kabinetrakyat.com – China-ASEAN Expo ke-19 dan Konferensi Tingkat Tinggi Bisnis dan Investasi China-ASEAN ke-19 dibuka di Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, pada Jumat (16/9).

Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob menyatakan harapannya agar acara tersebut terus menawarkan peluang bagi kalangan industri dan perdagangan Malaysia, sembari membahas tentang kerja sama perdagangan dalam pidato via videonya.

Tahun ini adalah tahun pertama setelah hubungan kemitraan strategis komprehensif China-ASEAN terjalin, dan juga menandai mulainya Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP). China-ASEAN Expo edisi kali ini mengusung tema “Berbagi Peluang Baru RCEP, Membangun Kawasan Perdagangan Bebas China-ASEAN Versi 3.0” dengan Malaysia berperan sebagai Country of Honor.

Ini merupakan kali kedua bagi Malaysia untuk menjadi Country of Honor dalam China-ASEAN Expo, setelah sebelumnya pada edisi 2011. Tahun ini terdapat 34 perusahaan Malaysia yang mengikuti pameran tersebut, dengan 23 di antaranya mengikuti secara luring dan sisanya melalui daring.

Perusahaan dari Malaysia terutama memamerkan produk jasa boga, kesehatan, kosmetik, serta layanan pendidikan dan pariwisata. Sejumlah lembaga pemerintahan dan perusahaan terkemuka seperti Petroliam Nasional (Petronas) Malaysia, Air Asia, dan Shangri-la Hotel turut hadir dalam acara tersebut.

Selain memamerkan produk dan jasa, pihak Malaysia juga akan menggelar sejumlah simposium, live-streaming, dan pertunjukan seni dalam gelaran kali ini, baik China maupun ASEAN adalah basis manufaktur dan produksi penting bagi seluruh dunia dengan pasar konsumsi yang sangat besar.

Pertukaran ekonomi dan perdagangan kedua pihak menguntungkan sekitar 2 miliar jiwa penduduk di kawasan ini. China sudah menjadi mitra dagang terbesar bagi ASEAN dalam 13 tahun berturut-turut, ASEAN pun menjadi mitra dagang terbesar bagi China sejak 2020.

Data resmi menunjukkan bahwa dalam delapan bulan pertama 2022, nilai impor-ekspor China-ASEAN meningkat 14 persen secara tahunan.

Menghadapi situasi internasional yang kompleks dan bergejolak, ketegangan situasi geopolitik, inflasi dunia yang tinggi, terganggunya rantai pasokan dan dampak dari pandemi COVID-19, China dan ASEAN berharap kedua pihak menjalin hubungan lebih erat dan menjajaki peluang baru di masa depan.

Menurut Ismail, Perjanjian Perdagangan Bebas China-ASEAN merupakan fondasi dari hubungan perdagangan kedua belah pihak yang menguntungkan perusahaan dan para pihak terkait, dan semoga ASEAN dan China berupaya bersama dan mendorong peningkatan serta perkembangan zona perdagangan bebas, demi kepentingan bersama.

Sang perdana menteri juga menyarankan kedua pihak mengambil berbagai tindakan guna meningkatkan level keterbukaan untuk investasi dan perdagangan, serta lebih mendorong perdagangan bilateral maupun multilateral. Selain itu, para pihak harus lebih mendorong kerja sama ASEAN-China di bidang kemitraan ekonomi digital serta memberdayakan usaha menengah dan kecil untuk menerapkan teknologi tinggi dan mengoptimalkan diri.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan