Table of contents: [Hide] [Show]

Riau Global Music International Festival 2022 Resmi Digelar, Diproyeksikan jadi Laboratorium Musik Tradisi

Pekanbaru: Riau Global Music International Festival 2022 resmi digelar, mulai 23 hingga 27 Agustus 2022, di Komplek Bandar Serai Pekanbaru. Sesuai judulnya, festival musik ini mengangkat komunitas “global music” atau “world music” sebagai sajian utama. 
 
Pada tahun ini, Riau Global Music memasuki tahun kedua penyelenggaraan. Total 18 penampil diundang ke festival ini. Ke depan, penyelenggara berharap bahwa festival ini bukan saja sebagai ajang aktualisasi para musisi berbasis musik tradisi, tetapi juga wadah eksperimen dalam pengembangan musik tradisi.
 
“Kami mencoba festival ini menjadi laboratorium pengembangan musik tradisi. Jadi, musik tradisi itu kami mengangkat secara ornamentasi dan narasi. Kami tidak ingin merusak tradisi itu sendiri, mereka yang kami undang berangkat dari musik tradisi. Itu yang paling penting. Mudah-mudahan di tahun berikutnya dari seluruh Indonesia bisa kita undang,” ujar Rino Dezapaty, Direktur Riau Global Music International Festival 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Rino juga menjelaskan bahwa ke depan pihaknya akan menghadirkan para musisi musik global berbasis tradisi dari berbagai negara. Selain itu, Riau Global Music International Festival dapat mengembangkan program musik yang memperkuat khazanah musik tradisi. 
 
“Jadi, rencananya kami memang ada expo dan workshop. Namun ada kendala keterbatasan waktu dan biaya, hal itu belum terwujud pada tahun ini. Kami ingin matangkan itu pada tahun depan. Kami ingin bikin residensi seniman, misal ada musisi Papua atau dari Jawa belajar musik Melayu di sini,” imbuh Rino.
 
Para penampil Riau Global Music tahun ini terbilang beragam. Bahkan, beberapa penampil mampu menerjemahkan gagasan “global music” yang berbasis tradisi, menjadi suguhan yang sangat memikat dengan aransemen kontemporer. Pada hari pertama, hal itu terlihat dari aksi Riau Rhytm dan WS Trio. 
 
18 penampil pada Riau Global Music 2022 adalah Riau Rhytm (Pekanbaru), Pura Mahligai (Dumai), Bathin Galang (Meranti), Djangat Indonesia (Pekanbaru), De Tradisi (Sumatera Utara), Armarosa (Rokan Hilir), Omok (Siak), Taman Bunga (Sumatera Utara), Cenglu (Solo, Amerika Serikat), WS Trio (Indra Giri Hulu), Limuno (Kuantan Singingi), Kober (Pelalawan), Blacan Aromatic (Bengkalis), Sendayung (Kampar), Geliga (Pekanbaru), Sajiva (Kep. Riau), Rumah Seni Balai Proco (Rokan Hulu).

Riau dan World Music

Mundur ke belakang, Riau khususnya Pekanbaru terbilang cukup dekat dengan “world music.” Kota ini seperti memiliki semangat “menjaga” musik berbasis tradisi dalam konteks perayaan kebudayaan. Hal itu diungkapkan oleh Bens Sani, pegiat seni budaya asal Pekanbaru.
 
“Sejarah world music di Riau cukup panjang, sejak tahun 2000 kami memiliki festival world music Riau Hitam-Putih. Bahkan almarhum Djaduk dulu pernah bilang kalau bicara world music, lihat ke Riau karena ada festival world music,” kata Bens.
 
Festival musik Riau Hitam-Putih disebut Bens sebagai salah satu tonggak semangat insan musik Riau dalam menggalakan komunitas world music, dan berkembang menjadi identitas kota. Sayangnya, Riau Hitam-Putih tak berumur panjang. Festival itu tak lagi berlanjut. Tetapi, semangat kolektif insan musik Riau akan identitas global music itu masih terus terjaga dan hari ini terwujud lewat Riau Global Music International Festival. 
 
Di samping itu, menurut Bens popularitas musik berbasis tradisi di Riau tak lepas dari perspektif generasi muda yang mulai melihat musik tradisi sebagai sesuatu yang menarik untuk dikembangkan. Pengaruh itu tidak lepas dari kemunculan grup Riau Rhytm sejak 22 tahun silam yang terbilang sukses menyuguhkan musik berbasis tradisi dengan aransemen kontemporer dan terdengar relevan.
 
“Sejak Riau Rhytm, banyak anak-anak muda main musik tradisi lagi. Sekarang anak muda enggak malu menenteng gambus. Dan dari musikalitas, mungkin awal-awal banyak yang terdengar sangat terpengaruh musikalitas Riau Rhytm, tetapi saat ini mereka (musisi muda yang mengusung musik berbasis tradisi) telah jauh berkembang dengan warna masing-masing,” tukas Bens.
 
 
 

(ASA)


Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan