Morgan Stanley: Ekonomi Asia Akan Lampaui AS dan Eropa

kabinetrakyat.com

  • Morgan Stanley: Permintaan domestik yang tinggi akan menjadi faktor pertumbuhan ekonomi Asia mengalahkan AS dan Eropa
  • Performa Asia, termasuk Jepang yang mengalahkan AS dan Eropa menjadi fakta tingginya permintaan domestik
  • Pembukaan kembali ekonomi China, pasca lockdown akan menjadi faktor ekonomi rebound, didukung oleh kebijakan fiscal dan moneter.

Jakarta, CNBC Indonesia – Tingginya permintaan domestik akan menjadi landasan pertumbuhan ekonomi Asia akan mengalahkan Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

China adalah satu contohnya. Reopening setelah lockdown menggambarkan adanya rebound ekonomi China, ditambah kebijakan fiscal dan moneter.

Proyeksi ekonomi Asia Pasifik akan bullish menunjukkan bahwa kawasan ini dinamis dan menantang ekonomi dunia. Bahkan, pengetatan moneter tidak mempengaruhi permintaan domestic Asia secara signifikan.

IMF dalam sebuah blog menulis, “Kami memproyeksikan kawasan ini akan berkontribusi lebih dari 70 persen dari pertumbuhan global tahun ini karena ekspansinya meningkat dari 3,8 persen menjadi 4,6 persen.”

Properti China Rebound

China diperkirakan akan merilis data produk domestik bruto yang diperkirakan telah tumbuh 4% pada kuartal pertama tahun ini, berdasarkan survey Reuters.

Pemulihan ekonomi China berjalan lebih baik dari ekspektasi dan inflasi tidak menjadi risiko utama negara tersebut. Momentum pertumbuhan ekonomi China diperkuat dengan rebound sektor properti yang begitu tajam.

Banyak orang China berminat membeli rumah, setelah masyarakat dikurung di dalam rumah untuk dalam rangka pencegahan penyebaran covid-19. Pemerintah pusat dan daerah juga telah meluncurkan dukungan untuk pembelian properti dan developer perumahan tahun lalu.

India juga menunjukkan potensi pertumbuhan yang kuat didorong oleh faktor siklikal, kata Ahya. “Sistem perbankan telah dibersihkan, sektor korporasi telah mengalami kemudahan bisnis,” kata ekonom tersebut.

Akibatnya, perekonomian mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik sekaligus dari sisi kredit. Peminjam dan yang diberi pinjaman saling tertarik dengan risiko yang ditawarkan.

“India juga menerapkan reformasi dari sisi produksi atau supply, yang meningkatkan kepercayaan korporasi dan menghidupkan kembali investasi swasta,” kata Ahya. “India adalah kisah tentang faktor-faktor siklus dan struktural yang bersatu.”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan