Krisis Air Tanah di Jakarta,Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Joko Agus Setyono, mengingatkan bahwa air tanah di Ibu Kota semakin berkurang seiring dengan bertambahnya gedung pencakar langit. Hal ini telah menempatkan Jakarta dalam kategori krisis air tanah yang mengkhawatirkan. Dalam artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah yang telah diambil oleh pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan pemilik gedung untuk membantu mengurangi tekanan terhadap sumber daya air tanah.

Mengapa Krisis Air Tanah Terjadi?

Pertumbuhan Gedung Pencakar Langit

Krisis air tanah di Jakarta dapat ditelusuri hingga meningkatnya pembangunan gedung-gedung tinggi. Dengan semakin banyaknya gedung pencakar langit, permintaan akan air tanah untuk berbagai keperluan, seperti air bersih dan air untuk dewatering, juga meningkat secara signifikan.

Dampak Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Dampak dari krisis air tanah ini tidak hanya terasa pada tingkat individu, tetapi juga pada lingkungan sekitarnya. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan kualitas air, terutama di wilayah-wilayah yang sangat bergantung pada air tanah sebagai sumber utama pasokan air.

Langkah Pemerintah: Larangan Penggunaan Air Tanah

Zona Bebas Air Tanah

Pemerintah DKI Jakarta, di bawah kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan, telah mengambil langkah tegas dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 93 Tahun 2021. Melalui peraturan ini, pemilik bangunan dilarang memanfaatkan air tanah mulai 1 Agustus 2023, kecuali untuk kegiatan dewatering. Larangan ini khusus berlaku di Zona Bebas Air Tanah.

Penegakan Peraturan

Sekda Joko Agus Setyono menegaskan bahwa Pemprov DKI Jakarta tidak akan ragu-ragu untuk memberikan peringatan dan tindakan tegas terhadap pelanggaran larangan penggunaan air tanah. Semua pihak, baik warga maupun pemilik gedung, diimbau untuk mematuhi kebijakan ini.

Bagaimana Masyarakat Dapat Berkontribusi?

Menggunakan Alternatif Sumber Air

Dalam menghadapi krisis air tanah, penting bagi masyarakat untuk mulai mencari alternatif sumber air. Memanfaatkan sumber air permukaan, seperti air sungai atau danau, serta mengadopsi teknologi pengolahan air, adalah langkah-langkah yang dapat membantu mengurangi tekanan terhadap sumber daya air tanah.

Mengedukasi dan Mengkampanyekan Kesadaran Lingkungan

Masyarakat juga dapat berperan aktif dalam mengedukasi dan meningkatkan kesadaran lingkungan sekitar penggunaan air. Melalui kampanye-kampanye lokal dan kegiatan-kegiatan pendidikan, kita dapat membantu mengubah perilaku konsumsi air secara positif.

Kesimpulan

Krisis air tanah di Jakarta membutuhkan tindakan bersama dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Dengan mematuhi larangan penggunaan air tanah dan mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan, kita dapat membantu memperlambat penurunan sumber daya alam yang berharga ini.

Baca juga:Mengapa Pemadam Kebakaran Tidak Menggunakan Air Laut untuk Memadamkan Kebakaran Kapal?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan