Survei: Pengetahuan masyarakat tentang siaran TV digital meningkat

Jakarta (ANTARA) – Hasil survei Multi Utama Risetindo dan Litbang Kompas menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai siaran TV digital menjelang penghentian siaran analog atau Analog Switch Off (ASO) oleh pemerintah semakin meningkat.

Direktur PT Multi Utama Risetindo Murdan Alfa Satyawan mengatakan, pihaknya telah melakukan tiga kali survei yakni pada Juni-Juli 2021, Oktober 2021, dan Maret 2022.

“Temuan pertama yang bisa kita sampaikan adalah terjadi peningkatan pengetahuan mengenai siaran TV digital yang sedang kita perkenalkan, yaitu siaran TV digital yang tidak berbayar,” kata Murdan dalam webinar “Survey Kesiapan Masyarakat dalam Mendukung Era Baru Siaran TV Digital”, Rabu.

Murdan memaparkan bahwa pada survei pertama, pengetahuan masyarakat masih rendah yakni 22,02 persen. Angka tersebut naik menjadi 46,1 persen pada Oktober 2021 dan menjadi 51,94 persen pada Maret 2022.

“Sehingga menurut hemat kami, terjadi peningkatan yang cukup konsisten dari sisi pengetahuan,” imbuh Murdan.

Akan tetapi, Murdan mengatakan peningkatan pengetahuan tentang siaran TV digital tersebut tidak diikuti oleh peningkatan pengetahuan tentang kapan pemerintah akan menghentikan siaran TV analog.

Dari responden survei Juni-Juli 2021 yang mengaku tahu tentang siaran TV digital, hanya 13,66 persen yang mengetahui jadwal ASO. Sedangkan pada survei Oktober 2021 ada 27,55 persen dan survei Maret 2022 hanya 25,31 persen.

Meski demikian, tingkat ketertarikan masyarakat untuk beralih ke siaran TV digital tidak berbayar meningkat. Pada survei Juni-Juli 2021, masyarakat yang tertarik beralih ke TV digital sebanyak 62,74 persen, sedangkan pada Oktober 2021 sebanyak 63,51 persen, dan pada Maret 2022 sebanyak 72,26 persen.

Sementara itu, Peneliti Utama Litbang Kompas BE. Satrio mengatakan, pihaknya melakukan dua kali survei yakni pada tahun 2020 yang bekerja sama dengan Kementerian Kominfo dan tahun 2021 yang merupakan survei secara independen.

Dia memaparkan bahwa pada tahun 2020, 80 persen atau 79,8 persen masyarakat masih menggunakan TV dengan antena biasa. Kemudian, 76 persen mengatakan tidak tahu atau belum tahu bahwa siaran TV analog akan berubah menjadi siaran TV digital.

“Sehingga, PR untuk sosialisasi masih besar sekali karena 3 dari 4 responden belum mengetahui tentang migrasi ini,” ujar Satrio.

Sedangkan pada survei tahun 2021, Satrio mengatakan pengetahuan masyarakat tentang siaran TV digital bervariasi berdasarkan daerahnya. Masyarakat di Sumatera, Jawa, Sulawesi, memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain, dengan masing-masing skor 65,5 persen, 49,6 persen, dan 70,2 persen.

Berdasarkan hasil survei tersebut, Murdan memberikan rekomendasi kepada lembaga penyiaran atau penyelenggara multipleksing untuk memperbanyak tayangan sosialisasi khususnya terkait berhentinya siaran analog pada waktu yang sudah ditentukan pemerintah, yakni 2 November 2022.

Lembaga penyiaran juga harus menayangkan beberapa tayangan favorit secara eksklusif di digital untuk mempercepat pindahnya pemirsa ke siaran digital. Selain itu, perlu juga untuk terus melakukan peningkatan terkait stabilitas sinyal atau jaringan dan kualitas siaran.

“Kemudian rekomendasi kami kepada produsen perangkat STB adalah aspek komunikasi publik. Bisa dimulai dengan poster atau standing banner di toko yang mengajak masyarakat untuk segera beralih dengan kelebihan-kelebihannya. Kedua juga adalah aspek ketersediaan,” pungkas Murdan.

Baca juga: Kominfo optimistis tuntaskan ASO dalam waktu empat bulan

Baca juga: Komisi I: perlu perencanaan lebih baik terkait target “ASO”

Baca juga: Menkominfo minta distribusi bantuan STB dipercepat

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2022

Artikel ini bersumber dari www.antaranews.com.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan