Dalam sebuah rapat kerja dengan Komisi VI DPR pada Senin (4/9/2023), Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa kinerja Kementerian Investasi begitu tinggi, namun anggaran yang diberikan tidak sesuai dengan tugas yang diemban. Selain itu, ia juga menyuarakan keprihatinannya terhadap anggaran yang diberikan kepada Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) yang juga tergolong minim. Padahal, sektor UMKM dan investasi kerap menjadi perbincangan hangat di masyarakat.

Kinerja Tinggi, Anggaran Minim

Menurut Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi, kinerja Kementerian Investasi telah mencapai puncaknya, tetapi sayangnya, anggaran yang dialokasikan tidak mencerminkan kinerja tersebut. Ia menjelaskan, “UMKM selalu dibicarakan tentang penciptaan lapangan pekerjaan, tetapi kenapa anggarannya hanya Rp 1,4 triliun. Di satu sisi, kita selalu berbicara tentang hilirisasi, investasi, pelayanan, tetapi anggarannya cuma dikasih Rp 1,2 triliun.”

Pertanyaan yang Menggantung

Bahlil menyampaikan ketidakpastiannya terkait perbedaan besar antara kinerja yang tinggi dan alokasi anggaran yang rendah. Ia bertanya, “Jadi, pimpinan kita sekolah bareng ulang, dikasih beban tinggi, tapi politik keuangannya tidak berbanding lurus dengan beban. Saya tidak tahu ada apa? Tapi saya mau belajar sistem keuangan yang dibangun ini. Mungkin ada teori baru, mungkin karena saya dan Pak Teten sudah lama enggak ikutin teori itu,” ungkap Bahlil.

Perbandingan Anggaran

Bahlil juga memberikan gambaran mengenai pagu anggaran Kementerian Investasi pada tahun 2024, yang mencapai Rp 1,22 triliun. Rincian anggarannya terdiri dari program dukungan manajemen sebesar Rp 416 miliar lebih dan program penanaman modal sebesar Rp 810 miliar lebih. Ia menyoroti perbandingan ini dengan anggaran yang diberikan kepada Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM), Teten Masduki, yang mencapai Rp 1,4 triliun. Meskipun anggaran ini terbilang cukup besar, namun Bahlil merasa bahwa seharusnya lebih besar lagi mengingat pentingnya sektor UMKM dalam perekonomian nasional.

Permintaan Tambahan Anggaran

Sebelumnya, Bahlil telah mengajukan tambahan anggaran kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk peningkatan online single submission (OSS). Namun, permintaan tersebut ditolak. Anggaran yang diajukan oleh Kementerian Investasi sebesar Rp 800 miliar. Bahlil menjelaskan, “Kami ajukan tambahan anggaran Rp 800 miliar untuk membangun OSS, dan karena tidak ada anggaran tambahan, maka OSS tidak bisa kita sempurnakan seperti yang diinginkan oleh masyarakat.”

Analogi Mobil

Bahlil memberikan analogi yang menarik terkait situasi anggaran saat ini. Ia menggambarkan bahwa OSS saat ini seperti mobil Avanza, yang tidak dapat dipacu cepat layaknya mobil mewah Mercedes. Analogi ini mencerminkan ketidakseimbangan antara potensi sektor investasi dan ketersediaan anggaran untuk mendukungnya.

Baca juga:Sandiaga Uno, Mendukung Arsjad Rasjid sebagai Tim Sukses Ganjar Pranowo

Kesimpulan

Ketidaksesuaian antara kinerja tinggi dan anggaran yang minim merupakan permasalahan yang dihadapi oleh Kementerian Investasi. Bahlil Lahadalia menyoroti pentingnya memberikan dukungan yang sesuai kepada sektor UMKM dan investasi, mengingat peran strategis mereka dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Semoga masalah ini dapat segera diselesaikan agar potensi ekonomi negara dapat dimaksimalkan Kembali.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan