Kalimantan Punya Pelabuhan Terbesar, Ekspor Bisa Gas Terus

kabinetrakyat.com – Presiden Joko Widodo telah meresmikan pengoperasian Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak pada 9 Agustus 2022 lalu. Pelabuhan ini merupakan yang terbesar di Pulau Kalimantan.

Pelabuhan juga diharapkan bisa memperkuat daya saing produk-produk unggulan yang dihasilkan Provinsi Kalimantan Barat serta meningkatkan konektivitas antarpulau dan bahkan antarnegara.

Saat ini ekspor utama Kalimantan Barat antara lain minyak sawit mentah (CPO), bauksit, dan karet. Sejumlah perusahaan besar juga memiliki usaha di kawasan ini.

Menurut Direktur Utama PT Pelindo (Persero) Arif Suhartono, beroperasinya Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak akan memperkuat positioning Pelindo pasca merger untuk mendukung pertumbuhan dan hilirisasi industri berbasis CPO dan bauksit, sehingga dapat memberikan multiplier effect dan menciptakan community development yang dapat meningkatkan perekonomian daerah dan nasional.

Saat ini, sejumlah perusahaan sedang membangun smelter (pemurnian) logam sebagai bagian dari proses hilirisasi.

Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak ini diproyeksikan untuk menggantikan Pelabuhan Dwikora, Pontianak yang sudah mencapai batas maksimum kapasitas dan memiliki keterbatasan lahan untuk pengembangan pelabuhan. Adapun utilisasi Dwikora sudah di atas 70 persen dari kapasitas 300 ribu TEUs (satuan unit kontainer ukuran 20 kaki). Luas Dwikora yang hanya 20 hektare ini juga sulit dikembangkan karena terletak di tengah kota Pontianak yang padat. Perluasan pelabuhan hanya akan menimbulkan problem lain: kemacetan.

Lagi pula, secara teknis Pelabuhan Dwikora sulit disinggahi menerima kapal-kapal berukuran besar. Draft Pelabuhan Dwikora hanya -6 meter dan alur keluar masuk kapal juga kian menyempit. Selama lima tahun terakhir, lebar alur ini menyusut dari 60 meter menjadi hanya 40 meter. Yang paling menyulitkan adalah sedimentasi yang sangat cepat, sehingga Dwikora harus sering dikeruk dan hal ini menghabiskan biaya besar.

Perjalanan Pelabuhan Kijing ini sangat panjang sejak 2009. Pihak Pelindo menemui Bupati Kabupaten Mempawah yang saat itu dijabat oleh Ria Norsan.

Perusahaan pengelola pelabuhan milik negara itu berniat membangun pelabuhan samudera di Selat Karimata. Lokasi ini sangat strategis karena dekat dengan Singapura, Selat Malaka, dan Laut China Selatan yang menjadi salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.

Pulau Temajo yang terletak persis di seberang Kijing bisa menjadi pelindung alami.

Selain itu, Kijing berada di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI 1) atau jalur pelayaran internasional yang meliputi Selat Sunda-Selat Karimata-Laut Natuna-Laut Cina Selatan. Kijing juga strategis karena terletak di tengah-tengah Provinsi Kalimantan Barat yang menjadi hinterland pelabuhan ini. Kijing pun terhubung dengan seluruh kabupaten-kota melalui jalan nasional dan jalan provinsi.

Lalu kick off pembangunan Terminal Kijing dilakukan pada 13 Agustus 2018. Wijaya Karya menjadi kontraktor pembangunan Kijing. Pelabuhan dibangun menjorok ke tengah laut.

Pembangunan Terminal Kijing dibagi dalam tiga tahap, yakni Tahap Inisiasi, Tahap I, dan Tahap II. Dermaga, Trestle, Piparack, dan PMA, serta area darat seluas 13,8 hektare masuk dalam Tahap Inisiasi. Pada Tahap Inisiasi, kapasitas Kijing untuk kontainer sebesar 500 ribu TEUs per tahun dan Multipurpose sebesar 500 ribu ton per tahun. Pembangunan Tahap Insiasi ini tuntas pada 15 Mei 2022.

Pada Tahap Lanjutan (Tahap I), kapasitas Terminal Kijing bakal bertambah. Total kontainer yang diangkut dari dan menuju Kijing akan menjadi 950 ribu TEUs, Curah Cair 8,34 juta ton, Curah Kering 15 juta ton, dan Multipurposes sebesar 500 ribu ton. Pada tahap ultimate pembangunan (Tahap II), kapasitas total Kijing untuk kontainer menjadi 1,95 juta TEUS, Curah Cair 12,18 juta ton, Curah Kering 15 juta ton, dan Multipurpose 1 juta ton.

Manfaat Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak bagi Kalimantan Barat sudah dinikmati sejak 30 Agustus 2020. Pada tanggal itu, PT Wawasan Kebun Nusantara mengirim 5.000 ton CPO menggunakan kapal Golden Fortune. Berikutnya, pada 27 September 2020 giliran PT Energi Unggul Persada mengekspor 16 ribu ton CPO. Kedua perusahaan sama-sama mengekspor CPO ke India secara langsung tanpa transit ke pelabuhan lain.

“Karena ada permintaan pasar, kami mengajukan izin pengoperasian sementara ke Menteri Perhubungan untuk melakukan kegiatan ekspor sejak 2020. Sampai 2021, Kijing telah melayani ekspor CPO dan produk turunannya sebanyak 840 ribu ton,” kata Arif Suhartono. Sebelumnya, perusahaan-perusahaan sawit harus mengirim CPO ke Belawan, Medan atau Tanjung Priok. Dari sana, CPO baru ke negara tujuan seperti India, Pakistan, dan China.

Pembangunan Terminal Kijing memang tak terelakkan karena pertumbuhan ekspor CPO yang tergolong tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat menunjukkan, volume ekspor CPO dari Kalimantan Barat pada 2021 mencapai 435.610 ton (US$457,01 juta), naik leboh dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang masih 191.450 ton (US$136,85 juta). Minyak sawit mentah merupakan komoditas ekspor terbesar dari Kalimantan Barat.

Pada 2021, total volume ekspor Kalimantan Barat mencapai 20,8 juta ton senilai US$1,85 miliar. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, ekspor Kalimantan Barat sebesar 18,72 juta ton senilai US$1,16 miliar. Sementara itu, sampai Juni 2022, ekspor Kalimantan Barat sudah menembus US$1,25 miliar, naik 53,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$817,7 juta.

Selain CPO, Kalimantan Barat merupakan produsen Bauksit terbesar di Indonesia, 840 juta ton atau 67 persen dari total cadangan bauksit di Indonesia. Pada 2021, Kalimantan Barat mengekspor produk logam sebesar US$452,33 juta. Selain itu masih ada Karet yang ekspornya pada 2021 sebesar US$153,66 juta. “Pelabuhan baru ini diharapkan dapat mengakomodasi peningkatan kegiatan perekonomian dan industri di Kalbar,” kata Arif.

Itu sebabnya, Pelindo bertekad mengembangkan pelabuhan yang terintegrasi sepenuhnya dengan kawasan industri. Saat ini, Pelindo sudah punya lahan sekitar 131,5 hektare dan beberapa perusahaan sedang membangun pabriknya di kawasan ini. Nantinya, kawasan ini akan dikembangkan sampai 2.000 hektare.

Salah satu yang sudah memanfaatkan kawasan industri di Mempawah tersebut adalah PT Borneo Alumina Indonesia. Anak perusahaan MIND ID dan Antam ini sedang membangun pabrik smelter di yang memproduksi Smelter Grade Alumina dengan kapasitas 1 juta ton per tahun. Bahan bakunya akan dipasok West Kalimantan Mine Development (WKMD), anak perusahaan Antam yang bergerak di penambangan bauksit.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan