Ngeri Dokumen Bocor Soal Covid-19 di China, Emas Terbang?

kabinetrakyat.comJakarta, CNBC Indonesia – Harga emas nyaris tidak bergerak setelah libur Hari Raya Natal dan menjelang libur Tahun baru. Pada perdagangan Selasa (26/12/2022), pukul 6:50 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.801,35 per troy ons, naik 0,21%.

Harga emas pada penutupan kemarin hanya berselisih tipis dengan penutupan perdagangan Jumat pekan lalu di mana emas ditutup pada US$ 1.797,91 per troy ons.

Harga emas masih menguat 0,57% secara point to point dalam sepekan. Harga emas juga menguat 2,4% sementara dalam setahun melandai tipis 0,74%.

Harga emas sempat menguat tajam 0,3% pada Jumat (23/12/2022) setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan data personal consumer expenditure (PCE). PCE tumbuh 5,5% (year-on-year/yoy) pada November, lebih rendah dari sebelumnya 6,1% (yoy).

Melandainya PCE menjadi katalis positif bagi emas karena bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) diharapkan bisa menekan kebijakan moneter agresifnya.

Nirpendra Yadav, anilis senior komoditas dari Swastika Investmart, dan Anuj Gupta dari IIFL Securities mengatakan emas nyaris bergerak karena ada dua faktor yang saling berlawanan terkait kondisi di China.

Melonjaknya kasus Covid-19 di China di satu sisi bisa meningkatkan permintaan emas. Pasalnya, status emas sebagai aset akan akan semakin dicari di tengah memburuknya situasi di China.

China adalah konsumen emas terbesar di dunia dan perekonomian terbesar kedua di dunia. Logam mulia sebagai aset aman akan menjadi pilihan di saat kondisi dunia memburuk.

Namun, di sisi lain, melonjaknya kasus di China juga bisa membuat Beijing kembali memperketat kebijakan Covid-19 nya sehingga kembali menekan harga emas. Jika kebijakan ketat ditingkatkan maka ekonomi China bisa macet.

“Jika kasus Covid-19 terus meningkat dalam waktu dekat maka pedagang emas lebih baik ambil posisi karena permintaan emas meningkat,” tutur Gupta, dilansir dari Kitco.

Sebagaimana dimuat CNN International, 250 juta penduduk China sudah terinfeksi Covid-19 sepanjang Desember ini. Itu sekitar 18% dari total 1,4 miliar penduduk China.

Merujuk dokumen bocor dari rapat internal Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) dan pejabat kesehatan lain, Selasa pekan lalu, dalam sehari ada 37 juta kasus Covid-19 di negara itu. Sayangnya data CDC China itu berbanding terbalik dengan laporan yang muncul setelahnya, yang menyebut hanya ada 3.049 kasus baru dihari yang sama.

Kasus Covid-19 juga mulai meningkat di Jepang. Menurut data John Hopkins University per 24 Desember 2022, jumlah kasus harian di Negeri Sakura menembus 177 ribu dalam 24 jam. Angka ini juga diiringi 339 kematian baru.

Hal ini membuat rata-rata mingguan infeksi harian Covid-19 Jepang menembus 162 ribu. Secara agregat, Jepang telah menemukan 28,1 juta kasus Covid-19 yang diikuti 55.027 kematian.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan