UIII Berupaya Jadi Pusat Baru Kajian Islam Global

Jakarta: Fakultas Studi Islam Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) menggelar Kolokium studi Islam pertama dengan tema Decentering Islamic Studies. Tema diambil sebagai bagian untuk menunjukkan peran penting Islam Indonesia dalam peta studi-studi Islam di dunia, dari masa lalu hingga sekarang ini. 
 
Timur Tengah yang melahirkan Islam dengan segala dinamikanya dalam sejarah berhasil memapankan studi-studi Islam dengan karakter intertekstualitasnya yang sangat dominan. Barat di lain pihak sejak abad XVIII hingga kini mencoba menjadi alternatif studi Islam dengan kekuatan analitis dan metodologisnya. 
 
Keduanya memiliki sejarah dan konteks sosial-politiknya yang berdampak plus-minus bagi dunia Islam, khususnya Indonesia. Secara individual, ulama-ulama Indonesia telah berkiprah di Tanah Suci sebagai pengajar di Tanah Suci Haramain, juga sebagai penulis kitab-kitab yang dipelajari di banyak kuttab dan pusat studi di seluruh dunia Islam. 





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Decentering Islamic Studies pada dasarnya melanjutkan cita-cita ulama nusantara dulu untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat studi Islam di dunia. Pesantren-pesantren yang telah berdiri ratusan tahun juga menjadi bagian penting proyek besar ini. 
 
Di lingkungan akademika, UIN/IAIN/STAIN telah menjadi pusat-pusat baru pengembangan studi dan pemikiran Islam. Secara alamiah, sedang terjadi pelepasan Timur Tengah sebagai satu-satunya pusat studi Islam, sekaligus pelepasan Barat sebagai satu-satunya alternatif pengembangan studi Islam.
 
Sebagai konsekuensi, decentering tidak hanya bermaksud menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya alternatif pengembangan pusat studi Islam di luar Timur Tengah dan Barat. Decentering ini tentu saja bermaksud mendukung muncul dan mapannya ruang-ruang baru dan pusat-pusat studi alternatif bagi pemikiran Islam di wilayah-wilayah lain selama syarat-syarat dan per-kondisinya memungkinkan. 
 
Colloquium studi Islam yang digagas oleh Fakultas Studi Islam UIII ini digerakkan oleh konteks regional dan global. Fakultas Studi Islam saat ini diperkuat oleh sarjana-sarjana Indonesia dan asing jebolan perguruan tinggi ternama dari berbagai penjuru dunia, seperti Utrecht University, al-Azhar University in Cairo, Mohamed V Rabat, Amsterdam University, Australia National University, University of California, Edinburgh University, dan lainnya. 
 
Sarjana-sarjana Indonesia sendiri adalah alumni pesantren dan IAIN/UIN di berbagai wilayah di Indonesia. Karya-karyanya telah menghiasi kepustakaan nasional dan internasional. Kekuatan ini telah menjadi pra-syarat dan pre-kondisi ide decentering.
 
Dalam Colloquium ini, FSI-UIII mengundang akademisi-akademisi mapan dan sedang menjadi promosi baik di luar negeri maupun di Indonesia. Mereka diundang secara khusus untuk menyampaikan pemikiran dan gagasan mereka terkait ide decentering. 
 
Kolokium juga menghadirkan 43 narasumber yang diseleksi ketat melalui proses Call for Papers. Mereka berasal dari universitas-universitas terkemuka di Mesir, Beirut, Teheran, Afrika. 
 
Dari dalam negeri, narasumber adalah periset dan dosen di berbagai perguruan tinggi Islam dan universitas terkemuka di seluruh Indonesia. Kolokium ini juga dirangkaikan dengan peluncuran Islamic Studies Review (ISR).
 
Yaitu jurnal akademik yang dirancang dan didesain menjadi salah satu alternatif media dan jurnal pengembangan pemikiran dan studi Islam di level internasional. Di edisi perdana ini, Islamic Studies Review (ISR) menampilkan penulis-penulis mapan dan berkembang di risetnya masing-masing. 
 
Selain lima artikel ini, ISR juga memuat dua Book Review untuk memperkenalkan dan mengkritisi publikasi-publikasi baru terkait studi Islam. Tidak hanya itu, Kolokium juga akan mengumumkan pemenang FIS-UIII Award dalam kompetisi menulis dengan total hadiah Rp62 juta. 
 
Dekan Fakultas Studi Islam, Noorhaidi Hasan, berharap Kolokium dapat menghasilkan pendekatan-pendekatan baru dalam pengembangan studi Islam sehingga konteks decentering ini semakin menguat. Rektor UIII, Komaruddin Hidayat, juga berharap Kolokium dapat menjadi ajang ilmiah alternatif selain konferensi-konferensi reguler yang sudah mapan di berbagai universitas terkemuka di dunia.
 

 

(REN)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan