kabinetrakyat.com – Bank Indonesia ( BI ) memperkirakan tekanan inflasi tidak hanya terjadi di tahun ini, tapi juga akan berlanjut di 2023. Hal ini lantaran di tahun depan faktor-faktor penyebab inflasi masih berpotensi terjadi.

Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman mengatakan, kenaikan harga pangan dan komoditas energi masih terus berlanjut. Selain itu, disrupsi rantai pasok global juga masih akan terjadi di 2023.

“Risiko untuk inflasi kita berada di atas 4 persen di tahun 2022 dan 2023 ini masih tinggi,” ujarnya saat acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Sulawesi, Maluku, dan Papua, Senin (3/10/2022).

Dia menjelaskan, tingkat inflasi saat ini sebagian besar disumbang oleh kelompok harga pangan bergejolak atau volatile food.

Berdasarkan data BI, pada Agustus 2022 terjadi inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 4,69 persen di mana inflasi volatile food sebesar 8,93 persen, inflasi inti 3,04 persen, dan inflasi administered prices sebesar 6,89 persen.

“Inflasi 4,69 persen itu hampir 90 persennya berasal dari pangan,” ungkapnya.

Oleh karenanya, BI dan pemerintah berupaya menekan laju inflasi agar sesuai dengan target inflasi tahunan sebesar 3 persen plus minus 1 persen melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai provinsi.

GNPIP ini digelar untuk menjaga inflasi volatile food melalui pemenuhan pasokan pangan dengan sinergi antar daerah dan pemerintah pusat, operasi pasar murah, hingga urban farming,

“Kalau kita berhasil menjaga inflasi pangan sesuai dengan target TPID yaitu 5 persen, maka inflasi kita bobot yang pangan itu 16 persen bisa turun ke kurang lebih 4 persen. Artinya, berita baik baik pendapatan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif,” tukasnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan