kabinetrakyat.com – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menanggapi terkait kasus penganiayaan yang menyebabkan seorang santri Pondok Pesantren Modern Gontor meninggal dunia.

Ia berharap agar pihak Pondok Pesantren bersikap terbuka agar kasus tersebut tidak lagi terulang di kemudian hari.

“Pihak Gontor berlapang hati bermuhasabah dan memberi jalan terbuka pada proses hukum, seraya konsolidasi agar hal tersebut tidak terulang kembali dalam bentuk apapun,” kata Haedar Nashir dalam keterangan tertulis, Rabu (7/9/2022).

Di sisi lain, Haedar juga meminta publik bisa lebih bijak dalam menilai kasus yang dialami almarhum AM.

Sebab, menurutnya, kasus tersebut tidak bisa digeneralisir sebagai hal yang lumrah terjadi di Pondok Pesantren Gontor.

Ponpes Gontor, kata Haedar Nashir, sudah banyak berjasa kepada pembangunan nasional dengan mencetak para lulusan terbaik untuk membangun bangsa.

“Gontor telah berjasa bagi negeri ini dan para lulusannya berkontribusi di banyak ranah kebangsaan dan global. Jangan sampai nira setitik rusak susu sebelanga,” ujar Haedar.

Ia lantas meminta agar semua pihak, baik publik maupun pihak gontor bisa menyerahkan kasus tersebut ke ranah hukum.

“Lebih baik serahkan kasusnya ke ranah hukum untuk diproses secara transparan dan objektif. Hukum adalah instrumen paling baik dan memilki tingkat kepastian yang dapat menjadi rujukan semua pihak menyelesaikan kasus seperti itu,” katanya.

Sebagai informasi, salah seorang santri berinisial AM (17) kelas 5i (setara SMA) dari Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo, meninggal dunia usai dianiaya kakak kelasnya.

Kejadian ini viral di media sosial ketika ibunda korban, Soimah, mengadu kepada pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea.

Hotman Paris lantas mengunggah pengakuan ibu AM di akun Instagram miliknya.

Berdasarkan pengakuan Soimah, pihak pesantren menyatakan AM tewas karena kelelahan dalam kegiatan Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).

Kabar tersebut didapatkan Soimah dari ustaz Agus, pengasuh Gontor 1 pada Senin (22/8/2022) sekitar pukul 10.20 WIB.

Akan tetapi, Soimah mendapatkan laporan dari wali Santri lainnya yang menyebutkan bahwa AM bukan meninggal karena kelelahan.

Pihak keluarga akhirnya meminta peti jenazah AM dibuka.

Setelah peti jenazah dibuka, Soimah kaget karena di tubuh putranya terdapat beberapa luka diduga akibat kekerasan atau penganiayaan.

Akhirnya, pihak pesantren mengaku bahwa AM merupakan korban kekerasan.

Juru bicara PMDG Ponorogo, Jawa Timur, Noor Syahid menyatakan, keluarga besar Pondok Modem Darussalam Gontor memohon maaf sekaligus menyatakan dukacita atas wafatnya AM, khususnya kepada orangtua dan keluarga almarhum di Sumatera Selatan.

“Kami sangat menyesalkan terjadinya peristiwa yang berujung pada wafatnya almarhum. Dan sebagai pondok pesantren yang concern terhadap pendidikan karakter anak, tentu kita semua berharap agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari,” kata Noor Syahid, Senin pekan ini.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan