Salju Abadi di Puncak Jaya,Perubahan iklim bukanlah rahasia lagi. Dampaknya telah dirasakan di seluruh dunia, termasuk di Puncak Jaya, Papua, di mana “salju abadi” menjadi salah satu korban utamanya. Dalam seminar bertajuk “Salju Abadi Menjelang Kepunahan: Dampak Perubahan Iklim?” yang diselenggarakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada tanggal 22 Agustus 2023, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan betapa seriusnya situasi ini. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi mengapa perubahan iklim menjadi ancaman bagi keberlangsungan salju abadi di Puncak Jaya.

Salju Abadi di Puncak Jaya: Keajaiban yang Terancam

Salju abadi di Puncak Jaya adalah keajaiban alam yang unik. Area ini telah menarik perhatian ilmuwan, peneliti, dan pecinta alam selama bertahun-tahun. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, kita telah menyaksikan penurunan dramatis dalam luas tutupan es ini.

Dwikorita menjelaskan bahwa sejak tahun 2010, BMKG bersama Ohio State University, AS, telah melakukan studi intensif terkait analisis paleo-klimatologi berdasarkan inti es (ice core) dari gletser Puncak Jaya. Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG dengan dukungan PT Freeport Indonesia telah secara rutin memantau luas dan ketebalan gletser di Puncak Jaya.

Proses Pencairan yang Meningkat

Hasil studi ini memperingatkan bahwa sejak tahun 2010, tutupan es di Puncak Jaya mengalami pencairan yang signifikan. Pada tahun 2010, ketebalan es diperkirakan mencapai 32 meter, namun laju penipisan mencapai 1 meter per tahun pada periode 2010-2015. Ketika El Nino yang kuat melanda pada tahun 2015-2016, penurunan es mencapai 5 meter per tahun. Bahkan dalam periode tahun 2016-2022, laju penipisan tetap tinggi, sekitar 2,5 meter per tahun. Pada tahun 2022, luas tutupan es hanya sekitar 0,23 kilometer persegi dan terus mencair.

Dampak Luas

Pencairan es di Puncak Jaya tidak hanya memiliki dampak lokal, tetapi juga dampak global. Salah satu dampak nyata adalah kontribusi terhadap peningkatan tinggi muka laut secara global. Dwikorita menekankan bahwa semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan entitas terkait lainnya, perlu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga dan melindungi lingkungan.

Upaya Mitigasi dan Adaptasi

Untuk menghadapi ancaman perubahan iklim ini, upaya mitigasi dan adaptasi harus segera dilakukan. Pengurangan emisi Gas Rumah Kaca dan penggunaan energi terbarukan menjadi langkah penting. Transformasi energi fosil menjadi energi yang ramah lingkungan juga merupakan prioritas. Dalam Dialog untuk Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional di BAPPENAS pada tanggal 21 Agustus, BMKG merekomendasikan program observasi/monitoring yang lebih sistematis dan berkelanjutan terhadap parameter lingkungan.

Kesimpulan

Perubahan iklim telah membawa dampak serius pada salju abadi di Puncak Jaya, Papua. Tutupan es ini semakin mencair, mengancam ekosistem dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Upaya bersama untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan melindungi lingkungan adalah tugas yang mendesak.

Baca juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan