kabinetrakyat.com – Mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu unggul dalam pemilu untuk memperebutkan kursi parlemen yang memungkinkannya membenyuk pemerintahan.

Exit poll dari tiga saluran TV utama Israel menunjukkan bahwa Netanyahu, yang pernah lama memimpin Israel, bersama aliansinya dari partai sayap kanan ekstrem dan Ultra-Ortodoks memenangkan 61-62 kursi dari 120 kursi parlemen, yang menunjukkan mereka memiliki cukup kursi di parlemen untuk membentuk pemerintahan koalisi yang berkuasa.

Berbicara dengan para pendukungnya di markas kampanyenya, Netanyahu mengatakan bahwa hasil awal tersebut merupakan “awal yang baik,” dan menyerukan kepada para pendukungnya agar mendukung hasil akhir. Exit poll menunjukkan partai Likud Netanyahu memenangkan 30 hingga 31 kursi.

Partai Yesh Atid yang dipimpin oleh PM Israel Yair Lapid diperkirakan memperoleh 22-24 kursi dan aliansinya yang lebih luas akan mengamankan 54 hingga 55 kursi, menurut exit poll itu.

Lapid pada Rabu (2/11) pagi waktu setempat mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menyimpulkan tentang hasil akhir pemilu. “Tidak ada yang diputuskan” sampai surat suara terakhir dihitung, ujar Lapid. Baik Netanyahu maupun Lapid masih belum mengeklaim kemenangan.

Exit poll tersebut juga menunjukkan bahwa Partai Zionis Religius yang dipimpin oleh anggota parlemen ultranasionalis Itamar Ben-Gvir memenangkan 14-15 kursi, yang menjadi partai terbesar ketiga di Israel. Bezalel Smotrich, ketua Partai Zionis Religius, mencuit di Twitter bahwa partainya “mencetak sejarah.” Pemimpin propemukim itu menulis: “Ini adalah hari di mana Tuhan menurunkan wahyu dan kami bersukacita di dalamnya.”

Hadash-Ta’al, sebuah aliansi dua partai Arab yang tidak mendukung kubu mana pun, diproyeksikan memenangkan empat kursi, menurut exit poll.

Pemilu tersebut diadakan setelah pemilu sebelumnya digelar hingga berulang kali dengan hasil kurang meyakinkan, sehingga melumpuhkan sistem politik Israel selama hampir empat tahun.

Dalam sebuah pernyataan pada Selasa, Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengecam pemilu tersebut, dengan mengatakan bahwa pemilu itu “tidak akan memberikan legitimasi apa pun kepada Israel.”

Siapa pun yang memenangkan pemilu itu, “Israel akan tetap menjadi sebuah kekuatan pendudukan permanen di tanah Palestina,” sebut Abdul Latif al-Qanou, juru bicara Hamas di Gaza, dalam sebuah pernyataan.

Diproduksi oleh Xinhua Global Service

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan