IHSG Menyerah Tembus 7.100 Setelah Pengumuman Inflasi RI

kabinetrakyat.comJakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (01/11/2022), setelah dirilisnya inflasi pada periode Oktober 2022.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,66% ke posisi 7.052,3. Upaya IHSG untuk kembali ke zona psikologis 7.100 pun kembali gagal hari ini.

Pada perdagangan sesi I hari ini, IHSG sempat dibuka menguat 0,42% ke 7.128,14. Namun sekitar 30 menit setelah dibuka, IHSG berbalik arah ke zona merah hingga penutupan perdagangan sesi I hari ini.

Sedangkan di perdagangan sesi II, pelemahan IHSG pun berlanjut. Bahkan IHSG sempat menyentuh level terendah hariannya di 7.018,55. Kemudian pada pukul 14:00 WIB, IHSG kembali mencoba untuk bangkit, namun tetap gagal menembus zona hijau hingga akhir perdagangan hari ini.

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitaran Rp 15 triliun dengan melibatkan 22 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Hanya sebanyak 186 saham yang menguat, sedangkan sisanya yakni sebanyak 355 saham melemah dan 161 saham stagnan.

Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi pemberat terbesar indeks pada hari ini, di mana saham TLKM memberatkan indeks sebesar 7,26 indeks poin. Namun, saham TLKM ditutup menguat 0,68% ke posisi Rp 4.420/unit.

Sedangkan di posisi kedua dan ketiga, ada saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang juga memberatkan indeks masing-masing 6,022 indeks poin dan 4,781 indeks poin.

Saham GOTO ditutup merosot 1,08% ke posisi Rp 184/unit. Sedangkan saham UNVR ambles 2,37% menjadi Rp 4.530/unit.

Pelemahan IHSG terjadi seiring dengan melemahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) di perdagangan terakhir Oktober. Meski demikian, Wall Street mencatat rebound yang cukup signifikan di Oktober, sekaligus mengakhiri pelemahan 2 hari beruntun.

Pada Senin kemarin, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) berakhir melemah 0,39%, kemudian S&P 500 terkoreksi 0,75%, dan Nasdaq Composite merosot 1,03%.

Sepanjang Oktober, indeks Dow Jones tercatat melesat nyaris 14%, menjadi kenaikan bulanan terbesar sejak 1976. S&P 500 dan Nasdaq masing-masing menguat 8% dan 4% bulan ini.

Para pelaku pasar kini tengah fokus menanti pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Kamis dini hari waktu Indonesia.

Bank sentral paling powerful di dunia ini diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 3,75% – 4%.

Pasar sudah jauh-jauh hari mengantisipasi kenaikan tersebut, jika The Fed juga memberi kejutan, tentunya akan berdampak positif ke pasar finansial global, termasuk Indonesia. Pun, jika tidak ada kejutan, pasar akan melihat bagaimana proyeksi kenaikan ke depannya, apakah akan dikendurkan juga, mengingat pendapat para pejabat The Fed sudah terbelah.

Sementara itu dari dalam negeri, ada kabar baik dari S&P Global pagi tadi, di mana data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia tumbuh 51,8 pada Oktober.

Meski turun cukup dalam dari bulan sebelumnya di angka 53,7, tetapi masih berada di atas 50. Angka di atas 50 artinya ekspansi, sementara di bawahnya adalah kontraksi.

Hal ini tentunya menjadi kabar yang sangat bagus di tengah isu resesi dunia, nilai tukar rupiah yang terpuruk dan Bank Indonesia (BI) yang terus mengerek suku bunga acuannya dalam 3 bulan beruntun sebesar 125 bp menjadi 4,75%.

Saat suku bunga acuan naik, berisiko menghambat ekspansi dunia usaha, sebab suku bunga kredit, baik investasi maupun modal kerja, akan mengalami kenaikan.

Kenaikan tingkat keyakinan bisnis dalam kondisi tersebut memberikan harapan ekspansi sektor manufaktur akan terus berlanjut. Kabar ini sukses membuat indeks Acuan Tanah Air menghijau meski sesaat.

Namun IHSG tak bisa mempertahankan posisinya di zona hijau. Terlebih lagi, pasca Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi periode Oktober 2022 mencapai 5,71% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yaitu 5,95%.

“Inflasi di Oktober ini terlihat mulai melemah. Pada Oktober 2022 terjadi inflasi sebesar 5,71%,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa (Disjas) BPS, Setianto dalam konferensi pers, Selasa (1/11/2022).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Oktober menembus 0,08% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Adapun inflasi bulanan Oktober jauh lebih kecil dibandingkan yang tercatat pada September yakni 1,17% (mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi tahunan akan menembus 5,95% atau stagnan dibandingkan pada September yang juga tercatat 5,95%.

Polling CNBC Indonesia juga sejalan dengan proyeksi BI. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Oktober 2022, BI memperkirakan inflasi Oktober menembus 0,05% (mtm).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan