Table of contents: [Hide] [Show]

Alasan Amerika Serikat Memveto Resolusi PBB- Konflik di Jalur Gaza telah menciptakan situasi yang sulit, dengan tingginya jumlah korban dan perlunya intervensi internasional. Namun, pada Jumat lalu, Amerika Serikat (AS) memilih untuk memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Mengapa AS mengambil langkah ini, dan apa implikasinya? Artikel ini akan membahas dengan rinci keputusan AS dan dampaknya terhadap situasi di Gaza.

Pemerintahan Biden menggunakan hak vetonya dengan alasan bahwa gencatan senjata dapat memberikan keuntungan kepada Hamas, kelompok yang dianggap memiliki ideologi penghancurannya. Robert Wood, perwakilan AS untuk PBB, menjelaskan bahwa gencatan senjata yang membiarkan Hamas tetap menguasai Gaza hanya bersifat sementara dan tidak mendukung perdamaian jangka panjang.

Dalam konteks ini, Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, menggunakan Pasal 99 Piagam PBB untuk menyerukan gencatan senjata. Namun, AS menilai kondisi terkini di Gaza tidak memungkinkan dilakukannya “operasi kemanusiaan yang berarti.” Pembenaran ini menjadi landasan utama AS dalam memveto resolusi tersebut.

Uni Emirat Arab (UEA), yang memperkenalkan rancangan resolusi, menyatakan kekecewaannya atas keputusan AS. Meskipun berupaya secepatnya menyelesaikan resolusi tersebut, UEA menilai bahwa kegagalan ini membuat Dewan Keamanan semakin terisolasi.

Guterres memperingatkan Dewan Keamanan bahwa jaringan bantuan kemanusiaan di Gaza menghadapi “keruntuhan total.” Risiko ini tidak hanya terkait dengan keamanan staf PBB di Gaza tetapi juga dapat menyebabkan “gangguan total terhadap ketertiban umum dan keamanan” serta meningkatkan tekanan untuk perpindahan massal ke Mesir.

Lebih dari 17 ribu orang telah tewas di Gaza, dengan sekitar 70 persen korban adalah perempuan dan anak-anak. Lebih dari 46 ribu lainnya luka-luka, sementara sekitar 1,8 juta warga Palestina mengungsi secara internal.

Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memainkan peran krusial dalam menyediakan bantuan bagi warga Palestina. Namun, 133 pekerja UNRWA tewas, menjadikan konflik di Gaza sebagai perang paling mematikan bagi personel PBB.

Keputusan AS untuk memveto resolusi PBB terkait konflik di Jalur Gaza memunculkan berbagai pertanyaan. Dengan korban terus meningkat, peran Dewan Keamanan dan respons internasional menjadi sangat penting. Apakah solusi jangka panjang dapat ditemukan? Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan tersebut.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan