, sehingga Pancasila yang kita kenal hari ini terbentuk.

Dalam perumusan rumusan Pancasila, semua tokoh yang terlibat memiliki latar belakang yang berbeda-beda, dari berbagai disiplin ilmu dan profesi, serta kepercayaan yang beragam. Namun, melalui diskusi dan perdebatan yang intens, mereka berhasil menciptakan suatu rumusan ideologi yang bisa diterima oleh semua elemen masyarakat Indonesia. Rumusan Pancasila yang resmi dan sah telah melalui banyak perdebatan dan diskusi, namun masih memandang bahwa ideologi ini tetap relevan dan foundational bagi Bangsa Indonesia.

Bagaimana Kepentingan Rumusan Pancasila dalam Kehidupan Bernegara?


Kepentingan Rumusan Pancasila dalam Kehidupan Bernegara?

Rumusan Pancasila adalah falsafah atau ideologi dasar negara Indonesia. Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia merupakan hasil perpaduan dari beberapa nilai-nilai baik dan prinsip kehidupan masyarakat adil dan makmur yang dianut oleh bangsa Indonesia. Pancasila juga menjadi landasan bagi pembentukan negara dan pemerintahan Indonesia. Oleh karena itu, kepentingan rumusan Pancasila sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Di bawah ini adalah penjelasan mengenai beberapa hal yang menjadikan kepentingan rumusan Pancasila sangat penting dalam kehidupan bernegara:

1. Sebagai Pedoman Pemerintahan

Rumusan Pancasila merupakan pedoman utama bagi pemerintah dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan pembangunan dan kebijakan-kebijakan. Seorang pemimpin harus memahami nilai-nilai Pancasila untuk membawa kemajuan masyarakat ke depan dan membentuk mindset yang positif terhadap budaya dan adat-istiadat Indonesia. Ideologi Pancasila mencerminkan kesatuan yang sangat penting secara keseluruhan dalam kehidupan sosial budaya Indonesia.

2. Sebagai Landasan Hukum

Ketentuan-ketentuan dalam undang-undang harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila karena Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Berdasarkan hal ini, kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan Indonesia harus merujuk pada nilai-nilai Pancasila. Pembuatan kebijakan hukum tanpa berdasarkan Pancasila, akan membuat masyarakat menjadi bingung dan tidak yakin terhadap tujuan dan visi dari pemerintah dalam membangun bangsa.

3. Menjaga Keseimbangan Antar Golongan

Salah satu nilai Pancasila adalah gotong royong atau solidaritas sosial. Pancasila mengajarkan bahwa satu golongan tidak boleh merugikan golongan lain untuk kepentingan pribadi. Hal ini dengan sengaja dilakukan oleh pemerintah untuk memelihara dan menjaga keamanan dalam kehidupan sosial dan politik Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila menjadi alat untuk menjaga keseimbangan antar golongan di masyarakat.

4. Menjaga Keutuhan dan Persatuan Bangsa

Pancasila mempunyai peran penting dalam mempererat hubungan kekeluargaan antara bangsa Indonesia. Pancasila membawa nilai-nilai yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia dengan keheterogenannya yang mempersatukan kebudayaan – kepercayaan – suku pada satu kesatuan nasional. Oleh karena itu, Pancasila menjadi alat untuk menangani masalah-masalah sosial dengan teratur dan efisien dalam kehidupan sosial masyarakat. Pancasila adalah ideologi atau falsafah yang menghubungkan nilai-nilai normatif tradisi lama (kebudayaan) dengan modernitas (perkembangan zaman).

5. Menghargai Kebudayaan Indonesia

Nilai-nilai Pancasila menjadi landasan bagi penghormatan terhadap budaya Indonesia. Pancasila mengajarkan untuk menghargai kebudayaan di Indonesia, dan menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki berbagai macam adat dan budaya yang sangat unik. Oleh karena itu, kepentingan rumusan Pancasila dalam kehidupan bernegara yaitu untuk memelihara serta memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia dan untuk mempertegas kesadaran akan keberagaman budaya.

Dalam kesimpulannya, Pancasila merupakan ideologi dasar negara Indonesia yang bersifat penting dalam kehidupan bernegara. Sebagai seorang warga negara Indonesia, kita harus menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik, adil, dan sejahtera. Kita harus mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan menghargai berbagai keragaman budaya di Indonesia.

Bagaimana Mengenali Tanda-tanda Ketidaksetiaan terhadap Rumusan Pancasila?


Tanda Ketidaksetiaan terhadap Rumusan Pancasila

Seperti yang kita ketahui, Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang harus dipegang teguh oleh seluruh rakyat Indonesia. Namun, tidak jarang kita menemukan orang-orang yang tidak setia terhadap rumusan Pancasila. Lalu, bagaimana mengenali tanda-tanda ketidaksetiaan terhadap rumusan Pancasila? Berikut beberapa di antaranya:

1. Meremehkan nilai-nilai Pancasila

meremehkan nilai-nilai Pancasila

Seseorang yang tidak setia terhadap Pancasila akan meremehkan nilai-nilai Pancasila yang termaktub dalam rumusannya. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Bertindak tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

Bertindak tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

Orang yang tidak setia terhadap Pancasila akan bertindak tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Misalnya, mereka berlaku tidak adil dan merugikan orang lain, tidak menghormati perbedaan agama, suku, dan etnis, serta tidak menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

3. Mengkritik Pancasila secara terus-menerus

Mengkritik Pancasila secara terus-menerus

Orang yang tidak setia terhadap Pancasila akan terus-menerus mengkritik Pancasila dan meyakini bahwa Pancasila bukanlah ideologi yang tepat untuk Indonesia. Mereka akan dengan sengaja menyebarkan pandangan-pandangan yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia.

4. Tidak menaati hukum dan norma yang berlaku

Tidak menaati hukum dan norma yang berlaku

Orang yang tidak setia terhadap Pancasila cenderung melanggar hukum dan norma yang berlaku di masyarakat. Mereka tidak menghargai norma dan tata krama yang ada, serta cenderung melakukan tindakan yang merugikan orang lain tanpa mengindahkan aturan yang berlaku.

5. Tidak menghargai Bhinneka Tunggal Ika

Tidak menghargai Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan yang mengingatkan kita untuk menghargai perbedaan dan keberagaman yang ada di Indonesia. Orang yang tidak setia terhadap Pancasila tidak menghargai semboyan ini, dan cenderung memandang rendah suku, agama, dan budaya yang berbeda dengan dirinya. Mereka juga sering memicu konflik antarsuku atau agama yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Itulah beberapa tanda-tanda ketidaksetiaan terhadap Pancasila yang bisa dikenali. Kita sebagai warga negara yang setia terhadap Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus mampu mengenali tanda-tanda tersebut dan berperan aktif dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan